WEF: 9 Strategi Manajemen Risiko Pasca Krisis (2)

Pengawasan Ketat Terhadap Instrumen yang Kompleks
(The Manager’s Lounge, Risk Management) – Industri farmasi melakukan studi yang mendalam sebelum meluncurkan obat-obatan barunya. Mereka meneliti tidak hanya kemanjuran, melainkan juga efek samping dan interaksi dengan obat lainnya. Sementara itu, industri perikanan juga menerapkan teknik memancing yang spesifik, supaya tidak menjaring ikan yang bukan merupakan target, misalnya ikan-ikan kecil.

Krisis finansial yang terjadi salah satunya merupakan hasil dari berkembangnya produk-produk derivatif yang kompleks, sulit untuk dipahami, dan risikonya juga sulit dikelola. Idealnya, manajer senior dalam institusi finansial perlu untuk memahami secara mendalam mengenai produk baru serta dampak-dampaknya, baik langsung maupun tidak langsung. Dampak dari produk tersebut harus diukur, baik terhadap nasabah maupun sistem finansial secara keseluruhan. Sehingga, produk yang punya risiko tinggi nantinya harus mempunyai pengawasan yang lebih ketat.

Inovasi secara transparan
Dalam dunia kedokteran, virus patogen dapat bermutasi untuk kemudian menjadi virus yang lebih berbahaya. Ini menyerang sistem imunisasi, karena respon awal yang tadinya memadai, kini tidak cukup lagi setelah virus patogen bermutasi.

Demikian juga halnya dengan produk finansial yang kompleks, pada awalnya dimaksudkan untuk meningkatkan laba dalam jangka pendek, namun malah mengakibatkan ketidakstabilan sistem finansial dalam jangka panjang. Ketika suatu produk sudah bermutasi, maka risikonya kemudian menyebar dan sulit untuk dikelola. Oleh karena itu, informasi yang transparan sangat dibutuhkan supaya instrumen finansial yang bermutasi ini dapat terdeteksi. Contohnya adalah perkembangan CDO dan CDS yang tidak terkontrol dan berperan besar dalam mengakibatkan krisis finansial. Kelemahan yang ada pada inovasi atau mutasi harus diidentifikasi supaya manajemen risiko yang tepat dapat dilakukan.

3. Governance & Culture
Mencari Potensi Masalah
WHO mengimplementasikan pendekatan `look for trouble` supaya dapat merespon penyakit dengan cepat. Global Public Health Intelligence Network (GPHIN) secara aktif mencari berita-berita yang mengindikasikan adanya penyakit baru yang berjangkit di seluruh dunia, kemudian menerjemahkannya ke dalam tujuh bahasa. Setelah disortir, data tersebut dikirim ke WHO yang kemudian mendiskusikan dan memutuskan respon yang akan diambil selanjutnya.

Hingga saat ini, mereka yang bekerja dalam manajemen risiko pada umumnya hanya menjalankan fungsi memonitor risiko, mengelolanya, serta melaporkannya. Jarang ada yang sampai aktif dalam mencari potensi masalah baru yang bisa terjadi di masa depan. Akibatnya, mereka tidak dapat melihat sinyal-sinyal bahaya sehingga krisis terjadi ketika kondisi sedang tidak siap. Untuk mengatasinya, maka institusi finansial bersama regulator harus mempunyai tim yang melakukan analisa terhadap pola yang tidak biasa secara proaktif. Praktisi juga harus bisa memperluas dan memperkaya perspektif yang mereka miliki, untuk kemudian merancang skenario dalam rangka manajemen risiko yang lebih baik.

Belajar dari Pengalaman
Industri penerbangan sudah terbiasa memanfaatkan post-accident analysis, dimana setelah kecelakaan terjadi, kemudian regulator, operator, produsen maupun pesaing melakukan investigasi. Investigasi ini tidak hanya dilakukan secara pasif dan sekedar mencari tahu penyebab kecelakaan saja, melainkan juga mempelajarinya dan melakukan perubahan yang diperlukan, termasuk merevisi manual penerbangan. Sehingga, manual penerbangan ini lengkap karena sudah mencakup update dari pelajaran dan pengalaman baru.

Praktisi di dunia finansial juga harus dapat memanfaatkan pengalaman untuk dapat mengidentifikasi dan memitigasi risiko. Misalnya seperti membentuk sebuah tim yang terdiri dari karyawan-karyawan yang sudah berpengalaman. Ketika terjadi situasi darurat, maka tim ini akan dipanggil untuk mengambil tindakan. Tim ini harus terdiri dari orang yang berpengalaman, memahami produk finansial dan kondisi pasar yang terbaru. Seperti di industri penerbangan yang menggunakan manual penerbangan, institusi finansial juga dapat membuat semacam logbook yang isinya adalah dokumentasi pengalaman di masa lalu, sehingga bisa menjadi panduan bagi karyawan.

Berdayakan karyawan frontline
Sistem imun manusia unik, karena punya model manajemen risiko yang terdesentralisasi. Jadi, tidak ada pusat yang mengatur mana bagian tubuh yang harus menjadi prioritas. Setiap sel imun individual dapat melawan patogen tertentu, dan bertanggung jawab dalam menghadapinya. Kumpulan dari tindakan tiap sel imun ini menjadikannya kemudian bersifat system-wide, sehingga dapat melawan patogen secara efektif. Seorang pemadam kebakaran juga harus bisa membuat keputusan taktis pada saat itu juga.

Demikian halnya juga dalam industri finansial, dimana institusi dapat mendorong supaya manajer risiko front-line dan karyawan business unit untuk dapat langsung mengatasi isu-isu manajemen risiko yang terjadi di lokal. Jadi, karyawan front-line bisa langsung memberikan input terkait dengan manajemen risiko

(Rinella Putri/TA/TML)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x