Belajar Manajemen Risiko dari Penyelam Wanita Basarnas

(Business Lounge – Manage Risk) Musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8510 di kawasan laut Karimata pada akhir Desember 2014 telah menjadi berita yang mengejutkan dunia internasional. Berbagai instansi terlibat langsung untuk pencarian pesawat dan evakuasi korban. Untuk armadanya telah dikerahkan terutama dari Basarnas, TNI AU dan TNI AL. Selain itu, bantuan kerjasama negara-negara sahabat berlimpah dan antre untuk mendukung program kemanusiaan ini. Tidak kurang dari sebelas negara yang terlibat secara langsung dengan menyediakan kapal, pesawat serta helikopter yang dilengkapi sejumlah peralatan canggih untuk kepentingan SAR. Sebelas negara yang terlibat langsung tersebut adalah Singapura, Malaysia, Australia, Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, Rusia, Tiongkok, Inggris, Perancis dan Selandia Baru.

Di lapangan operasi, tim SAR untuk pencarian dan penyelamatan ini dipimpin langsung oleh Kepala Badan SAR Nasional, Marsekal Madya Henry Bambang Soelistyo. Bahkan pada beberapa kesempatan terlihat juga kehadiran Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang mengomandoi langsung pasukan TNI di lokasi pencarian di atas KRI Banda Aceh. Di antara tim SAR dari Basarnas ada yang menarik perhatian karena merupakan satu-satunya anggota penyelam andalan yang wanita. Dia adalah Yusniar Amara.

Yusniar bergabung di Basarnas sejak tahun 2006, sebelumnya adalah atlet selam asal Aceh. Sebagai anggota tim rescue (penyelamatan) Basarnas, Yus telah merasakan asam garam operasi SAR yang dilaksanakan Basarnas, baik itu laut, sungai maupun pegunungan. Namun, operasi pencarian kecelakaan AirAsia QZ8501 ini menjadi misi internasional pertamanya.

Yusniar Basarnas

Tantangan Risiko

Medan operasi pencarian Air Asia di selat Karimata ini tidak mudah. Yus mengatakan sejak terjun mencari korban, cuaca di lokasi sangat buruk. “Gelombang tinggi sampai empat meter, arus di bawah air sangat kuat dan zero visibility. Benar-benar tidak tampak sejengkal pun, kami cuma mengandalkan senter tapi itu pun cuma bisa dua meter saja,” kata Yus. Menurutnya cuaca sangat berat karena setiap kali masuk ke air, langsung diterjang badai.

“Maksimal kami menyelam di kedalaman 30-40 meter cuma boleh 18 menit, jadi sebelum turun kami berdoa agar dimudahkan. Sedih kalau kami menyelam tidak dapat jenazah, kami sudah anggap korban seperti keluarga sendiri,” tambahnya. Ia mengaku bahwa penyelamatan dan pencarian korban bukan tugas mudah, demikian pernah disampaikannya di antaranya kepada BBC Indonesia (5 Januari 2015).

Demikian tantangan risiko yang harus dihadapi dalam misi yang diemban seorang Yusniar. Bukan hanya Yus saja, tetapi semua tim SAR juga harus siap menantang risiko keganasan alam demi terlaksananya misi kemanusiaan yang mulia ini.

Barangkali, pengalaman dari profil penyelam wanita SAR andalan ini dapat menjadi acuan untuk dipelajari dalam menghadapi risiko serta mengatasinya. Fakta pencarian kemudian menunjukkan bahwa tim SAR ini terbukti berprestasi dalam menemukan lokasi jatuhnya pesawat dan mengevakuasi sejumlah jenasah serta mendapatkan dan mengangkat naik black-box dan ekor pesawat. Dunia pun memuji keberhasilan operasi ini, sebagian lagi menyebutkan Basarnas sebagai salah satu tim SAR yang terbaik di dunia. Nah, apa yang bisa dipelajari dari sini?

Persiapan dan Profesional

Yusniar telah menyebutkan bahwa cuaca di medan operasi sangat buruk, kondisi di bawah laut pun juga sangat terbatas dengan jarak pandang yang zero visibility. Tetapi Yus bukan penyelam biasa. Dia telah memiliki catatan perjalanan yang panjang sebagai atlet penyelam dan kemudian penyelam Basarnas yang diandalkan. Artinya, menghadapi tantangan risiko yang besar diperlukan suatu persiapan kematangan pengalaman, termasuk tentunya latar belakang pendidikan yang sesuai dan memadai serta jam terbang menghadapi aneka risiko sebelumnya yang telah cukup panjang. Semakin siap dalam menghadapi risiko, karena telah berpengalaman sebelumnya, seorang akan semakin dapat menghadapi dan mengatasi risiko yang menghadang di depannya.

Seorang Yusniar, walau seorang wanita di antara profesi yang mayoritas pria ini, adalah sosok yang professional, yaitu yang menguasai dan cakap dalam menjalankan tugas dan misi profesinya. Untuk urusan SAR, ini menyangkut nyawa manusia. Nyawa dari jiwa-jiwa yang hendak diselamatkan, nyawa juga dari dirinya sebagai tim yang jelas-jelas menantang bahaya keganasan alam. Kesalahan perhitungan, ketidakcermatan, tindakan yang sekedar nekad saja bisa mengakibatkan hal-hal yang fatal. Bayangkan jika jumlah jiwa melayang bertambah dengan tim SAR itu sendiri. Oleh sebab itu, profesionalisme adalah mutlak.

Bagi Anda di lingkungan pekerjaan, ketika risiko itu datang dan siap menyergap, maka sikap profesionalisme akan dapat mengatasi badai risiko tersebut. Jadilah professional, bersikaplah professional. Semakin mumpuni keahlian dan kemampuan Anda dalam profesi atau bidang pekerjaan Anda, semakin baik Anda dalam mengatasi masalah risiko, sekalipun itu datang secara tiba-tiba.

Taati Aturan

Dalam operasi dan profesi yang menyangkut nyawa manusia ini, segala sesuatu harus dihitung dan diatur dengan cermat. Maka, aturan dan koordinasi dalam operasi harus ditegakkan dan dihormati. Yus menyebutkan tentang kedalaman dan waktu maksimum yang diperkenakan untuk menyelam. Tidak boleh lebih dalam dari 40 meter, tidak boleh lebih lama dari 18 menit. Itu aturannya dan sudah dikoordinasikan demikian. Melewati aturan bisa dianggap pelanggaran di sini.

Melewati batas yang ditetapkan sama saja menaikkan kadar risiko, dan itu akan berakibat fatal. Sekali lagi, ini menyangkut nyawa manusia. Basarnas juga terpaksa beberapa kali menunda operasi ketika cuaca tampil begitu buruk, dengan ombak yang mencapai lima meter dan badai berkabut yang membahayakan. TNI juga hanya menurunkan tim yang handal dan terbaiknya, sekelas pasukan katak dari Kopaska.

Insight yang dapat diambil dari sini adalah hormati dan patuhi aturan yang ada. Berapa banyak para professional yang akhirnya terkena sanksi di akhir karirnya, bahkan sebagian lagi dipenjarakan, karena mereka melanggar. Mereka orang-orang yang pandai, cerdas dan ahli. Tetapi tidak ada toleransi terhadap pelanggaran hukum, seberapa ahlinya pun orang tersebut.

Dalam dunia pekerjaan Anda mungkin telah ditetapkan risk limits, batasan terhadap risiko yang dituangkan dalam sejumlah indikator. Itu semua untuk diikuti dan ditaati. Ada aspek risiko hukum di sana bila terdapat pelanggaran. Sudah banyak gubernur, kepala daerah, menteri, direktur utama, konglomerat, tokoh bisnis yang dipidanakan dan masuk penjara. Jangan kita menambahkannya lagi.

Mental dan Cinta

Ada lagi ungkapan yang menarik dari Yusniar, pada saat diwawancarai BBC tersebut. Menghadapi tantangan alam, dan untuk operasi ini termasuk menemukan mayat di dalam laut, perlu memiliki mental yang kuat. “Memang kuncinya kesiapan dan kekuatan mental. Kalau mental sudah mantap, sudah kuat, mau situasi apa pun kita tetap tenang,” katanya.

Menghadapi risiko kita harus punya mental yang kuat untuk siap menghadapi risiko. Risiko adalah bagian dari tantangan alam. Risiko juga adalah bagian dari dinamika profesi dan pekerjaan kita. Mental yang kuat. Jangan takut untuk menghadapi risiko. Bersiap pada segala waktu akan terjadinya peningkatan risiko. Itu akan membuat kita lebih tenang dan handal dalam mengatasi risiko.

Siapkan diri Anda untuk sewaktu-waktu mungkin pesaing usaha Anda meningkatkan kapasitasnya dan menggerus pangsa pasar bisnis Anda. Risiko persaingan, itu adalah hal yang biasa, bukan? Mental yang kuat akan membuat Anda cepat bereaksi dengan tenang untuk mengatur strategi persaingan lebih baik lagi. Kalah hari ini tidak harus berarti kalah seterusnya, bukan?

Di balik kepiawaian seorang Yusniar, tersimpul di dalamnya rasa cintanya akan profesinya. Sekalipun aneh karena dia wanita sendiri, dia melakukannya dengan senang. Sempat pula diungkapkannya bahwa Yus menganggap keluarga korban sebagai keluarganya sendiri. Mereka sedang menanti dengan harap-harap cemas, dan Yus berusaha melakukan apa yang terbaik yang dapat dilakukan untuk memberikan sedikit kejelasan kepada keluarga korban. Ada cinta yang mendorongnya memberi yang terbaik dalam profesinya.

Ya, bagaimana dengan Anda? Seberapakah cinta Anda dalam menjalankan fungsi profesi Anda? Cinta ternyata dapat mengatasi banyak tantangan risiko.

Pak Alfred

Alfred Pakasi/Deputy Chairman of Vibiz Consulting Group, CEO of Vibiz Consulting/VMN/BL             Image: BBC