(Business Lounge – Business Insight) Minggu lalu, Johnson & Johnson mengeluarkan kebijakan baru dengan memberikan tambahan 8 cuti berbayar bagi karyawan yang mendapatkan anak pertama (baik seorang ibu ataupun seorang ayah) juga bagi karyawan yang mengadopsi anak. Cuti tersebut berhak untuk diambil pada tahun pertama si anak.
Dengan demikian seorang karyawan wanita yang melahirkan berhak untuk mengambil cuti berbayar hingga 17 minggu sedangkan seorang karyawan pria yang isterinya melahirkan berhak untuk mengambil cuti paling tidak 9 minggu. Selain itu, orang tua baru tidak harus mengambil cuti mereka berturut-turut, yang memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar selama tahun pertama. Kebijakan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei, tetapi juga akan surut berlaku untuk karyawan yang menjadi orang tua pada atau setelah Mei 2014.
Dalam artikel berjudul “J&J and the 21st Century Working Family” yang diposting pada blog milik perusahaan yang bergerak dalam bidang peralatan medis dan farmasi ini ditekankan bagaimana perusahaan mendukung kehidupan keluarga modern tanpa mempertimbangkan bentuk keluarga itu sendiri dan ini sangat membanggakan bagi pihak manajemen.
Memang telah diakui bahwa di Amerika, tidak semua karyawan wanita yang melahirkan memperoleh cuti. Biasanya hanya mereka yang bekerja di instansi pemerintah saja yang berhak mendapatkan cuti melahirkan selama 3 bulan namun tidak berbayar.
Pemberian Non Cash Benefit
Terlepas apakah pemberian cuti melahirkan merupakan sebuah kebijakan pemerintah pada satu negara atau bukan, namun pemberian non cash benefit pada sebuah perusahaan sering kali menjadi sebuah nilai tambah. Seorang karyawan bertahan untuk tetap bekerja pada sebuah perusahaan yang sebenarnya berlokasi jauh dari tempat tinggalnya oleh karena adanya pemberlakukan flexible working hours. Karyawan lain memilih pindah kerja ke perusahaan yang lain oleh karena jumlah cuti yang lebih banyak dalam satu tahun. Sedangkan karyawan yang lain hanya mau bekerja pada perusahaan yang mau menanggung kesehatan anak dan isterinya.
Ada banyak pertimbangan mengapa seseorang memilih sebuah perusahaan untuk dia bekerja lebih hanya sekedar gaji semata-mata.
Langkah Johnson & Johnson dalam memberikan cuti bagi karyawan yang menjadi orang tua adalah langkah yang sangat menarik. Terlepas apakah itu merupakan sebuah strategi ataupun sebuah ketulusan hati namun langkah ini patut dihargai oleh karena sesuai dengan visi dan nilai-nilai yang dianut perusahaan yaitu sebuah prinsip utama untuk menghormati martabat karyawan, menumbuhkan kesehatan budaya kerja, dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang.
Bilamana Menjadi Sebuah Strategi
Dalam pengalaman saya ikut serta di dalam perundingan perjanjian kerja dengan serikat pekerja pada sebuah perusahaan maka butir pembahasan yang menjadi agenda perundingan dapat berjumlah cukup bahkan terbilang banyak. Masalah kenaikan upah termasuk tunjangan-tunjangan tentu saja akan menduduki posisi teratas. Namun demikian, sebagai pihak manajemen, kami selalu memiliki strategi untuk dapat memberikan nilai penawaran yang bergengsi.
Memberikan kemurahan hati dalam non cash benefit adalah salah satu kebijaksanaan yang selalu menjadi strategi. Apalagi bila perusahaan memiliki budjet yang terbatas untuk kenaikan upah. Sehingga alih-alih langsung menyetujui kenaikan upah sesuai dengan permintaan dalam perundingan maka bisa ditawarkan untuk mengkompensasikannya dalam hal menambahkan jumlah cuti ataupun jumlah manfaat kesehatan dengan sistem reimbursement, atau beberapa manfaat lainnya. Dikatakan sebuah strategi sebab pada dasarnya manfaat ini tidak dicicipi oleh semua karyawan tetapi apabila diambil maka akan menjadi biaya bagi perusahaan.
Hal ini dapat menjadi nilai tambah dan prestasi bagi perusahaan serta keuntungan bagi karyawan walaupun tidak semua dapat mencicipinya.
uthe/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana