Lingkungan Kerja dengan Culture Diversity, Mengapa Tidak?

(Business Lounge – Corporate Culture) – Berkembangnya dunia bisnis ke arah globalisasi menjadikan organisasi bisnis, terutama perusahaan multinasional, diisi oleh individual yang beraneka ragam. Keanekaragaman ini bisa menjadi aset yang mendukung kesuksesan organisasi jika dimanfaatkan secara optimal.

Perusahaan multinasional banyak yang menerapkan kebijakan `workforce diversity` yakni kebijakan yang merekrut dan mengembangkan karyawan yang berasal dari latar belakang sosial dan budaya berbeda-beda.

Manfaat
Kebijakan diversity dapat memberikan sejumlah manfaat bagi organisasi, antara lain:

Pertama, karena memang perusahaan menjunjung tinggi etika. Perusahaan tidak punya preferensi terhadap orang dengan latar belakang tertentu, dan memang tidak mendukung praktik diskriminasi. Dalam skala global, stereotype dan diskriminasi masih banyak terjadi, terutama bagi kaum-kaum tertentu, seperti wanita, kulit berwarna, lanjut usia, orang berpenampilan fisik tertentu, dan lainnya. Orang-orang yang termasuk dalam kaum ini sering memperoleh penilaian hanya berdasarkan kesan pertama, bukannya berdasarkan kemampuan dan karakternya yang asli.

Organisasi yang terdiri dari orang dengan latar belakang berbeda, dapat menghasilkan ide-ide yang lebih kreatif dan inovatif. Hal ini merupakan buah dari kekayaan pemikiran yang muncul dari orang-orang tersebut. Mereka bisa jadi punya perspektif berbeda dalam memandang sesuatu, dan ini merupakan hal yang positif dalam memecahkan suatu masalah. Sehingga, keputusan yang diambil sudah dipikirkan dari berbagai segi, dan merupakan yang terbaik.

Apalagi, jika organisasi Anda sebuah perusahaan multinasional, workforce diversity akan sangat memberikan manfaat. Anda dapat memperoleh insight dari karyawan yang punya latar belakang berbeda-beda, memberikan Anda pemahaman mengenai berbagai macam budaya, sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai pendekatan bisnis yang cocok untuk lokal.

Workforce diversity dipercaya dapat memberikan dampak-dampak positif terhadap perusahaan. Menurut Robinson dan Dechant (1997), berbagai studi terhadap organisasi yang menjalankan workforce diversity menemukan bahwa tingkat absensi lebih rendah, menurunkan biaya turnover karyawan dan menurunkan tuntutan hukum atas diskriminasi. Masalah-masalah tersebut dapat membebankan biaya yang sangat besar bagi perusahaan. Sehingga, dengan menggalakkan workforce diversity sebenarnya Anda turut `menjaga` bottom line.

Menurut laporan yang dibuat oleh European Commission, workforce diversity juga dapat memperkuat value driver dalam jangka panjang, baik aset berwujud maupun tidak berwujud yang memungkinkan perusahaan untuk menjadi kompetitif, menghasilkan arus kas yang stabil, dan memuaskan pemegang sahamnya. Adanya workforce diversity dapat memperkuat human dan organisational capital. Kemudian, bisa menghasilkan pula peluang jangka pendek dan medium untuk meningkatkan arus kas, misalnya dengan menekan biaya, mengatasi kekurangan SDM, membuka pasar baru, dan meningkatkan kinerja di pasar yang sekarang. Intinya adalah meningkatkan ROI.

Tantangan
Penerapan ini tentunya juga mengalami sejumlah tantangan dan hambatan, diantaranya:

Pertama, yakni komunikasi. Supaya komunikasi lancar, maka hambatan-hambatan yang berasal persepsi, budaya, dan bahasa harus diatasi. Perbedaan persepsi, budaya dan bahasa berpotensi menimbulkan miskomunikasi, sehingga dapat memicu ketidakharmonisan, konflik, dan demotivasi.

Kedua, penerapan ini mungkin ditolak oleh sejumlah orang yang tidak siap. Sebagian mungkin belum siap untuk menerima keanekaragaman dalam lingkungan kerja. Oleh karena itu, ini menjadi suatu tantangan yang besar bagi pemimpin.

Bagaimana seorang pemimpin dapat mengelola sebuah workforce diversity?

Pertama-tama, pemimpin harus punya kesadaran untuk menerima keanekaragaman, dan mengizinkan karyawan untuk membawa keanekaragaman yang mereka miliki tersebut ke dalam lingkungan kerja.

Selanjutnya, pemimpin harus dapat membangun awareness terhadap keanekaragaman ini kepada karyawan-karyawannya. Pemimpin harus menekankan pentingnya menghargai keanekaragaman dalam lingkungan kerja, baik dalam internal karyawan maupun berhubungan dengan pihak eksternal. Pembangunan awareness ini harus dilakukan secara terus menerus, sehingga `menghargai workforce diversity` menjadi bagian dari culture perusahaan. Tanpa dikomando, karyawan sudah mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan sikap saling menghargai, maka tentunya ini membangun suatu energi positif dalam lingkungan kerja. Setiap orang merasa bahwa dirinya merupakan individu yang berharga.

(rp/ic/bl-md)

2
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x