(Business Lounge – Global News) Sam’s Club, jaringan gudang ritel milik Walmart, tengah menghadapi ujian serius terhadap model bisnisnya yang selama ini menekankan harga murah dan nilai maksimal bagi anggotanya. Gelombang baru tarif impor dari pemerintahan AS terhadap produk-produk asal China mendorong Sam’s Club untuk mempertimbangkan kenaikan harga pada berbagai barang rumah tangga, termasuk alat dapur kecil seperti blender, pemanggang, dan pembuat kopi. Sementara itu, lebih dari 1.000 produk musim panas—mulai dari minuman hingga pakaian santai—dipertahankan harganya tetap untuk menjaga loyalitas pelanggan.
Menurut laporan The Wall Street Journal, langkah ini mencerminkan strategi selektif dari Sam’s Club dalam merespons tekanan biaya yang meningkat akibat kebijakan dagang pemerintah. Alih-alih meneruskan beban tarif ke seluruh produk, perusahaan memilih untuk mengisolasi kenaikan harga hanya pada barang-barang discretionary yang bukan kebutuhan pokok. Strategi ini dimaksudkan untuk tetap menjaga citra Sam’s Club sebagai penyedia nilai terbaik, sambil mengamankan margin keuntungan dalam lingkungan biaya yang semakin menantang.
Tarif baru yang mulai berlaku tahun ini menaikkan biaya impor pada berbagai kategori produk, termasuk alat rumah tangga, dekorasi musiman, dan barang elektronik konsumen. Ini menempatkan perusahaan seperti Sam’s Club—yang sangat bergantung pada efisiensi harga—dalam posisi sulit. Namun dengan jaringan logistik global Walmart dan pengadaan dalam skala besar, Sam’s Club memiliki ruang manuver yang lebih besar dibanding pesaing ritel lainnya.
Salah satu taktik utama Sam’s Club dalam merespons tarif ini adalah menjaga harga lebih dari 1.000 produk musim panas tetap tidak berubah hingga setidaknya akhir Juli. Produk-produk ini mencakup kebutuhan populer seperti alat panggang, es krim, minuman kemasan, dan pakaian santai—semuanya merupakan bagian dari kategori yang memiliki permintaan tinggi selama musim panas. Dengan menjaga stabilitas harga pada produk-produk ini, Sam’s Club berharap dapat mempertahankan arus pembeli dan memperkuat loyalitas anggota selama kuartal yang krusial ini.
Chief Merchant Sam’s Club, Megan Crozier, menyatakan bahwa perusahaan berusaha keras “mengunci harga” melalui kontrak pembelian jangka panjang dan efisiensi kemasan, terutama untuk produk-produk makanan dan kebutuhan rumah tangga. Strategi ini juga mencerminkan kepercayaan diri perusahaan terhadap kemampuannya menyerap fluktuasi biaya tanpa mengorbankan daya saing harga secara keseluruhan.
Namun, tidak semua segmen produk mampu lolos dari tekanan tarif. Untuk kategori discretionary seperti air fryer, microwave, dan kipas angin portabel, Sam’s Club mulai mempertimbangkan penyesuaian harga yang hati-hati. Menurut laporan Reuters, penyesuaian ini akan dilakukan berdasarkan analisis data permintaan pelanggan, sensitivitas harga, dan dinamika persaingan dengan pengecer lain seperti Costco dan Amazon.
Model bisnis warehouse club seperti Sam’s Club sangat bergantung pada loyalitas anggota dan efisiensi rantai pasok. Pendapatan terbesar berasal dari biaya keanggotaan tahunan yang stabil, sementara margin keuntungan dari penjualan barang relatif kecil. Oleh karena itu, menjaga persepsi “nilai lebih” menjadi misi utama, bahkan ketika biaya barang melonjak. Ini menjadi tantangan tersendiri ketika tarif impor berpotensi membuat produk-produk utama kehilangan daya saing harga.
Dalam kondisi pasar yang sedang tertekan, Sam’s Club justru mencatat lonjakan lalu lintas pelanggan yang signifikan. Data internal perusahaan menunjukkan adanya peningkatan kunjungan dan volume pembelian dari konsumen yang ingin mengantisipasi kenaikan harga. Fenomena ini juga terlihat di pesaing utama mereka, Costco, yang melaporkan lonjakan pembelian makanan dan barang rumah tangga menjelang penerapan tarif baru. Sejumlah analis memprediksi bahwa warehouse clubs justru akan mendapatkan keuntungan jangka pendek dari tren pembelian panik atau pembelian dalam jumlah besar sebelum harga naik lebih tinggi.
Selain strategi harga, Sam’s Club juga terus berinvestasi dalam otomatisasi dan efisiensi logistik. Dukungan penuh dari Walmart memungkinkan Sam’s Club mengoptimalkan pengiriman, mengurangi biaya distribusi, dan merelokasi sumber pengadaan ke negara-negara yang tidak terdampak langsung oleh tarif. Keunggulan struktural ini memberikan keunggulan kompetitif yang sulit ditandingi oleh peritel independen lainnya.
Namun demikian, risiko tetap ada. Jika tarif tetap tinggi dalam jangka panjang, atau diperluas ke kategori produk lain, Sam’s Club mungkin terpaksa menyesuaikan harga pada lebih banyak produk. Hal ini berpotensi mengikis loyalitas pelanggan, terutama jika pesaing mampu menawarkan harga lebih kompetitif melalui cara-cara lain, seperti penawaran terbatas atau strategi bundling produk.
Dalam jangka pendek, strategi Sam’s Club tampaknya cukup berhasil. Pelanggan tetap merasa puas dengan harga-harga stabil untuk produk-produk utama mereka, sementara perusahaan mendapatkan ruang untuk menyesuaikan harga pada kategori lain yang tidak terlalu sensitif terhadap permintaan. Tetapi ke depan, kemampuan Sam’s Club untuk terus menavigasi medan kebijakan dagang yang berubah-ubah akan sangat menentukan apakah mereka mampu mempertahankan reputasi sebagai destinasi belanja nilai terbaik di Amerika.
Dengan musim belanja musim panas yang menjadi ujian utama bagi strategi ini, pasar kini menunggu untuk melihat apakah Sam’s Club mampu mempertahankan performa keanggotaannya dan menjaga pertumbuhan penjualan meski bayang-bayang tarif terus membayangi. Jika berhasil, Sam’s Club bukan hanya akan keluar dari tekanan ini dengan utuh, tetapi juga akan memperkuat posisinya dalam lanskap ritel yang semakin kompleks dan penuh tantangan.