(Business Lounge – Medicine) Eli Lilly & Co., perusahaan farmasi global asal Amerika Serikat, telah mengumumkan akuisisi Verve Therapeutics senilai hingga 1,3 miliar dolar AS dalam langkah strategis yang bertujuan memperluas portofolionya di bidang terapi kardiovaskular. Akuisisi ini mencakup pembayaran tunai sebesar 10,50 dolar AS per saham, dengan tambahan hingga 3 dolar AS per saham dalam bentuk contingent value rights (CVR) jika produk utama Verve, yakni Verve-102, mencapai tonggak pengembangan klinis tertentu.
Langkah ini menandai komitmen jangka panjang Lilly terhadap pendekatan pengobatan berbasis gen untuk penyakit kronis, khususnya penyakit jantung aterosklerotik, yang masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Verve Therapeutics adalah perusahaan bioteknologi yang berfokus pada teknologi pengeditan gen berbasis CRISPR dan base editing, yang memungkinkan perbaikan presisi DNA secara permanen tanpa memotong untai ganda genetik.
Produk andalan Verve, Verve-102, dirancang untuk menjadi terapi sekali suntik yang mampu menonaktifkan gen PCSK9 dalam hati manusia. Gen ini diketahui berperan besar dalam mengatur kadar kolesterol jahat (LDL). Dengan menonaktifkannya, terapi ini diharapkan dapat menurunkan LDL secara drastis dan permanen hanya dengan satu dosis. Data awal dari uji klinis tahap 1b menunjukkan penurunan kadar LDL sebesar 60% hingga 69% dalam waktu singkat, tanpa menunjukkan efek samping serius pada fungsi hati. Saat ini, Verve-102 sedang dalam fase awal pengujian manusia dan telah memperoleh penunjukan fast track dari FDA di Amerika Serikat.
Akuisisi ini juga mencerminkan strategi agresif Eli Lilly dalam mengonsolidasikan posisinya sebagai pemimpin global dalam terapi metabolik dan kardiovaskular. Perusahaan sebelumnya telah mencapai kesuksesan besar dengan produk-produk seperti Mounjaro dan Zepbound, dua terapi untuk diabetes dan obesitas yang diprediksi akan mencetak penjualan tahunan lebih dari 30 miliar dolar AS pada 2025. Dengan menambahkan terapi berbasis gene editing seperti Verve-102, Lilly memperluas pendekatan terapinya tidak hanya pada pengelolaan gejala, tetapi juga pada intervensi kuratif terhadap penyebab genetik penyakit.
Dari sisi bisnis, Eli Lilly membayar harga premium yang signifikan dalam akuisisi ini—lebih dari dua kali lipat dari harga rata-rata saham Verve selama 30 hari terakhir. Hal ini menunjukkan keyakinan kuat Lilly terhadap potensi teknologi pengeditan gen sebagai pendekatan medis revolusioner. Namun, Lilly tetap berhati-hati dengan menyusun sebagian dari nilai akuisisi dalam bentuk CVR, yang hanya dibayarkan jika Verve-102 berhasil memasuki uji klinis tahap lanjutan dalam 10 tahun ke depan.
Pasar merespons pengumuman ini dengan antusias. Saham Verve melonjak sekitar 75% dalam perdagangan pasca-pengumuman, mencerminkan optimisme investor terhadap masa depan terapi berbasis gen. Sementara itu, saham Eli Lilly mengalami sedikit koreksi, karena kekhawatiran investor atas biaya akuisisi dan potensi risiko teknis dalam pengembangan produk yang masih dalam tahap awal.
Bagi Verve Therapeutics, akuisisi ini memberikan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk mempercepat pengembangan Verve-102 dan produk lainnya. Sebagai perusahaan rintisan yang masih dalam tahap pra-pendapatan, Verve menghadapi tantangan besar dalam mendanai uji klinis yang mahal dan kompleks. Masuknya Lilly memberikan stabilitas finansial dan operasional yang dapat mendorong percepatan menuju uji klinis tahap 3 dan, dalam jangka panjang, komersialisasi produk.
Teknologi pengeditan gen, meski masih berada di tahap awal implementasi luas, telah menjadi sorotan dalam dunia medis. Dibandingkan terapi jangka panjang seperti statin atau siRNA (seperti Leqvio dari Novartis), terapi seperti Verve-102 menjanjikan efektivitas yang tahan lama, bahkan mungkin seumur hidup. Dengan hanya satu suntikan, pasien bisa mendapatkan manfaat penurunan kolesterol secara drastis tanpa perlu konsumsi obat harian atau kunjungan medis rutin. Hal ini tidak hanya mengurangi beban biaya jangka panjang bagi sistem kesehatan, tetapi juga meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
Namun, tantangan tetap ada. Teknologi base editing belum teruji dalam skala besar pada manusia. Meskipun data awal menunjukkan keamanan yang tinggi, potensi efek jangka panjang atau respons imun yang tak terduga masih menjadi kekhawatiran yang harus diteliti lebih lanjut. Selain itu, persaingan di bidang terapi kardiovaskular berbasis gen juga semakin ketat, dengan pemain besar lain seperti Intellia Therapeutics, CRISPR Therapeutics, dan Beam Therapeutics tengah mengembangkan pendekatan serupa.
Regulator seperti FDA juga menghadapi tantangan dalam mengevaluasi terapi revolusioner seperti ini. Belum ada preseden langsung untuk persetujuan terapi gen yang dirancang untuk pencegahan primer penyakit jantung pada individu tanpa gejala, namun berisiko tinggi. Lilly harus dapat membuktikan manfaat jangka panjang dari Verve-102 tidak hanya dalam menurunkan LDL, tetapi juga dalam mengurangi kejadian kardiovaskular nyata seperti serangan jantung atau stroke.
Meski demikian, akuisisi ini jelas menunjukkan bahwa Eli Lilly melihat masa depan terapi penyakit jantung terletak pada pencegahan berbasis genetik, bukan hanya manajemen kronis. Jika Verve-102 berhasil melewati uji klinis dan mendapatkan persetujuan regulasi, maka dunia kesehatan akan menyaksikan lahirnya pendekatan baru dalam melawan penyakit kardiometabolik: sekali suntik, efek seumur hidup.
Dengan akuisisi ini, Lilly bukan hanya membeli teknologi, tetapi juga peluang untuk mendefinisikan ulang pengobatan penyakit jantung. Ini adalah taruhan besar, tapi juga langkah berani menuju era kedokteran yang lebih presisi, preventif, dan mungkin, suatu hari nanti—kuratif.