(Business Lounge – Empower People) Coba perhatikan 3 kasus di bawah ini:
Perusahaan X memiliki proses perencanaan suksesi yang ketat, tetapi hasil dari proses ini hanya tersimpan pada binder di meja beberapa mitra bisnis HR. Suatu kali Ida, seorang senior manajer, memiliki kekosongan yang harus segera diisi sehingga ia meminta tim rekrutmen untuk membantunya. Oleh karena posisi ini sangat penting maka disewalah agen rekrutmen dengan biaya yang cukup besar namun tetap tidak mudah untuk menemukan kandidat yang sesuai. Pertanyaan: Mengapa tidak ada salah satu suksesor yang ada saat ini dipilih untuk menempati posisi tersebut?
Santo, seorang manajer di pabrik di Perusahaan Y, mengubah strategi bisnisnya sehingga ia membutuhkan 100 orang baru di pabrik-nya pada akhir bulan ini, ia pun meminta seorang rekruter untuk menolongnya. Mengingat waktu yang sangat sempit sang rekruter menjawab bahwa andai saja hal ini diberitahukan padanya 3 bulan yang lalu, maka ia dapat mencari eksternal talent yang dapat diberikan pelatihan singkat sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Dengan sangat menyesal si rekruter tidak menyanggupi permintaan Santo.
Toni, seorang karyawan baru di Perusahaan Z, bertemu dengan manajernya, Lisa, dua minggu setelah hari pertama ia bekerja. Dalam pertemuan itu, Lisa mengatakan kepada Toni bahwa HR mengharuskan setiap karyawan memiliki rencana pengembangan sambil menyerahkan formulir kosong untuk diisi. Terus terang Toni berharap bahwa ia akan mendapatkan arahan dari sang manajer bagaimana mengisi formulir tersebut. Ia telah diwawancarai oleh beberapa orang dalam proses rekrutmennya dan idealnya semua orang tersebut memiliki kesimpulan dalam hal apa Toni harus berkembang. Dalam hal ini Toni berpendapat bahwa mengisi formulir ini hanyalah sebuah formalitas saja.
Apa yang dapat Anda simpulkan dari 3 kasus di atas?
Bahwa adanya beberapa hal yang seharusnya tidak perlu terjadi seperti pemborosan biaya untuk memakai jasa agen rekrutmen. Hal ini sebenarnya dapat dihindari apabila Ida dapat bekerja sama dengan tim HR untuk mempersiapkan suksesor dari seluruh anggota timnya. Sehingga saat salah satu menggundurkan diri, maka yang lain telah siap untuk menggantikannya.
Pada kasus kedua sang rekrutmen tidak dapat memberikan dukungan penuh untuk kesuksesan strategi bisnis yang baru. Oleh karena membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk dapat merekrut 100 orang dan melatihnya. Seandainya hal ini telah dilakukan secara berkala maka perubahan strategi bisnis yang dapat terjadi kapan saja tidak akan menjadi alasan untuk dapat menemukan talent-talent terbaik.
Pada kasus ketiga, first impression yang timbul pada Toni bahwa sebenarnya apa yang harus ia lengkapi hanyalah sebuah formalitas teramat sangat disayangkan. Sangat perlu disadari bahwa mempersiapkan suksesor atau pun talent bukanlah tugas HRD semata tetapi kerjasama dari berbagai pihak termasuk manager.
Bersambung Bagian dua
Ruth Berliana/VMN/BL/Managing Partner Human Capital Development