Delapan Langkah Dasar Dalam Siklus Akuntansi

Mengenal 5 Jenis Model Transfer Pricing

(Businesslounge Journal-Finance & Tax) Dengan meningkatnya industri dan perdagangan global, di mana perusahaan beroperasi secara internasional atau memiliki anak perusahaan, akses terhadap sumber daya, produk, dan tenaga kerja dapat bertambah melalui berbagi. Menghitung harga barang, bahan, dan tenaga kerja yang dibagikan dalam transaksi menjadi bagian penting dari bisnis, yang dikenal sebagai transfer pricing (harga transfer). Memahami berbagai metode transfer pricing dan cara menerapkannya dapat membantu Anda mengembangkan kemampuan profesional untuk karier Anda. Dalam artikel ini, kami membahas apa itu model transfer pricing dan melihat secara mendalam lima jenis model transfer pricing untuk membantu Anda memahami istilah bisnis ini dengan lebih baik.

Apa itu model transfer pricing?
Model transfer pricing, atau model biaya transfer, adalah metode yang digunakan untuk menjual produk dari satu anak perusahaan ke anak perusahaan lain dalam sebuah perusahaan, terutama ketika berbagai anak perusahaan dari perusahaan induk berfungsi sebagai pusat laba atau bisnis yang terpisah. Transfer pricing umumnya digunakan untuk tujuan perpajakan dan memengaruhi perilaku pembelian anak perusahaan, paling sering pada perusahaan internasional. Transfer pricing pada dasarnya adalah penetapan harga transaksi antar perusahaan, seperti perdagangan pasokan atau tenaga kerja antara departemen atau organisasi. Hal ini penting untuk pencatatan akuntansi yang akurat serta kepatuhan terhadap hukum bisnis internasional.

Model transfer pricing sering kali dikategorikan menjadi dua jenis metode:
1. Metode Transaksi Tradisional (Traditional transaction methods): Mengukur kondisi transaksi aktual antara perusahaan dan membandingkannya dengan transaksi terkendali, sering menggunakan harga dan margin kotor, meskipun mendapatkan data dan catatan terperinci bisa menjadi tantangan.
2. Metode Keuntungan Transaksi (Transactional profit methods): Mengukur laba operasi bersih dari transaksi terkendali dan membandingkannya dengan tingkat keuntungan perusahaan yang menggunakan transaksi serupa. Meskipun metode ini kurang akurat dibandingkan metode transaksi tradisional, data dan catatan lebih banyak tersedia.

Tujuan utama menggunakan transfer pricing meliputi:
– Memaksimalkan total laba setelah pajak.
– Mengurangi pembayaran bea cukai atau biaya.
– Mencegah pembatasan kuota impor atau batasan nilai.
– Meningkatkan peringkat kredit anak perusahaan melalui laporan keuangan.
– Memindahkan dana dalam kebijakan perusahaan dan regulasi pemerintah.
– Meminimalkan kontrol mata uang dan paparan risiko.

Berikut adalah lima metode transfer pricing yang umum digunakan dalam bisnis, yang disetujui oleh banyak otoritas pajak:

1. Metode Harga Tidak Terkendali yang Sebanding / Comparable uncontrolled price (CUP)
Metode ini sering digunakan dan membandingkan harga barang dan jasa dalam transaksi internal perusahaan dengan harga antara pihak independen yang tidak terkait. CUP menawarkan kondisi yang sebanding untuk memberi tahu otoritas pajak apakah harga yang akurat dan adil terjadi dalam pertukaran antarperusahaan.

2. Model Biaya-Plus-Persentase/ Cost-plus-percentage model
Metode ini sering digunakan dalam industri tertentu, seperti penerbangan dan otomotif. Transfer pricing ini membandingkan laba kotor dengan biaya penjualan, dan divisi atau anak perusahaan penyedia barang menetapkan harga transaksi dengan penambahan markup untuk menghasilkan keuntungan.

3. Model Harga Jual Kembali/ Resale price model
Model ini meninjau margin kotor, yaitu selisih antara harga barang yang dibeli dan harga yang dijual ke pihak ketiga. Model ini lebih sering digunakan oleh distributor dan pengecer daripada perusahaan manufaktur.

4. Metode Margin Bersih Transaksi/Transaction net margin method (TNMM)
Banyak perusahaan multinasional menggunakan model ini karena berfokus pada laba bersih daripada harga pasar eksternal. TNMM membandingkan margin laba bersih dari transaksi antarperusahaan dengan transaksi serupa dengan pihak ketiga.

5. Model Pembagian Laba/Profit-split model
Model ini menentukan transfer pricing dengan meninjau bagaimana laba dari suatu transaksi akan dibagi di antara bisnis independen yang terlibat, dengan mempertimbangkan kontribusi masing-masing bisnis dalam transaksi tersebut.