Walmart

Restrukturisasi Walmart Pangkas 1.500 Pekerja

(Business Lounge-Global News) Walmart Inc., peritel terbesar di dunia, mengumumkan rencana untuk memangkas sekitar 1.500 posisi korporat sebagai bagian dari upaya restrukturisasi yang bertujuan untuk mengurangi biaya dan mempercepat pengambilan keputusan. Langkah ini mencerminkan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam menavigasi lanskap ritel yang semakin kompleks dan kompetitif.

Menurut laporan dari The Wall Street Journal, PHK ini akan memengaruhi berbagai divisi, termasuk operasi teknologi global, pemenuhan e-commerce di AS, dan divisi periklanan Walmart Connect. Meskipun beberapa posisi akan dihilangkan, perusahaan juga berencana untuk menciptakan peran baru yang lebih selaras dengan prioritas bisnis dan strategi pertumbuhan jangka panjangnya.

Dalam memo internal yang dikutip oleh Reuters, Chief Technology Officer Suresh Kumar dan CEO Walmart AS John Furner menyatakan bahwa restrukturisasi ini bertujuan untuk menyederhanakan operasi dan mempercepat inovasi. Mereka menekankan bahwa perubahan ini diperlukan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menghadirkan pengalaman ritel yang inovatif dan responsif terhadap kebutuhan pelanggan yang terus berkembang.

Langkah ini juga terjadi di tengah tekanan biaya yang meningkat akibat tarif impor dan inflasi. Seperti dilaporkan oleh MarketWatch, Walmart telah mengumumkan kenaikan harga pada beberapa produk untuk mengimbangi biaya tambahan yang timbul dari tarif yang diberlakukan selama pemerintahan Presiden Donald Trump. Keputusan ini menuai kritik dari Trump, yang menuduh perusahaan menggunakan tarif sebagai alasan untuk menaikkan harga.

Meskipun PHK ini hanya memengaruhi sebagian kecil dari total 1,6 juta karyawan Walmart di AS, dampaknya signifikan bagi tenaga kerja korporat perusahaan. Sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg, PHK ini mengikuti reorganisasi sebelumnya pada Februari, di mana Walmart memotong beberapa pekerjaan dan meminta karyawan untuk pindah ke kantor pusat di Arkansas dan California.

Walmart juga telah mengambil langkah-langkah untuk mengkonsolidasikan operasinya, termasuk menutup kantor di North Carolina dan meminta karyawan untuk pindah ke hub utama di Bentonville, Arkansas, dan Sunnyvale, California. Langkah-langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi dan efisiensi dalam operasi perusahaan.

Dalam konteks yang lebih luas, restrukturisasi Walmart mencerminkan tren yang lebih besar di industri ritel, di mana perusahaan-perusahaan besar berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi dan preferensi konsumen yang cepat berubah. Dengan memfokuskan kembali sumber daya dan menyederhanakan struktur organisasi, Walmart berharap dapat tetap kompetitif dan relevan di pasar yang terus berkembang.

Namun, langkah-langkah ini juga menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap karyawan dan budaya perusahaan. Seperti yang dicatat oleh Talk Business & Politics, karyawan yang terkena dampak akan dibayar hingga Agustus dan dapat mengajukan permohonan untuk peran lain di perusahaan. Meskipun demikian, transisi ini dapat menimbulkan ketidakpastian dan tantangan bagi mereka yang terkena dampak langsung.

Keberhasilan restrukturisasi ini akan sangat bergantung pada kemampuan Walmart untuk menyeimbangkan kebutuhan bisnis dengan kesejahteraan karyawannya. Dengan terus berinvestasi dalam teknologi dan inovasi, serta menjaga komunikasi yang terbuka dan transparan dengan karyawan, Walmart dapat membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan jangka panjang.