Roche

Roche Siapkan Investasi Raksasa untuk Produksi Obat di AS

(Business Lounge – Global News) Perusahaan farmasi asal Swiss, Roche Holding AG, mengumumkan rencana investasi senilai 50 miliar dolar AS untuk memperluas kapasitas manufaktur dan penelitian di Amerika Serikat dalam dekade mendatang. Langkah ini menandai pergeseran strategis besar dari perusahaan yang selama ini lebih mengandalkan fasilitas produksi dan rantai pasok global, ke arah konsolidasi basis operasional di AS, salah satu pasar farmasi terbesar di dunia.

Dalam pernyataan resmi yang dikutip oleh The Wall Street Journal, Roche menyatakan bahwa ekspansi ini mencakup pembangunan dan perluasan fasilitas di beberapa negara bagian seperti California, Indiana, dan North Carolina. Fasilitas ini akan difokuskan pada produksi obat-obatan inovatif termasuk terapi kanker, imunologi, serta teknologi diagnostik mutakhir yang menjadi inti dari portofolio bisnis Roche.

Chief Executive Officer Roche, Thomas Schinecker, mengatakan bahwa dengan inisiatif ini, perusahaan diproyeksikan akan mengekspor lebih banyak produk farmasi dari AS dibandingkan volume impor yang mereka lakukan dari luar negeri. Strategi ini, menurut laporan Bloomberg, dirancang untuk meningkatkan fleksibilitas rantai pasok sekaligus mempercepat waktu distribusi ke pasien di seluruh dunia, dengan AS sebagai titik sentral produksi.

Dalam wawancara dengan Reuters, Schinecker menekankan bahwa AS tetap menjadi pusat ilmu pengetahuan dan inovasi medis, serta merupakan lokasi strategis untuk kegiatan penelitian dan pengembangan (R&D) yang berbasis data dan teknologi tinggi. Investasi besar ini juga ditujukan untuk memperkuat kehadiran Roche di sektor bioteknologi AS yang sangat kompetitif, di mana perusahaan-perusahaan seperti Pfizer, Amgen, dan Moderna terus berinovasi secara agresif.

Roche menargetkan pembangunan fasilitas akan selesai secara bertahap mulai 2027 hingga 2035. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan ribuan lapangan kerja baru, terutama dalam bidang teknik, sains, teknologi informasi, dan manufaktur biofarmasi. Menurut laporan dari CNBC, langkah ini dipandang sebagai sinyal kuat dari komitmen jangka panjang Roche terhadap pasar AS dan upaya perusahaan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pabrik-pabrik di Eropa dan Asia.

Pergeseran produksi ini juga dinilai sebagai respons atas dinamika global yang menuntut perusahaan farmasi untuk lebih resilien dan tanggap terhadap tantangan logistik dan regulasi lintas negara. Dalam beberapa tahun terakhir, krisis rantai pasok global yang dipicu oleh pandemi dan ketegangan geopolitik telah mendorong perusahaan multinasional, termasuk di sektor farmasi, untuk mempertimbangkan kembali lokasi produksi mereka.

Analis yang dikutip oleh Financial Times menyatakan bahwa investasi Roche tidak hanya akan memperkuat kapasitas produksi lokal di AS, tetapi juga memberi keuntungan strategis dalam hal pengendalian mutu dan efisiensi distribusi. Fasilitas-fasilitas yang akan dibangun dilengkapi dengan teknologi produksi berstandar tinggi untuk biologics, termasuk fasilitas otomatisasi, sistem AI untuk kontrol mutu, dan integrasi data klinis untuk produksi obat presisi.

Selain aspek manufaktur, sebagian dari dana investasi juga akan diarahkan untuk memperkuat kegiatan riset dan pengembangan di AS. Roche berencana untuk membuka pusat-pusat inovasi baru yang berfokus pada pengembangan terapi gen, pengobatan kanker yang dipersonalisasi, dan teknologi diagnostik molekuler. Dalam laporan Nikkei Asia, disebutkan bahwa Roche juga berupaya memperluas kemitraan dengan universitas dan lembaga riset di AS untuk mempercepat transisi dari hasil laboratorium ke terapi siap pakai di pasar.

Namun, ekspansi besar ini juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah tingginya biaya tenaga kerja dan bahan baku di AS dibandingkan dengan kawasan produksi tradisional seperti Eropa Timur atau Asia Tenggara. Selain itu, perizinan dan proses regulasi di tingkat federal dan negara bagian bisa menjadi hambatan tersendiri dalam pelaksanaan proyek infrastruktur skala besar.

Meski demikian, Roche tampaknya siap menanggung biaya tersebut demi keuntungan jangka panjang berupa kecepatan produksi, kemandirian rantai pasok, dan posisi strategis di pasar farmasi terbesar di dunia. Dalam laporan kepada investor yang dikutip oleh Deutsche Welle, Roche menekankan bahwa strategi ini tidak hanya tentang efisiensi produksi, melainkan juga mencerminkan orientasi perusahaan untuk menghadapi tantangan masa depan industri kesehatan global yang semakin kompleks dan terdigitalisasi.

Pasar merespons pengumuman ini secara positif. Saham Roche naik lebih dari 2 persen di bursa Zurich setelah berita investasi diumumkan, mencerminkan optimisme investor terhadap prospek pertumbuhan jangka panjang perusahaan. Para analis menilai bahwa dengan memperkuat basis produksi dan R&D di AS, Roche berada dalam posisi yang lebih baik untuk menanggapi perubahan permintaan pasien, percepatan adopsi teknologi baru, serta tantangan regulasi lintas negara.

Langkah strategis ini juga dapat memperkuat posisi Roche dalam negosiasi harga dengan otoritas kesehatan dan perusahaan asuransi di AS, karena produksi lokal seringkali menjadi pertimbangan penting dalam kebijakan pengadaan obat. Selain itu, dengan kemampuan untuk mengekspor dari AS, Roche membuka peluang untuk menjadikan AS sebagai hub ekspor farmasi ke Amerika Latin dan sebagian Asia, yang secara geografis lebih dekat dibandingkan jika dikirim dari Eropa.

Pengumuman investasi sebesar 50 miliar dolar AS oleh Roche menandai babak baru dalam strategi global perusahaan, dengan AS sebagai poros utama produksi dan inovasi. Ini mencerminkan tren yang semakin berkembang di kalangan perusahaan multinasional: membangun daya tahan rantai pasok, memperkuat kapasitas lokal, dan menempatkan inovasi sebagai pilar utama dalam menghadapi perubahan global yang cepat dan dinamis.