(Business Lounge – Empower People) Baru-baru ini Toyota melakukan langkah penting yang sebenarnya dapat dikatakan bertolak belakang dengan budaya perusahaan yang telah dibangunnya selama ini. Selama delapan dekade sejarah, Toyota tidak pernah mengangkat seorang non Jepang dan mendudukkannya pada posisi yang mereka sebut sebagai Executive Vice President and Member of the Board. (Baca: Toyota Ambil Langkah Diversifikasi). Saat ini ada 8 orang yang berada pada posisi tersebut dan semuanya berkebangsaan Jepang.
Budaya Jepang
Bangsa Jepang terkenal dengan kecintaannya terhadap budayanya. Dimana pun ia berada, mereka akan sedapat mungkin mempertahankan tradisi dan budayanya. Bahkan jika memungkinkan, mereka akan mengembangkan budaya mereka untuk dapat diterima oleh lingkungannya. Jika Anda berkunjung ke Jepang maka termasuk sulit untuk dapat menemukan orang yang dapat berbahasa Inggris di sana. Juga jika Anda mengamati perusahaan Jepang yang berdiri di Indonesia, maka ciri khas budayanya akan sangat kental bahkan mempengaruhi budaya perusahaan.
Melakukan Diversifikasi
Toyota melakukan diversifikasi dengan menempatkan Didier Leroy, seorang non Jepang pada posisi atas. Apakah dengan demikian Toyota mengubah budaya perusahaan yang dimilikinya? Apakah budaya perusahaan dapat diubah?
Mengubah Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan selalu identik dengan nilai-nilai yang mendasari keyakinan, pengertian, cara berpikir, cara bertindak, keputusan dan segala sesuatu yang akan dilakukan perusahaan dan pihak manajerialnya. Budaya perusahaan selalu terkait dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat terkait, juga para pendirinya.
Tidak mudah untuk mengubah budaya perusahaan, apalagi bila budaya tersebut telah mengakar dan bertumbuh berpuluh bahkan beratus tahun lamanya. Tetapi bukan berarti budaya perusahaan tidak dapat berubah, namun tentu saja membutuhkan waktu yang kadang kala tidak sebentar.
Bilamana Budaya Perusahaan Berubah
Pergantian Kepemimpinan
Toyota memang telah mengalami pergantian generasi pemimpin. Saat ini Toyota dipimpin oleh Akio Toyoda, cucu pendiri Toyota, Kiichiro Toyoda yang berarti generasi ketiga yang memimpin Toyota. Bukan tanpa pertimbangan Akio Toyoda mengangkat seorang non Jepang menduduki posisi penting di perusahaannya, tetapi tentu saja dengan berbagai pertimbangan yang matang walaupun itu berarti mengubah budaya perusahaan yang telah terbentuk sejak tahun 1937.
Terkait Strategi Bisnis
Hingga saat ini Toyota menduduki peringkat pertama sebagai produsen mobil di dunia. Namun para pesaing yang terus berupaya mengejar posisinya tidak dapat dianggap sepele. Itulah sebabnya penting bagi Toyota untuk mempertahankan posisinya. Diversifikasi merupakan sebuah langkah yang merefleksikan Toyota tidak lagi terkotak hanya kepada Jepang, tetapi sebuah tindakan untuk keluar dari Jepang.
Terkait visi dan misi
Adanya perubahan visi dan misi sudah otomatis akan mengubah budaya perusahaan. Dalam kasus Toyota, suatu fakta yang terjadi adalah bahwa 83% penjualan yang terjadi adalah di luar Jepang. Sehingga sangat penting Toyota menggarisbawahi bahwa Toyota bukanlah Jepang tetapi Toyota bagian dari dunia.
Dalam Kondisi Krisis
Situasi krisis dapat memaksa manajemen untuk mengubah budaya perusahaan yang ada, misalnya saja suatu kemunduran finansial yang mengejutkan, adanya terobosan yang dramatis dari pesaing, atau beralihnya pelanggan utama. Dalam kasus Toyota ini memang tidak ada krisis yang terjadi namun persaingan tetap tersirat di dalamnya. Bagaimana tidak, untuk beberapa tempat penjualan Toyota mengalami penurunan pada tahun 2014, termasuk penjualan di Indonesia.
Pada intinya budaya perusahaan dapat saja berubah bahkan harus berubah jika itu menyangkut kelangsungan hidup perusahaan.
Ruth Berliana/VMN/BL/Managing Partner Human Capital Development