(Business Loungne – News) Mengabaikan pertentangan dari Rusia, tiga negara ex Uni Soviet tetap bersikukuh untuk menandatangani perjanjian kemitraan dengan Uni Eropa. Ukraina, Georgia dan Moldova telah mengikatkan diri untuk lebih dekat kepada Barat baik secara ekonomi dan politik.
Perjanjian ini adalah titik permasalahan krisis yang terjadi di Ukraina selama ini.
Presiden Ukraina, Petro Poroshenko menyambut penandatanganan ini sebagai suatu langkah persiapan untuk menjadi anggota Uni Eropa. Penandatanganan ini dilaksanakan saat dilakukannya gencatan senjata dengan pemberontak pro-Rusia di timur yang akan berakhir pada hari Jumat besok.
Poroshenko menganggap bahwa penandatangan ini adalah suatu peristiwa yang bersejarah bagi Ukraina setelah kemerdekaannya pada tahun 1991. Bagi Poroshenko, peristiwa ini adalah sebuah simbol dari kekuatan suatu keyakinan dan kemauan.
Di sisi yang lain, Presiden Uni Eropa, Herman van Rompuy menggambarkan hal ini juga sebagai “hari besar bagi Eropa”.
Rompuy mengatakan kepada ketiga pemimpin Negara tersebut bahwa Uni Eropa mulai hari ini berdiri di sisi ketiga Negara tersebut lebih dari hari-hari sebelumnya.
Di dalam perjanjian itu, Rompuy memastikan bahwa tidak ada bagian yang akan membahayakan Rusia dari sisi apapun.
Sebagai catatatan, Victor Yanukovych, pendahulu Poroshenko, telah menolak untuk menandatangani kesepakatan dengan Uni Eropa di bawah tekanan dari Rusia serta adanya protes yang kemudian menyebabkan tumbangnya kekeuasaan Yanukovych. Kemudian Rusia pun menganeksasi wilayah Crimea sedangkan separatis pro-Rusia di di wilayah timur Ukraina, mendeklarasikan kemerdekaannya. Mereka mengklaim bahwa ekstremis telah mengambil alih kekuasaan di Kiev.
Lebih dari 420 orang telah tewas dalam pertempuran antara pemberontak pro-Rusia dan pasukan pemerintah di Ukraina timur sejak pertengahan April sesuai dengan perkiraan PBB.
Uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: wikipedia