(Business Lounge – Global News) Boeing Co. mengharapkan bahwa bergejolaknya perekonomian Tiongkok tidak akan menurunkan permintaan pesawat jet negara tirai bambu tersebut. Malahan Boeing Co. menaikkan perkiraan untuk permintaan pesawat di Tiongkok selama 20 tahun ke depan. Tetapi beberapa pihak tetap mengkhawatirkan bahwa gejolak perekonomian Tiongkok akan memberikan dampak jangka menengah.
Tiongkok Masih Merupakan Negara dengan Potensi yang Besar
Bursa saham Tiongkok yang terus menurun memang telah melemahkan perekonomian Tiongkok sehingga menambah kekhawatiran bilamana hal ini akan berdampak pada bisnis perjalanan udara. Sementara itu, melemahnya mata uang Tiongkok telah membebani penerbangan yang juga memberi dampak pada utang dalam bentuk mata uang dolar AS untuk membiayai pembelian jet.
Tetapi para pembuat pesawat tetap melihat potensi besar terhadap pertumbuhan bisnisnya di Tiongkok. Dengan populasi yang tiga kali lebih banyak dari Amerika, armada pesawat komersial Tiongkok hanya kira-kira sepertiga armada pesawat komersial AS , sedangkan populasi kelas menengah Tiongkok setara dengan seluruh penduduk AS.
Maskapai penerbangan Tiongkok telah mengambil 17% dari semua pengiriman Airbus sejak tahun 2003 sampai dengan 2014 dan siap untuk mengambil setidaknya 13% hingga 2017. Tidak ada negara lain yang mendekati angka pembelian tersebut. Sementara dari Boeing, Tiongkok membeli dengan angka 12% pada periode yang sama. Sampai bulan Juli tahun ini, kira-kira satu dari lima jet yang telah berangkat dari pabrik Boeing dikirim ke Tiongkok.
Boeing memperkirakan, bahwa sebagian besar jet yang dikirim ke AS dan Eropa, merupakan bersifat pengganti, sementara 70% dari pengiriman jet menuju ke Tiongkok. Hal ini akan memperluas armada Tiongkok dan akan membuatnya menjadi industri perjalanan udara terbesar di dunia sebelum tahun 2034.
Boeing Masih Memiliki Keyakinan pada Penerbangan Tiongkok
Boeing mengharapkan Tiongkok akan membeli 6.330 pesawat selama 20 tahun ke depan, kenaikan sebesar 5% dari estimasi dua dekade tahun lalu. Boeing saat ini menilai permintaan pesawat pada harga USD 950 miliar.
Wakil presiden pemasaran di Boeing Commercial Airplanes, Randy Tinseth melihat pertumbuhan yang kuat di sektor penerbangan di Tiongkok dalam jangka panjang, meskipun saat ini Tiongkok mengalami volatilitas di pasar keuangan, demikian dilansir oleh WSJ.
Sebagai tambahan, permintaan untuk 1.510 pesawat berbadan lebar – termasuk 50 pesawat berbadan lebar yang besar – akan didatangkan, karena banyak wisatawan Tiongkok kelas menengah bepergian ke luar negeri melalui penerbangan jarak jauh.
Boeing memperkirakan bahwa armada pesawat komersial Tiongkok akan bertambah hampir tiga kali lipat selama 20 tahun ke depan, dari 2.570 pesawat pada tahun 2014 menjadi 7.210 pesawat di tahun 2034.
Airbus Juga Yakin Pada Bisnis Penerbangan Tiongkok
Airbus juga sama optimisnya mengenai prospek jangka panjang dan berpendapat sistem produksinya cukup gesit untuk menyesuaikan diri dengan setiap lonjakan pendek dalam pembelian Tiongkok. Gejolak jangka pendek belum melemahkan keyakinan Airbus terhadap tingkat pertumbuhan yang tinggi untuk perjalanan udara Tiongkok. Airbus telah memesan 6.400 pesawat dengan banyak model, yang dapat memberikan fleksibilitas bahkan jika permintaan di beberapa pasar melemah.
Catatan pembelian jet telah mendorong Boeing dan Airbus untuk mempercepat produksi. Pada akhir tahun 2018, akan ada lebih dari seratus jet 737 dan A320 yang dijadwalkan akan dibangun oleh kedua perusahaan pembuat pesawat tersebut setiap bulannya, tidak termasuk penawaran baru dari Kanada, Brasil, Rusia, dan saingan dari Tiongkok.
Pemerintah Tiongkok pada bulan Oktober menjadwalkan perilisan rencana lima tahun berikutnya terhadap kinerja ekonomi dan investasi, yang dapat memiliki dampak yang lebih besar pada permintaan jangka panjang dari pembuat pesawat dari volatilitas ekonomi jangka pendek.
Alvin Wiryo Limanjaya/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana
Image: Business Lounge