Intel

Intel Pangkas 15% Tenaga Kerja dan Proyek Miliaran Dolar demi Bangkit

(Business Lounge – Technology) Intel, raksasa semikonduktor Amerika Serikat, mengumumkan pemangkasan besar-besaran yang mencakup pemutusan hubungan kerja terhadap sekitar 15% tenaga kerja globalnya serta pembatalan proyek-proyek bernilai miliaran dolar sebagai bagian dari strategi menyeluruh untuk membalikkan kondisi bisnis yang terus tergerus dalam beberapa tahun terakhir.

Langkah tersebut menandai titik balik bagi perusahaan yang dulunya mendominasi dunia chip komputer, tetapi kini menghadapi tekanan luar biasa dari pesaing-pesaing kuat seperti Nvidia dan TSMC. Dalam upaya mengejar ketertinggalan di tengah ledakan permintaan chip untuk kecerdasan buatan, Intel justru harus merelakan investasi besar yang belum memberikan hasil nyata, serta menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan daya saingnya.

Langkah pemangkasan ini tidak hanya menyasar tenaga kerja di divisi manufaktur, tetapi juga berdampak pada tim riset dan pengembangan. Sumber internal menyebutkan bahwa beberapa fasilitas produksi yang tengah dibangun, terutama di luar Amerika Serikat, akan dihentikan sementara atau ditunda pengembangannya. Salah satu proyek yang terdampak adalah pabrik baru yang direncanakan di Ohio, yang sebelumnya digadang-gadang menjadi tulang punggung kebangkitan manufaktur chip domestik AS.

CEO Intel Pat Gelsinger menyampaikan bahwa keputusan tersebut diambil sebagai respons terhadap kondisi pasar yang terus berubah, sekaligus sebagai upaya menyelamatkan profitabilitas perusahaan. Ia menekankan bahwa Intel tidak akan bisa bertahan hanya dengan mempertahankan status quo, dan bahwa “transformasi menyakitkan” ini adalah syarat mutlak untuk masa depan yang lebih kompetitif.

Sejak kehilangan dominasi teknologi pada dekade terakhir, Intel telah berulang kali mengumumkan restrukturisasi dan peluncuran strategi baru. Namun, hasilnya sering kali meleset dari ekspektasi. Perusahaan terus kehilangan pangsa pasar baik di segmen prosesor untuk data center, PC, hingga chip grafis. Nvidia, dengan kekuatan produk GPU-nya yang kini menjadi pusat dari teknologi AI, telah meninggalkan Intel jauh di belakang dalam hal valuasi dan kinerja saham.

Selain efisiensi biaya, Intel juga mencoba menyelaraskan fokusnya kembali pada proyek-proyek utama yang bisa mendorong pertumbuhan dalam jangka menengah. Ini termasuk optimalisasi Intel Foundry Services, unit yang bertugas menjadi mitra manufaktur pihak ketiga, mirip seperti peran TSMC di Taiwan. Namun unit ini masih dalam tahap awal dan belum mampu bersaing dari sisi efisiensi maupun teknologi.

Para analis memperkirakan bahwa pemangkasan ini bisa menghemat biaya operasional Intel hingga miliaran dolar per tahun, tetapi dampaknya terhadap moral karyawan dan kepercayaan mitra bisnis tetap menjadi risiko besar. Di sisi investor, pasar menyambut pengumuman ini dengan hati-hati. Saham Intel sempat naik tipis setelah pengumuman, tetapi tetap berada jauh di bawah puncak harga pada awal 2020.

Bagi Intel, langkah penghematan besar ini menandai babak baru dalam pertarungan mempertahankan relevansi di pasar semikonduktor global yang kian kompetitif. Dalam konteks industri, keputusan Intel menunjukkan bahwa bahkan perusahaan dengan sejarah dominasi puluhan tahun pun tidak kebal terhadap tekanan inovasi dan dinamika geopolitik yang mengatur rantai pasok global.