(Business Lounge Journal – Economy)
Mengawali tahun 2024, media sudah ramai memberitakan bagaimana Lazada akan melakukan PHK pada karyawannya. Hal ini mengundang pertanyaan, bagaimana keadaan bisnis saat ini terutama pada perusahan teknologi. Lalu, apakah tech winter masih berlanjut?
Sebelum kita membahasnya, sangat menarik untuk melihat data yang disajikan oleh perusahaan teknologi layoffs.fyi, seberapa besar tenaga kerja yang mengalami PHK pada beberapa tahun terakhir ini.
Pada awal tahun 2024 ini, telah tercatat 9 perusahaan teknologi memberhentikan 408 orang karyawannya. Sepanjang tahun 2023, terhitung 1.184 perusahaan teknologi memberhentikan 262,242 orang. Sedangkan pada tahun 2022, sebanyak 1.064 perusahaan teknologi memberhentikan 164.969 orang tenaga kerja.
Sekarang mari kita lihat berapa banyak raksasa dunia juga melakukan PHK sejak pandemi berlangsung. Google melakukan PHK pada lebih dari 12.000 orang karyawannya. Begitu juga yang dilakukan oleh Meta dengan jumlah PHK 21.000 orang, Amazon (27.000 orang), dan Microsoft (11.000 orang). Selain itu ada juga Ericcson yang mem-PHK 8500 orang karyawan, Salesforce yang mem-PHK 8000 orang karyawan, dan Dell yang mem-PHK 6650 orang karyawan. Masih banyak sederet nama besar lagi yang juga memberhentikan karyawannya seperti Philips, Booking.com, Cisco, IBM, Uber, juga Twitter.
Kabar terbaru juga datang dari Xerox Holdings Corp dan Lazada. Xerox diberitakan melakukan PHK pada 15% dari total karyawan. Saat ini, Xerox memang sedang fokus pada pasca efisiensi yaitu pada layanan teknologi informasi digital.
Sedangkan Lazada seperti dilaporkan The Straits Times juga melakukan pengurangan karyawan sebagai konsekuensi adanya rencana perubahan kerja perusahaan. Menurut Bloomberg Intelligence, keputusan PHK yang diambil Lazada ini, erat kaitannya dengan upaya Alibaba yang adalah persusahaan induknya dalam menjalankan komitmen efisiensi pada jaringan bisnisnya di luar negeri.
Lazada berdiri sejak tahun 2012 dan saat ini menjadi kepanjangan tangan Alibaba di pasar Asia Tenggara. Lazada juga masih masif beroperasi di enam negara, termasuk Indonesia.
Lazada memang harus mengambil sebuah tindakan efisiensi mengingat persaingan ketat yang saat ini terjadi di dunia ecommerce, termasuk untuk dapat menyaingi Shopee juga TikTok-GoTo.
Sebagai akibat pertumbuhan yang melambat, PHK pun dilakukan oleh Spotify dan ByteDance. Sedangkan di dalam negeri, ada Carsome dan Halodoc yang juga melakukan pengurangan karyawan. Spotify Technology SA dikabarkan akan mengurangi karyawannya sebesar 17%. ByteDance juga menerapkan strategi efisiensi di bisnis gim, yang otomatis memberikan dampak pada ratusan pekerja serta menghentikan proyek yang sedang berjalan, seperti dilaporkan oleh Bloomberg News.
Ketidakpastian Masa Mendatang
Pada umumnya, ketika tantangan ekonomi di depan dirasa akan menjadi lebih besar, maka perusahaan dapat mengambil tindakan alternatif sebagai bentuk antisipasi, yaitu dengan melakukan PHK. Lesunya permintaan memengaruhi bisnis banyak perusahaan dan berimbas pada penurunan produksi.
Bhima Yudhistira selaku Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) menjelaskan bahwa ketika efisiensi di bagian bahan baku tidak dapat dilakukan lagi, maka pengusaha terpaksa akan melakukan perubahan jam kerja. Jika hal ini juga tidak dapat dilakukan, maka PHK menjadi langkah selanjutnya. Indikasinya adalah data PMI Manufaktur yang belum kembali dari periode pra-pandemi.
Mengawali tahun 2024 ini, Amazon.com Inc melakukan pemangkasan atas ratusan tenaga kerjanya di seluruh unit pembuatan konten, termasuk Prime Video dan situs streaming langsung Twitch. Unity Software Inc, juga melakukan hal yang sama. Produsen teknologi yang mendukung game mobile populer ini memberitakan bahwa perusahaan akan mengurangi jumlah pekerjanya sebesar 25% dan menghilangkan setidaknya sekitar 1.800 pekerjaan.
Jumlah pengurangan tenaga kerja yang saat ini terjadi memang diperkirakan akan lebih kecil dibandingkan yang terjadi pada tahun lalu. Seperti yang dilakukan oleh Meta Platforms Inc dan Salesforce Inc. Namun demikian, hal ini menunjukkan bahwa industri teknologi pada kenyataannya belum lagi kembali pada pertumbuhan yang cepat-seperti yang terjadi pada sebagian besar dekade terakhir.
Investor Menarik Diri
Mengakhiri tahun 2023, AC Ventures memaparkan bagaimana ketidakpastian makro ekonomi tentu akan berdampak pada bisnis. Para pemilik bisnis memiliki kecenderungan untuk memperketat pengeluaran serta berharap startup yang mereka danai segera menghasilkan untung. Itulah sebabnya para investor pun akan lebih fokus pada startup yang memiliki bisnis yang menguntungkan, atau setidaknya memiliki rencana yang jelas untuk mencapai keuntungan.
AC Ventures menjelaskan bahwa hal ini sangat jelas terlihat melalui berkurangnya tingkat peralihan dari pendanaan awal (seed) ke putaran A atau B. Dapat dikatakan bahwa seluruh startup pada umumnya memiliki tujuan yang sama, yaitu meraih untung, bukan hanya bagaimana membesarkan valuasi startup. Dua tahun pertama pun menjadi periode paling menantang bagi para perusahaan startup di Indonesia.
Lagi menurut AC Ventures, investor yang “wait and see” – karena kenaikan cost of capital akibat faktor makro seperti perang Rusia, pandemi Covid19 – kemudian memengaruhi dunia startup yang juga melesu. Investor pun harus berulang kali melakukan kalkulasi terhadap target investasi mereka. Startup dengan Return of Investment (ROI) tertinggi disertai risiko paling rendah, tentunya akan lebih dilirik.
Startup Gulung Tikar dan PHK di 2023
Sederet startup terpaksa harus gulung tikar pada tahun 2023. Hal ini cenderung dilakukan pada saat perusahaan akan berganti tahun, yaitu ketika perusahaan sedang membuat perencanaan anggaran untuk tahun berikutnya. Carta Inc mendata bahwa ada lebih dari 500 startup yang gulung tikar sepanjang tahun lalu. Hal ini dikarenakan sulitnya untuk mendapatkan sumber pendanaan alternatif sebab para investor menarik diri.
Di Indonesia, beberapa startup yang gulung tikar seperti pegipegi, JD.ID, CoHive, startup Ula, rumah.com, BukuKas – yang kemudian bernama Lummo, Qlapa, Dishserve, Bananas, Fabelio, Brambang, Tumbasin, Mobile Premier League, beres.id, juga UangTeman.
Lupakan “Bakar Uang”
Lebih tingginya tingkat suku bunga membuat banyak perusahaan mengubah orientasi mereka dan berfokus pada keuntungan daripada pertumbuhan pendapatan yang cepat. Para startup tidak lagi mengambil strategi “bakar uang” seperti yang dilakukan kebanyakan startup pada beberapa tahun yang lalu.
Segala tindakan yang akan diambil serta bagaimana membuat perencanaan bisnis di tahun ini, semuanya berdasarkan apakah dapat meraih keuntungan sebesar-besarnya. Termasuk di dalamnya adalah perencanaan dalam mengganti tenaga manusia dengan teknologi. Ini juga merupakan sebuah strategi penghematan biaya, bagaimana perusahaan memilih untuk menggunakan teknologi dan kecanggihan Artificial Intelligence (AI). Hal ini juga memberikan kecemasan bagi para tenaga kerja. Apakah berkembangnya kecerdasan buatan generatif dapat mengurangi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, termasuk untuk menulis atau memproduksi video.
Sebagai contohnya apa yang terjadi pada Duolingo Inc, sebuah platform pembelajaran bahasa online yang saat ini banyak digunakan. Duolingo Inc memangkas 10% kontraktornya seperti penerjemah oleh karena penggunaan AI yang lebih besar.
Melakukan Merger dan Kolaborasi
Beberapa prediksi pun datang, salah satunya dari Wall Street bagaimana tahun ini akan terjadi gelombang merger. Pada dasarnya akuisisi secara besar-besaran telah mengakibatkan pengurangan tenaga kerja. Salah satu yang sudah terjadi adalah bagaimana Hewlett Packard Enterprise Co melakukan merger dengan Juniper Networks Inc senilai US$14 miliar. Merger ini diharapkan dapat memangkas biaya melalui otomatisasi.
Namun demikian, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mencatat bahwa merger dan akuisisi pada tahun lalu lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2023, terhitung sebanyak 116 kasus merger dan akuisisi. Sedangkan pada tahun 2022 – menurut data yang dihimpun KPPU – terdapat 300 merger dan akuisisi. Sedangkan pada tahun 2021 tercatat sebanyak 233 merger dan akuisisi dan pada tahun 2020, terdapat 195 merger dan akuisisi.
Photo by Razvan Chisu