(Business Lounge – News) Sebuah penelitian terbaru dari Hiroshima University Jepang mengungkap asal usul Berlian yang sebenarnya. Penelitian tim Masaaki Miyahara ini mengatakan bahwa batu perhiasan yang sudah sangat familiar di kalangan para wanita ini ternyata tidak berasal dari bumi melainkan dari luar angkasa.
Berlian sebelumnya diyakini berasal dari bagian terdalam gunung berapi. Pada dasarnya berlian adalah Kristal transparan yang terdiri dari empat bagian karbon atom. Batu yang biasa digunakan sebagai perhiasan karena keindahannya ini sudah lama digunakan oleh manusia. Dahulu di India, penggunaan berlian dibatasi berdasarkan warna untuk setiap kasta. Hanya raja yang diizinkan memakai berlian dengan segala warna yang berbeda. Di Eropa penggunaan berlian sempat menghilang hampir selama 1000 tahun, karena ditakutkan bisa digunakan sebagai jimat.
Bermula dari jatuhnya asteroid raksasa yang diberi nama 2008 TC3 pada tahun 2008 lalu di padang pasir Nubian Sudan. Ini adalah meteorit pertama yang telah diidentifikasi dan dilacak sebelum jatuh menghantam planet ini. Asteroid yang memiliki massa 80 ton dan ukuran diameter 4.1 meter tersebut jatuh menghantam bumi dan menghasilkan 600 pecahan meteorit dengan berat sekitar 10.5 Kg per pecahannya. Kumpulan meteorit itu diberi nama Almahata Sitta.
Penelitian yang dilakukan terhadap pecahan meteorit ini menemukan bahwa pecahan Almahata Sitta ini ternyata mengandung berlian. Hal ini tidak terlalu mengejutkan, karena penelitian pada beberapa jenis meteorit sebelumnya juga sering ditemukan adanya kandungan berlian. Bedanya berlian yang ditemukan pada Almahata Sitta ini memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari biasanya. Hal ini menurut para ilmuwan, berarti berlian tersebut dibentuk dengan cara yang tidak biasa.
Menurut para peneliti, ada dua kemungkinan, yang pertama adalah berlian itu dibentuk oleh deposisi lambat dari atom karbon tunggal pada gas tipis luar angkasa, namun hal ini tampaknya tidak mungkin. Kemungkinan besar berlian tersebut terbentuk di dalam sebuah gumpalan batu yang jauh lebih besar dibandingkan asteroid manapun, tetapi tidak cukup besar untuk dikategorikan sebagai planet. Gumpalan batu itu disebut “planetesimal” yang diyakini sudah ada di hari-hari awal tata surya, sebelum sistem tata surya dan planet-planet terbentuk dan menetap di dalam orbitnya. Planetesimal terbentuk dari sebuah planet yang tidak diketahui yang telah lama hancur pada saat tata surya kita terbentuk.
Tidak ada yang tahu bagaimana tepatnya. Akan tetapi sistem tata surya kita pada awalnya memang merupakan tempat yang bergejolak, penuh dengan guncangan dan banyak pecahan batu meteorit dan es yang berputar melayang di sekitarnya, hal ini menyebabkan kemungkinan sering terjadinya tabrakan satu sama lain.
Hasil penelitian terbaru dari Hiroshima University ini akan diterbitkan dalam jurnal Geochimica et Cosmochimica Acta pada bulan Agustus ini.
Rebecca Hayati/VMN/BL/Managing Partner E-Commerce
Editor: Ruth Berliana
Image: Antara