(Business Lounge – Lead and Follow) Michael Bungay Stanier memperkenalkan pertanyaan ketiga dalam rangkaian tujuh pertanyaan coaching: The Focus Question. Pertanyaan ini berbunyi, “What’s the real challenge here for you?” atau dalam bahasa Indonesia, “Apa tantangan sebenarnya di sini untukmu?”. Pada pandangan pertama, pertanyaan ini tampak sederhana. Namun, jika diajukan dengan tepat, ia mampu mengubah arah percakapan dan membawa seseorang keluar dari keluhan atau narasi umum menuju inti masalah yang sesungguhnya. Artikel ini akan membedah kekuatan, konteks, aplikasi, dan dampak dari pertanyaan ini, serta memberikan contoh konkret dari dunia nyata.
Mengapa Fokus Itu Penting dalam Coaching?
Banyak percakapan di tempat kerja—baik antara rekan kerja, pemimpin dan anggota tim, atau mentor dan mentee—sering kali melayang di permukaan. Kita membahas gejala, bukan akar. Kita menyalahkan sistem, bukan menyentuh titik kendali pribadi. Dalam dunia yang kompleks, kemampuan untuk memfokuskan percakapan pada apa yang benar-benar penting menjadi aset langka namun sangat berharga.
Pertanyaan seperti, “Apa masalahnya?” terlalu umum dan dapat menghasilkan daftar panjang keluhan yang tidak produktif. Sebaliknya, “Apa tantangan sebenarnya di sini untukmu?” adalah pertanyaan yang mendorong introspeksi, kepemilikan, dan tanggung jawab. Ia tidak hanya menyoroti masalah, tetapi juga memposisikan lawan bicara sebagai aktor aktif, bukan korban pasif.
Anatomi dari Focus Question
1. What’s the real challenge…
Kata “real” di sini menunjukkan bahwa kita sedang mencari inti, bukan permukaan. Kita tidak puas hanya dengan jawaban pertama atau kedua—kita ingin sampai pada lapisan terdalam dari masalah yang dihadapi.
2. …here…
Kata ini mempersempit konteks. Coaching yang baik adalah coaching yang kontekstual. Apa yang relevan saat ini, di sini, dan dalam percakapan ini?
3. …for you?
Inilah bagian yang paling penting. Tanpa komponen ini, pertanyaannya tetap bersifat umum. Dengan menambahkan for you, kita mengarahkan percakapan pada tanggung jawab personal. Ini tentang bagaimana individu merasakan, menilai, dan bertindak.
Bergerak dari Luar ke Dalam
Pertanyaan ini adalah alat untuk menghindari jebakan “masalah palsu”—masalah yang tampak penting, tetapi sebenarnya hanyalah topeng dari ketidaknyamanan yang lebih dalam. Dalam dunia kerja, ini bisa berupa:
- Menyalahkan proses atau sistem, padahal masalahnya adalah kurangnya keberanian pribadi untuk menyuarakan pendapat.
- Mengeluhkan rekan kerja yang sulit, padahal tantangan sesungguhnya adalah ketidakmampuan mengelola emosi pribadi.
- Menyebut target tidak realistis, padahal isu utamanya adalah ketidakjelasan prioritas pribadi.
Dengan Focus Question, kita mengundang kejujuran, keberanian, dan refleksi. Inilah pintu masuk ke transformasi.
Dari umum ke spesifik sebuah contoh
Studi 1: Pemimpin Proyek yang Frustrasi
Seseorang datang kepada Anda dan berkata, “Saya frustrasi karena proyek ini tidak bergerak.” Kebanyakan dari kita akan menjawab: “Kenapa?” atau bahkan langsung memberi solusi. Namun dengan bertanya, “Apa tantangan sebenarnya di sini untukmu?”, jawabannya bisa berubah menjadi:
- “Saya merasa tidak bisa mengarahkan tim.”
- “Saya khawatir kalau saya tegas, saya jadi tidak disukai.”
- “Saya belum pernah memimpin proyek sebesar ini sebelumnya.”
Dari satu kalimat keluhan, kita berpindah ke wilayah pengakuan ketidakpastian, rasa takut, dan kebutuhan untuk belajar. Inilah coaching sejati.
Studi 2: Pegawai Baru yang Tertekan
Pegawai baru berkata, “Saya bingung harus mulai dari mana.” Kita bisa bertanya, “Apa tantangan sebenarnya di sini untukmu?” Mungkin jawabannya:
- “Saya takut terlihat bodoh kalau terlalu banyak bertanya.”
- “Saya belum tahu siapa yang harus saya dekati.”
- “Saya tidak yakin apakah saya diterima di tim ini.”
Sekali lagi, masalahnya bukan “pekerjaan terlalu banyak”, tetapi kecemasan sosial dan kebutuhan akan validasi. Percakapan coaching membawa ini ke permukaan.
Teknik Menggunakan The Focus Question
1. Tanyakan Setelah Kickstart dan Awe Question
Setelah percakapan terbuka dan Anda sudah menggali beberapa lapisan awal, saatnya mengarahkan percakapan. The Focus Question sangat ampuh jika digunakan setelah:
- “Apa yang ada di pikiranmu?”
- “Dan apa lagi?”
Gunakan seperti senter yang menerangi titik kunci dalam ruangan gelap.
2. Tanyakan Lebih dari Sekali
Seperti The Awe Question, The Focus Question juga bisa diulang dengan variasi:
- “Oke, dan apa tantangan sebenarnya dari semua ini?”
- “Kalau kamu harus menyebut satu hal yang paling menantang, apa itu?”
Baca juga : The Awe Question, Memperdalam Percakapan Coaching yang Efektif
3. Dengarkan dengan Empati
Setelah mengajukan pertanyaan, bersiaplah mendengarkan hal-hal yang mungkin emosional, rentan, atau bahkan tidak nyaman. Biarkan ruang untuk eksplorasi.
4. Hindari Menyimpulkan Terlalu Cepat
Jangan lompat pada solusi. Biarkan lawan bicara mengungkapkan sebanyak mungkin tentang tantangan pribadi mereka. Tugas coach adalah menahan dorongan untuk “menyelamatkan”.
Menumbuhkan Kepemilikan Masalah
Pertanyaan ini membantu seseorang mengambil kepemilikan atas masalah mereka. Dalam budaya kerja yang sehat, kita ingin orang-orang berani berkata:
- “Ini tanggung jawab saya.”
- “Saya sadar saya punya peran dalam masalah ini.”
- “Saya bisa melakukan sesuatu untuk mengubah situasi.”
Dengan bertanya “Apa tantangan sebenarnya di sini untukmu?”, kita membangun otot tanggung jawab itu. Kita mengingatkan bahwa perubahan tidak datang dari luar, tetapi dimulai dari dalam.
Menghindari Kesalahan Umum
- Jangan ubah menjadi “Apa yang sulit bagi tim?” atau “Apa tantangannya secara umum?” Anda akan kehilangan kekuatan reflektifnya. Pertahankan struktur pertanyaannya.
- Menyisipkan asumsi atau penilaian hindari versi seperti, “Apa yang membuatmu sulit menyelesaikan tugas itu?” karena bisa terdengar menghakimi.
- Jangan gunakan pertanyaan ini untuk membawa percakapan ke arah yang Anda inginkan. Ini adalah alat eksplorasi, bukan manipulasi.
Membangun Budaya Fokus di Organisasi
Organisasi yang berbudaya fokus akan:
- Membedakan antara gejala dan akar masalah.
- Mendorong setiap individu untuk memegang tanggung jawab personal.
- Menghindari permainan saling menyalahkan.
- Mengembangkan komunikasi yang jujur, terbuka, dan reflektif.
Pertanyaan ini bisa digunakan dalam:
- Rapat mingguan: “Dari semua hal yang muncul minggu ini, apa tantangan sebenarnya untuk tim kita?”
- Umpan balik karyawan: “Apa yang menurut Anda menjadi tantangan sebenarnya dalam mencapai target ini?”
- Coaching kepemimpinan: “Sebagai manajer baru, apa tantangan sebenarnya yang kamu rasakan dalam memimpin?”
Fokus Adalah Pintu Menuju Solusi
Dalam dunia yang penuh distraksi, orang yang mampu fokus adalah orang yang mampu membuat perubahan. The Focus Question adalah alat untuk membawa orang keluar dari kebisingan dan menuju ke inti. Ia bukan sekadar pertanyaan coaching; ia adalah deklarasi kepercayaan bahwa orang mampu bertanggung jawab atas hidup mereka.
Dengan menjadikan pertanyaan ini sebagai bagian dari percakapan sehari-hari, kita membentuk tim yang lebih reflektif, pemimpin yang lebih bijaksana, dan organisasi yang lebih sehat.
Kita bisa menyelesaikan banyak hal, tetapi hanya jika kita menyentuh bagian yang benar. Dan bagian itu selalu dimulai dengan pertanyaan sederhana namun dalam: “Apa tantangan sebenarnya di sini untukmu?”