(Business Lounge Journal – News and Insight)
CEO Airbus, Guillaume Faury, secara terbuka mengungkapkan kekaguman sekaligus frustrasi terhadap kesuksesan SpaceX, perusahaan yang dipimpin oleh Elon Musk. Dalam pernyataannya, Faury mengakui bahwa SpaceX telah mencapai pencapaian luar biasa yang telah mendefinisikan ulang batas kemampuan industri luar angkasa. Namun, ia juga menyoroti perbedaan mendasar dalam pendekatan dan struktur antara SpaceX dan proyek-proyek ruang angkasa di Eropa, yang menurutnya menjadi tantangan besar bagi benua tersebut untuk bersaing secara efektif.
Faury menjelaskan bahwa salah satu kunci kesuksesan SpaceX terletak pada struktur perusahaan yang sangat terpusat dan efisien. Dengan pendekatan seperti ini, SpaceX mampu mengambil keputusan dengan cepat, mengalokasikan sumber daya secara optimal, dan mendorong inovasi tanpa hambatan yang berarti. Sebaliknya, proyek-proyek luar angkasa di Eropa sering kali melibatkan banyak negara, institusi, dan pemangku kepentingan. Pendekatan multinasional ini, meskipun mencerminkan semangat kerja sama Eropa, cenderung menciptakan tantangan birokrasi yang memperlambat proses pengambilan keputusan dan eksekusi. Faury berpendapat bahwa pendekatan yang terfragmentasi ini menjadi penghalang utama bagi Eropa untuk mengejar ketertinggalannya dari SpaceX, yang beroperasi dengan kecepatan dan fokus tinggi.
Selain menyoroti struktur, Faury juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dominasi SpaceX yang semakin kuat dalam industri ruang angkasa global. Ia memperingatkan bahwa model terpusat seperti yang diterapkan SpaceX mungkin menghadapi pengawasan ketat dari regulator di Eropa, terutama terkait dengan isu antitrust. Regulasi di Eropa, yang sering kali lebih ketat dibandingkan Amerika Serikat, memberikan tantangan tambahan bagi perusahaan-perusahaan lokal. Hal ini menciptakan kesenjangan antara lingkungan bisnis di kedua wilayah, di mana perusahaan Amerika seperti SpaceX dapat berkembang dengan lebih bebas, sementara perusahaan Eropa harus menavigasi hambatan regulasi yang lebih rumit.
Komentar Faury juga menggarisbawahi perlunya Eropa untuk segera beradaptasi dengan dinamika baru dalam industri ruang angkasa. Ia menyerukan adanya peningkatan kolaborasi antar negara Eropa, baik dalam hal sumber daya maupun teknologi. Selain itu, ia menekankan pentingnya pendekatan yang lebih terkoordinasi dan efisien untuk mengurangi hambatan birokrasi yang selama ini menjadi masalah. Dengan menciptakan ekosistem yang lebih terpadu dan fokus, perusahaan-perusahaan Eropa dapat memperkuat daya saing mereka, tidak hanya melawan SpaceX tetapi juga terhadap pemain besar lainnya di tingkat global.
Namun demikian, Faury juga menyadari bahwa tantangan utama bagi Eropa adalah menyeimbangkan kebutuhan untuk bekerja sama dengan keinginan negara-negara anggotanya untuk mempertahankan otonomi nasional dan melindungi kepentingan industri masing-masing. Banyak negara Eropa memiliki prioritas yang berbeda-beda dalam hal kebijakan ruang angkasa, yang sering kali mempersulit tercapainya kesepakatan bersama. Oleh karena itu, menemukan keseimbangan yang tepat antara kolaborasi dan otonomi akan menjadi kunci keberhasilan masa depan industri ruang angkasa Eropa.
Melalui pandangannya, Faury tidak hanya memberikan kritik, tetapi juga memotivasi Eropa untuk mengatasi tantangan yang ada. Ia percaya bahwa dengan strategi yang tepat, Eropa masih memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam industri ruang angkasa global. Langkah-langkah seperti investasi dalam teknologi mutakhir, pengurangan birokrasi, dan penyelarasan kebijakan antar negara menjadi langkah krusial untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, meskipun menghadapi tantangan besar, industri ruang angkasa Eropa tetap memiliki peluang untuk bangkit dan bersaing di panggung dunia.