(Business Lounge Journal – Entrepreneurship)
Perusahaan multinasional favorit Cincinnati ini telah menempuh perjalanan panjang dari pembuatan lilin hingga menjadi penghasil produk rumah tangga yang utama.
Jika bukan karena Olivia Norris dan Elizabeth Ann Norris, putri dari Alexander Norris dan Phoebe Lawder Norris, mungkin Procter & Gamble tidak akan pernah ada. Pada tahun 1833, Olivia menikahi seorang pembuat lilin, William Procter, dan saudara perempuannya Elizabeth menikah dengan pembuat sabun, James A. Gamble. Ayah mertua mereka, Alexander, menyarankan kedua menantu laki-lakinya yang sedang merintis bisnis untuk membentuk kemitraan. Butuh waktu empat tahun, namun akhirnya mereka mengikuti saran sang ayah dan mendirikan Procter & Gamble pada tahun 1837.
Bukanlah kebetulan jika William Procter yang lahir di Inggris dan James A. Gamble asal Irlandia berakhir di Cincinnati. Produksi lilin dan sabun keduanya membutuhkan lemak, baik lemak hewani. Cincinnati, dengan industri pengepakan dagingnya yang besar, memiliki banyak lemak berlebih dan banyak perusahaan siap mengubahnya menjadi lilin, sabun, atau minyak lemak. Pada tahun 1849, ada 13 produsen lilin dan sabun yang beroperasi di sini, dan Procter & Gamble bahkan bukan yang terbesar.
Melibatkan Thomas Alva Edison
Berjalannya waktu, James N. Gamble, putra dari James A. Gamble, menceritakan kepada *The Cincinnati Post* pada 9 Agustus 1926 bahwa, sekitar tahun 1865, komunikasi antara kantor P&G di Second Street dan pabrik di York Street di West End bergantung pada sekelompok anak pengantar pesan yang bolak-balik sejauh 1,5 mil puluhan kali sehari. Akhirnya, perusahaan memasang saluran telegraf dan mempekerjakan seorang pemuda untuk “menjaga mesin tetap berfungsi” setiap minggunya. Orang itu adalah Thomas Edison.
Beralih ke Vegan
Meskipun dibangun di atas fondasi lemak hewani, dua merek ikonik Procter & Gamble berasal dari bahan nabati, khususnya minyak kapas. Sabun Ivory tumbuh dari eksperimen James N. Gamble dalam menggunakan minyak kapas yang murah dan melimpah sebagai pengganti minyak zaitun yang digunakan dalam sabun kastilia yang mahal. P&G juga menggunakan minyak kapas dalam lilinnya dan menemukan surplus ketika lampu listrik mulai menggerus pasar lilin. Kimiawan Jerman, E.C. Kayser, menunjukkan kepada P&G cara membuat lemak masak dengan mengkristalkan minyak kapas. Mereka menamai produk tersebut Crisco, singkatan dari “crystallized cottonseed oil”.
Mitos yang Tak Terbantahkan
Selama bertahun-tahun, legenda tentang penciptaan sabun Ivory beredar tanpa diragukan. Ceritanya, seorang pekerja yang malas meninggalkan mesin pengaduk berjalan saat ia pergi makan siang. Ketika kembali, ia menemukan adonan sabun mengembang seperti meringue. Menurut mitos itu, P&G tetap mengirimkan sabun yang mengembang tersebut dan mulai menerima permintaan untuk sabun yang mengapung. Namun, tidak demikian menurut Ed Rider, arsiparis P&G, yang pada tahun 2004 menemukan catatan dalam buku harian James N. Gamble tahun 1863: “Saya membuat sabun apung hari ini. Saya pikir kita akan membuat semua stok kita seperti itu.” Gamble bukanlah seorang amatir. Dia telah mempelajari kimia di Kenyon College dan beberapa universitas di Pantai Timur.
Tetangga Paling Bersih di Cincinnati
Dua produk pembersih inovatif Procter & Gamble dikaitkan dengan rumah-rumah yang bersebelahan di Werk Road, Westwood. James N. Gamble membangun kediamannya, Ratonaugh, di nomor 2918 Werk setelah ia menemukan sabun Ivory. Charles McCarty sebenarnya melakukan penelitian untuk menyempurnakan pemutih enzim Biz di rumahnya, nomor 2921 Werk. (Sebagai catatan, sabun Tag milik Michael Werk juga dikembangkan di Westwood.)
Terinspirasi Mazmur 45
Selama bertahun-tahun, berbagai keturunan keluarga Procter dan Gamble telah memberikan kontribusi unik bagi bisnis keluarga. Posisi P&G sebagai kekuatan pemasaran dapat ditelusuri kembali ke Harley Procter (1847-1920), anak bungsu dari pendiri bersama. Harley-lah yang, pada suatu hari Minggu di gereja, mendengar khotbah berdasarkan Mazmur 45 yang menyebutkan istana gading dan menemukan nama untuk sabun baru P&G. Dan Harley-lah yang mengatakan bahwa klaim 100 persen kemurnian terdengar sombong dan mencolok sehingga ia meminta seorang ahli kimia menyatakan sabun Ivory 9 dan 44/100 persen murni.
Lelucon – Julukan Babi Buta
Selama beberapa tahun setelah diperkenalkan pada tahun 1879, sabun Ivory hanyalah salah satu dari banyak sabun batangan yang dijual oleh Procter & Gamble. Penjualan besar P&G di awal dekade 1900-an adalah Sabun P dan G White Naphtha, dijuluki “Sabun Babi Buta” karena kemasannya menampilkan huruf “P” besar dan “G” besar yang dihubungkan oleh kata “dan” kecil. Dari kejauhan, label tersebut menyerupai kata “pig” tanpa I (sama dengan membaca eye) dan, tentu saja, babi tanpa mata (eye) pasti buta.
Cukup Dengan Lemak Ayam
Sejarawan makanan, Dann Woellert, berpendapat bahwa Procter & Gamble secara tunggal merusak masakan Yahudi dengan memperkenalkan lemak sayur Crisco. Sebelum adanya Crisco, ibu-ibu Yahudi menggunakan lemak ayam atau angsa untuk menyiapkan makanan kosher di mana lemak babi, lemak daging, atau mentega dilarang. Departemen pemasaran di P&G menyadari Crisco bisa mendapatkan sertifikasi kosher dan bernegosiasi dengan pihak berwenang yang sesuai untuk memastikan produk tersebut mendapatkan segel persetujuan. Hasilnya, menurut Woellert, menyebabkan “seluruh generasi ibu rumah tangga Yahudi dan koki deli Yahudi beralih ke lemak nabati, dan kehilangan bahan rahasia yang membuat hidangan mereka begitu lezat.”
Akhir Perjalanan Lilin
Selama sebagian besar abad pertama Procter & Gamble, sabun adalah produk sampingan, karena minyak lemak dan lilin menghasilkan pendapatan jauh lebih banyak. Kotak-kotak lilin, ditandai dengan bintang untuk menandai kotak P&G di sebuah kapal yang berada di sungai sedang menuju selatan, adalah inspirasi untuk logo bulan dan bintang perusahaan. Namun pencahayaan dari bola lampu listrik yang juga ditemukan oleh Thomas Alva Edison akhirnya menghancurkan pasaran lilin, dan P&G akhirnya menyerah pada tahun 1920-an, mengirimkan kotak terakhir Lilin Merek Bintang.
Dari Sabun ke Opera Sabun
Procter & Gamble adalah opera sabun, dan disebut opera sabun karena dibuat oleh pembuat sabun besar ini. Opera sabun pertama, yang disponsori oleh P&G di radio, adalah Ma Perkins, dan sabun yang dimaksud adalah Oxydol milik P&G. Akhirnya, P&G menciptakan divisi produksi sendiri untuk menghasilkan opera sabun untuk radio dan televisi. Guinness Book of World Records mencatat Guiding Light (1952 hingga 2009) milik perusahaan sebagai drama TV terpanjang, berlangsung selama 57 tahun; termasuk radio, berjalan selama 72 tahun. Pada tahun 2009, CBS membatalkan As the World Turns, sinetron berusia 54 tahun yang merupakan serial siang hari terakhir milik Procter & Gamble.
Lihat, Bu, Tanpa Gigi Berlubang!
Diluncurkan secara nasional pada puncak agitasi anti-fluorida tahun 1950-an, pasta gigi Crest adalah yang pertama melobi American Dental Association untuk mendapatkan persetujuan. Meskipun keberatan dalam sidang Kongres terhadap klaim iklan awal Procter & Gamble untuk pasta gigi baru (diterangkan oleh lukisan Norman Rockwell tentang anak-anak yang tersenyum), P&G mengamankan dukungan resmi ADA – yang pertama kali diberikan kepada produk konsumen – pada tahun 1960. Departemen pemasaran segera menempelkan testimoni itu pada kemasan Crest, dan pasta gigi berfluorida itu melesat menjadi pemimpin pasar.
The House That Crest Built
Dua ilmuwan dari Indiana University, Joseph Muhler dan William Nebergall, melakukan penelitian yang menghasilkan pasta gigi Crest. P&G menjual pasta gigi tersebut di bawah lisensi dari yayasan penelitian IU, dan biaya lisensi mendanai Institut Penelitian Kesehatan Mulut di Fakultas Kedokterannya, yang dikenal sebagai “The House That Crest Built.” Muhler dan Nebergall telah dihormati oleh American Chemical Society dan National Inventors Hall of Fame atas karya mereka.
Dapat Ditumpuk dan Dikemas
Astronom Paul Herget, Ph.D., dari Observatorium Cincinnati, terkenal karena kemampuannya menghitung orbit komet, asteroid, dan kendaraan luar angkasa menggunakan beberapa komputer digital paling awal. Yang kurang diketahui adalah Herget, atas permintaan Procter & Gamble, membantu merancang keripik kentang Pringles yang dapat ditumpuk. Perhitungannya memberinya pasokan camilan seumur hidup. Tentu saja, keripik bertumpuk harus ditumpuk di dalam sesuatu, dan Fredric J. Baur, Ph.D., yang merancang kaleng Pringles ikonik. Baur sangat bangga dengan ciptaannya sehingga sebagian abu kremasinya dikuburkan dalam kaleng Pringles di Taman Memorial Arlington.
Raksasa Periklanan
Perusahaan A.C. Nielsen secara rutin mencatat Procter & Gamble sebagai pengiklan terbesar di dunia, menghabiskan lebih banyak uang untuk iklan daripada perusahaan lain mana pun. Iklan-iklan tersebut pasti memiliki beberapa efek, karena telah dihitung bahwa 99% dari semua rumah tangga AS sekarang menggunakan setidaknya satu produk P&G. Apa jadinya Cincinnati tanpa kontribusi besar-besaran dari P&G?