(Business Lounge – Empower People) – Saya sering melihat generasi saat ini sangat suka sekali melakukan selfie. Mulai dari kamera pribadi, menggunakan tongsis, dan berbagai alat lainnya. Hampir dimana-mana, semua orang kelihatannya sibuk dengan upaya selfie maupun groupie mereka. Tanpa tengok kanan kiri, biasanya anak sekarang sudah sangat asyik sekali dengan kegiatan selfie mereka.
Sekilas mengingat ke belakang, foto selfie seperti saat ini bukannya tidak ada di zaman saya, tetapi pada kenyataannya zaman sekarang hal itu sudah menjadi hal yang sangat biasa. Dan sebenarnya, selfie itu sendiri tidaklah masalah. Tetapi, yang menjadi masalah adalah perubahan karakter yang terkadang terjadi pada Generasi Y atau Millenials saat ini. Mari kita lihat sejenak, apa sebenarnya pengertian dari Millenials itu sendiri? Berdasarkan Howe dan Strauss, penulis buku Generations: The History of America’s Future, 1584 to 2069, Millenials adalah individu yang lahir antara tahun 1982 dan 2004. Menurut Howe dan Strauss dalam buku mereka “Millenials Rising”, para Millenials biasanya berfokus pada tujuan dalam tim dan merupakan generasi pekerja keras di masa yang akan datang.
Para Millenials, memang adalah generasi yang kreatif dan sangat suka bekerja dalam tim. Namun, secara individual, biasanya saat ini sering terlihat mereka kurang dapat menunjukkan keperdulian kepada orang lain, dan menurut pengamatan saya, para Millenials juga kurang tertarik dengan hal humanisme dan menganggap hal tersebut “not their piece of cake”. Saya jadi berpikir, memang para Millenials itu orang-orang kreatif, ide mereka sangat menarik, dan juga tergolong berani mengambil risiko tanpa rasa malu. Tetapi, ada kendala yang memang dihadapi Millenials saat ini, yaitu karakter yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Mengapa hal itu terjadi? Sebenarnya, itulah yang disebut “The Narcissism Epidemic” yang sepertinya kini sedang dihadapi oleh Generasi Millenials.
Apakah “Narcissism Epidemic” itu?
Dalam buku yang ditulis pada tahun 2009 oleh Jean M. Twenge and W. Keith Campbell mengenai “The Narcissism Epidemic”, Twenge dan Campbell menjelaskan bahwa narsisme dan sudut pandang yang terfokus pada diri sendiri, telah bertumbuh dalam tingkat yang mengkhawatirkan. Bahkan, mereka percaya bahwa orang yang narsis cenderung tidak perduli pada orang lain dan memiliki harapan yang tinggi hanya kepada diri mereka sendiri.
Menurut Business Lounge Journal, “Narcissism Epidemic” yang berfokus pada diri sendiri, bukan hanya sebatas perilaku selfie atau groupie yang sering terlihat saat ini. Tetapi, hal itu juga menyangkut aktualisasi diri dari para Millenials yang seringkali ditemukan saat ini, baik di dunia bisnis maupun profesional, dimana mereka tidak perduli dengan pendapatan bulanan, atau pandangan orang lain terhadap mereka. Bagi para Millenials, yang penting apa yang mereka lakukan bisa mengeksplorasi diri dan mendapatkan pengakuan orang lain, tak perduli penghasilan yang akan mereka terima nantinya.
Apakah “The Narcissism Epidemic” itu berakibat buruk?
Di dalam dunia bisnis maupun profesional, sebenarnya ide kreatif dan juga eksplorasi yang dilakukan Millenials sangat dibutuhkan, karena para Millenials bisa berpikir out of the box. Namun, jika mereka hanya mengutamakan ide mereka tanpa tahu untuk memperdulikan orang lain, hal itu tentunya akan berbahaya juga untuk jangka panjangnya. Mengapa? Karena meskipun Millenials adalah generasi yang berorientasi pada tim, tetap saja jika ada anggota tim yang mungkin berbeda karakter atau pandangan dengan mereka, pada akhirnya tetap akan menjadi sulit untuk bekerjasama.
Saya pernah mendengar teman saya berkata “anak sekarang sulit untuk bekerjasama, jika mereka tidak setuju dengan kita, mereka pasti keluar dari kantor.” Saya mengerti sekali maksud teman saya itu. Bisa jadi, staff yang merupakan bawahannya itu bisa jadi pandai dan kreatif, tetapi jika keinginannya tidak dipenuhi, atau nilainya tidak sesuai dengan perusahaan, maka ia dengan mudah akan meninggalkan pekerjaan. Mengapa? Karena yang terpenting baginya, baik bekerja di satu perusahaan, maupun menjalankan suatu bisnis, adalah ia dapat mengeksplorasi diri dan bisa menjalankan kreativitasnya.
Intinya, kreativitas dan eksplorasi para Millenials itu baik. Dan upaya mereka untuk melakukan aktualisasi diri, baik melalui tindakan sehari-hari dalam bisnis maupun pekerjaan itupun tidak salah. Kehidupan sehari-hari mereka yang sering melakukan selfie, groupie dan sejenisnya pun sebenarnya tidak salah. Tetapi, yang perlu diperhatikan adalah para Millenials itu harus diajarkan etika untuk bisa menghargai dan beradaptasi dengan lingkungan. Setinggi apapun kreativitas serta sepandai apapun cara Millenials melakukan aktualisasi diri, tetapi jika mereka kurang memperdulikan lingkungan sekitar, pada akhirnya akan berakibat buruk juga. Perlu diingat, kehidupan itu juga penuh interaksi dengan orang dari berbagai kalangan, bukan hanya satu kalangan yang sesuai keinginan kita saja. Karena itu, sangatlah penting untuk mengajarkan kalangan Millenials bagaimana bersikap kepada orang lain apapun karakter orang lain yang ditemuinya.
Bagaimana cara yang tepat mengembangkan kemampuan para Millenials?
Terlepas dari “Narcissism Epidemic” yang menjadi masalah Generasi Millenials saat ini, sebenarnya ada cara untuk mengembangkan kemampuan para Millenials, karena sebenarnya, kreativitas mereka sangatlah diperlukan. Beberapa cara yang bisa dicoba, antara lain:
Buatlah hal menarik di perusahaan yang sesuai era Generasi Millenials
Generasi Millenials memang penuh dengan ide kreatif. Tetapi, memang perusahaan harus tahu bagaimana menggali potensi mereka. Karena itu, buatlah hal yang menarik untuk menggali potensi mereka, seperti membuat event kreatif dan mempercayakan proyek tersebut kepada mereka. Tetapi, di dalamnya juga diwajibkan adanya proyek untuk kegiatan sosial, dimana para Millenials harus terjun langsung ke lapangan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal itu sangat membantu untuk mengurangi “Narcissism Epidemic” yang kerap kali terjadi pada Generasi Millenials.
Manfaatkan hobi mereka untuk kepentingan perusahaan
Banyak Generasi Millenials yang memang mempunyai hobi untuk selfie, groupie, atau sejenisnya. Nah, melihat hal seperti itu, justru manfaatkan hobi tersebut untuk kepentingan perusahaan. Seperti, misalnya di perusahaan ABC, dalam suatu kesempatan, buatlah sayembara dengan contoh judul “Foto Selfie Terbaik Dengan Logo Perusahaan Bank ABC” dan foto tersebut harus dipromosikan di sosial media karyawan tersebut. Lalu, berilah hadiah kepada karyawan yang menjadi pemenangnya.
Libatkan para Generasi Millenials untuk kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)
Untuk menumbuhkan keperdulian kepada orang lain, libatkan Generasi Millenials untuk program Corporate Social Responsibility (CSR), dan buatlah program itu di lingkungan yang jauh dari komunitas karyawan Anda yang berasal dari Generasi Millenials. Bahkan, kalau perlu lakukan kegiatan tersebut di pelosok yang jauh. Dengan itu, para Millenials akan belajar untuk berinteraksi dengan orang lain, mengerti dan berempati dengan orang lain yang mungkin mereka belum pernah temukan, dan hal itu tentunya akan membentuk karakter mereka menjadi pribadi yang lebih baik pada akhirnya.
Budayakan dalam perusahaan untuk “meminta tolong” dan bukan “memberikan perintah”
Dalam perusahaan, biasakan semua karyawan Anda dari segala posisi yang ada untuk “meminta tolong”, bukan “memberi perintah”. Lakukan hal itu dengan Anda sebagai contoh terlebih dahulu. Dengan menjadi contoh, Anda juga bisa lebih mudah memberikan edukasi kepada karyawan Anda yang berasal dari Generasi Millenials, karena Anda sendiri sudah menjadi contoh yang dilihat sehari-hari.
Lakukan kegiatan seperti outbound untuk mempererat kerjasama antara Generasi Millenials dengan seluruh karyawan kantor
Outbound sangat penting untuk dilakukan agar membangun kerjasama yang kuat antara semua karyawan Anda, termasuk di dalamnya karyawan yang berasal dari Generasi Millenials. Pilihlah program yang menunjang kebersamaan dan memperbanyak interaksi dengan orang lain, seperti team building, paint ball, dan survival outbound. Dalam permainan outbound, jangan biarkan juga para karyawan yang berasal dari generasi Millenials hanya bergabung dengan teman-temannya saja, tetapi Anda bertanggung jawab untuk mengatur team yang berasal dari segala usia. Dengan itu, mau tidak mau pastinya interaksi akan terjadi, dan dari situlah “Narcissism Epidemic” bisa diatasi. Mengapa? karena ketika dalam permainan Outbound tersebut, jika tidak memperdulikan orang lain, maka orang itu sendiri juga tidak akan bisa menyelesaikan permainannya dengan sukses. Dengan kata lain, mau tidak mau harus ada ketergantungan antara satu orang dengan lainnya. Jadi, outbound bisa menjadi pilihan untuk melatih para generasi Millenials agar bisa berinteraksi dan perduli kepada orang lain, serta tidak terfokus hanya pada diri sendiri saja.
Zefanya Jodie/Head of Vibiz Learning Centre Vibiz Consulting/VMN/BL