Perbankan 2013: di Tengah Prospek dan Kewaspadaan

(The Manager’s Lounge, Risk Management) – Tahun 2012 mungkin dapat disebut sebagai tahun sukses bagi industri perbankan. Sejumlah bank terkemuka menunjukkan pertumbuhan laba yang cukup mengesankan, berkisar 20% sampai 30%. Sementara kredit bertumbuh di atas 20% dan dana pihak ketiga meningkat berkisar juga di atas 20%, bahkan untuk kelompok BPD mencapai hampir 30% pertumbuhannya.

Di pasar modal pun, saham-saham emiten perbankan termasuk favorit buat para investor dalam dan luar negeri karena fundamentalnya yang kuat dan prospek yang cerah seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih di atas 6% di tahun-tahun ini. Bagaimanapun ini dapat disebut sebagai prestasi karena telah berjalan di tengah kondisi ekoonomi global yang sedang bergejolak.

Di tahun 2013 ini nampaknya kondisi ekonomi global masih akan terus bergejolak. Kondisi belitan hutang obligasi Negara di zona Eropa membutuhkan waktu tidak sebentar untuk pemulihannya. Amerika masih tarik ulur dengan pemulihan ekonominya yang lambat dan masih terancam dengan situasi jurang fiscal. China dan India agaknya masih harus me-rem pertumbuhan ekonominya di tahun ini. Semenara itu, perekonomian Indonesia boleh dibilang stabil dan cerah. Tetapi telah ternyata juga secara empiris bahwa ekonomi kita pernah mengalami periode yang rentan terhadap sejumlah gejolak yang datangnya dari luar negeri.

Bisnis Perbankan Membesar

Pertumbuhan ekonomi domestik tahun 2013 yang akan berkisar 6,3%, bahkan berpotensi lebih tinggi lagi bila semester II yang akan datang perekonomian global menunjukkan geliat yang positif, tentunya merupakan pemicu kuat bagi pertumbuhan bisnis perbankan. Masyarakat kelompok menengah (middle income group) kita saat ini telah mencapai porsi yang lebih dari separuh dari total penduduk. Ini merupakan potensi pasar consumer banking yang sangat kuat dengan target sekitar 130 juta basis nasabah. Sementara itu, sektor infrasutruktur yang sedang digenjot lewat program MP3EI dan turunannya memberikan peluang pembiayaan korporasi dan komersial yang sangat besar. Ada triliunan rupiah kue bisnis yang siap digarap. Di samping itu potensi segmen micro banking sama sekali tidak bisa dipandang kecil. Telah terbukti beberapa BUSN yang fokus di situ telah menuai peningkatan laba yang signifikan. Maka bank-bank BUMN pun serius juga menangani sektor ini sekarang, yang bahkan sedang disusul sejumlah bank asing.

Dapat dikatakan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang satu dekade ini moderat stabil maka porsi lahan bisnis bagi industri perbankan telah bertumbuh membesar dengan efek multiplier-nya. Pertumbuhan tersebut akan berlanjut. Di tengah keuangan global yang sedang bergejolak, ekonomi kita serta kinerja perbankan masih akan mengkilap di tahun 2013.

Monitor Risiko

Namun, seperti dua sisi mata uang, selain potensi besar di depan, bank-bank tetap harus waspada terhadap sejumlah risiko ekonomi dan bisnis yang menghadang. Adalah fakta bahwa hari ini dunia sedang bergejolak, sedangkan perekonomian kita bersifat terbuka dan perbankan adalah industri yang –by nature- sensitif terhadap isyu resesi. Untuk itu, perlu disadari akan sejumlah ganjalan ekonomi yang dapat menghambat bisnis perbankan di tahun ini.

Gejolak ekonomi dan finansial luar negeri yang masih berlanjut membuat bisnis ekspor masih dalam tekanan. Bank perlu monitor ketat sejumlah debitur yang bergerak dalam aktivitas ekspor, termasuk yang di sektor komoditas seperti CPO dan batu bara. Ini masih perlu diwaspadai gejolak harga dunianya dan dampaknya kepada keuangan perusahaan nasabah.

Di sisi mata uang agaknya kurs masih akan fluktuatif setahun ini. Untuk itu bank harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya kerugian kurs yang signifikan pada Laporan Laba Rugi (Income Statement) nasabah debitur yang punya eksposur forex yang besar. Harus dijaga agar cash flow nasabah tetap aman bagi portfolio kredit bank.

Pada 2013 ini alokasi subsidi BBM, yang sudah besar itu dan tahun lalu jebol terus pagunya, rencananya akan dinaikkan sebesar 43%. Ini memberikan porsi subsidi BBM sebesar 16% pada APBN, lebih tinggi dari alokasi pembangunan infrastruktur yang mendapat porsi hanya 12%. Apa dampaknya ini bagi pembangunan? Kebijakan demikian akan kurang memberi stimulus terhadap ekspansi proyek-proyek infrastruktur yang harusnya dapat menguatkan diversifikasi pertumbuhan ekonomi ke seluruh negeri. Juga –harusnya- dapat menguraikan sejumlah bottle-neck pertumbuhan di daerah-daerah yang selama ini tersumbat. Agak ironis karena program MP3EI digembar-gemborkan, tetapi di sisi anggaran alokasi terkaitnya malah kalah dengan subsidi BBM.

Terkait hal tersebut, sejumlah bank yang aktif dalam melakukan bridging finance atas proyek-proyek berbasis APBD perlu lebih waspada dan selektif. Direkomendasikan untuk jangan hanya terfokus kepada pembiayaan jenis itu, walau mungkin di tahun-tahun sebelum ini dapat dikatakan tidak bermasalah. Diversifikasi pembiayaan adalah strategi yang bijak di tengah situasi yang perlu diwaspadai.

Hubungan Tenaga Kerja

Belakangan ini di sektor tenaga kerja hubungan antara buruh dan pengusaha sedang kurang harmonis. Demonstrasi buruh yang berkelanjutan serta dinaikkannya UMP di sejumlah daerah secara cukup signifikan, dirasakan berat oleh banyak pengusaha. Masalahnya ini juga memberikan citra serta dampak negatif bagi para investor asing dengan PMA mereka. Kemungkinan PHK yang mengarah massal akan segera terjadi. Terindikasi juga sejumlah investor asing yang sedang dan siap merelokasikan pabriknya ke negeri-negeri seperti Vietnam, Thailand, dll karena tidak tahan dengan hubungan tenaga kerja yang tidak kondusif lagi. Mereka mau angkat kaki meninggalkan bisnisnya di sini. Kabarnya di negeri-negeri tetangga itu tidak ada demonstrasi buruh dan produktivitasnya juga di atas tenaga kerja kita.

Perbankan kiranya perlu mewaspadai kondisi dan situasi hubungan pengusaha dan buruh ini. Terhadap kelompok debitur yang pabrik atau bisnisnya memiliki banyak buruh perlu diawasi perkembangannya. Demikian juga kepada nasabah yang joint venture dengan asing, perlu terus dimonitor secara lebih ketat perkembangan bisnisnya.

More cautious

Antara bisnis dan risiko: bagaimanapun juga itulah dia habitatnya bank. Bank memang berbisnis di tengah risiko yang ada. Seperti dua sisi mata uang. Kedua sisi itu harus diperhatikan. Kesimpulannya perbankan Indonesia di tahun ini akan maju terus menggarap potensi bisnis yang terhidang dengan luasnya di depan. Sementara itu pandangannya, penciumannya dan pendengarannya tajam untuk mewaspadai risiko yang bisa sewaktu-waktu mengganjal. Jangan sampai jatuh terguling.

Penulis dapat sampaikan pada 2013 ini bagi industri perbankan: “It’s business as usual with more cautious attitude”.Diambil dari www.vibizconsulting.com

(Alfred Pakasi/TA/TML)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x