(Business Lounge Journal – Entrepreneurship)
Pembahasan tentang tech winter masih hangat untuk terus dibicarakan. Berbagai prediksi dari para pakar pun bermunculan untuk memberikan masukan apa yang harus dilakukan startup untuk dapat bertahan.
Hal yang sama pun menjadi pembahasan menarik dalam diskusi panel yang diadakan oleh SKALA Accelerator pada 9 Maret 2023 dengan tema Fundraising in 2023 during the Tech Winter. Sebuah pertanyaan pembuka yang dilontarkan oleh Agustin, Program Manager BLOK71 Indonesia yang bertindak sebagai moderator, “Apakah saat ini tech winter masih berlangsung?”
Dengan cepat Samira Shihab, Principal, Value Creation AC Ventures yang menjadi salah satu panelis menjawab bahwa kita masih ada pada masa tech winter, bahkan ini baru saja dimulai pada Q4 tahun lalu. Namun dalam percakapan tersebut, Samira berharap bahwa semester depan, keadaan dapat menjadi lebih baik.
Jawaban yang sama juga dilontarkan oleh David Gunawan, Founder & CEO EdenFarm yang juga hadir sebagaii panelis. “Tech winter masih berlangsung. Namun saya tidak tahu kapan ini akan berakhir.” Namun David menjelaskan bahwa ada hal baik yang dapat diambil dari keadaan sekarang ini bahwa tech winter akan melahirkan startup yang kuat. Sebab mereka akan berjuang utnuk membangun bisnis yang sangat kuat untuk dapat bertahan melewati masa ini.
Tentang Tech Winter
Istilah tech winter sebenarnya telah terdengar sejak kuartal kedua tahun 2022 yang lalu. Sebuah istilah yang menggambarkan keadaan bagaimana perusahaan startup berbasis teknologi mengalami masa sulit yang menyebabkannya beguguran di tengah jalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tech winter merupakan sebuah mimpi buruk bagi para startup.
Selain itu, tech winter juga dapat terjadi ketika para investor mulai beralih minat untuk berinvestasi pada sektor teknologi. Penurunan minat ini tentu saja akan memberikan dampak pada pendanaan operasional para startup yang kemudian membuat perusahaan startup tidak mampu bertahan lagi. Ketika startup company tidak sanggup bertahan, maka dapat dipastikan perusahaan tersebut akan gulung tikar. Maka terjadilah fenomena tech winter.
Dua hal yang menandakan terjadinya tech winter: pertama, terjadinya pengurangan karyawan (Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau penghentian rekrutmen (Hiring Freeze). Kedua, angka pertumbuhan tidak sesuai dengan harapan selama kurun waktu tertentu bahkan cenderung merugi sehingga startup tidak punya sumber daya yang cukup untuk bertahan dan berkembang.
Lalu apa yang menjadi penyebab tech winter yang saat ini terjadi?
Beberapa pakar ekonomi berpendapat bahwa ini merupakan dampak pandemi Covid 19 yang berkepanjangan ditambah kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat. Kedua sentimen ini pun menyebabkan para pemodal enggan berinvestasi dan lebih memilih untuk menyimpan uangnya. Hal ini pun berdampak sampai ke berbagai negara termasuk Indonesia. Bahkan dapat dikatakan ada dalam masa yang genting.
Pendanaan di tengah Tech Winter
Bagi sebagian startup mungkin tidak mudah untuk dapat memperoleh pendanaan pada masa sekarang ini, namun tidak demikian dengan EdenFarm yang baru saja mendapatkan pendanaan Pra-Series B pada bulan Januari yang lalu. Hal ini juga yang sempat disinggung oleh Agustin.
Tergelitik untuk mengetahui lebih jelas adakah perbedaan dalam hal upaya mendapatkan pendanaan pada masa sebelum tech winter dengan saat tech winter sedang terjadi saat ini, hal ini pun ditanyakan moderator kepada David.
Bagi David, terjadi perbedaan yang sangat menyolok dalam hal upaya mendapatkan pendanaan saat ini. Pada tahun 2019, bagi David memperoleh pendanaan sangatlah mudah. Hanya dalam 24 jam, ia dapat mengumpulkan 2 juta dolar. Belum lagi para investor memperlakukannya layaknya seorang “raja”, mulai dari mentraktir makan hingga mengirimkan semua co-founder EdenFarm ke Amerika.
Namun untuk memperoleh pendanaan saat ini, ia membutuhkan setidaknya enam hingga delapan bulan untuk mengumpulkan pendanaan.
Apa yang harus startup lakukan sekarang?
Pada dasarnya hal yang menjadi pertimbangan para investor untuk mengucurkan dananya masih sama dengan apa yang dipertimbangkan sebelum tech winter terjadi. Tiga hal yang disebutkan oleh Samira yang menjadi pertimbangan bagi AC Ventures untuk memberikan pendanaan:
- People. Hal ini termasuk bagaimana keterkaitan antar tim management. Apakah mereka memiliki pengalaman yang tepat atau dapat menangani masalah. Apakah mereka memiliki keahlian dan apakah mereka adalah orang-orang yang visioner?
- Product. Apakah produk yang dihasilkan dapat menjawab permasalahana di masyarakat.
- Market. Apakah market dari produk tersebut cukup besar? Apakah masih ada ruang untuk dapat mengembangkan produk tersebut? Atau sudah sampai pada istilah “jenuh”. Samira memberikan contoh, pada tahun 2016-2018 begitu banyak startup e-commerce yang muncul. Lalu pada tahun 2019, ada banyak startup fin tech dan sekarang, sector yang menarik adalah Climate Tech or Health Care.
Aktsa E dari AC Ventures juga menambahkan dua hal yang sangat disukai oleh para penyandang dana:
- Founder yang sangat berorientasi kepada pelanggan. Sehingga mereka mengetahui permasalahan lebih dari yang lainnya.
- Founder harus dapat mengidentifikasi permasalahan dengan jeli sesuai dengan nilai-nilai yang mereka miliki.
Samira pun menambahkan, “Jadi saya pikir ini lebih tentang kecocokan ide dari founder daripada apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat dan pastikan bahwa Anda memiliki pengalaman dan kemampuan untuk mengeksekusi visi Anda.”
David pun sempat menyinggung bahwa penting bagi para founder untuk memperkuat apa yang menjadi bisnis inti mereka. Sehingga tidak ada lagi bisnis yang dangkal sehingga hanya mampu bertahan “semalam”. Sehingga sekali lagi David berpendapat bahwa keadaan tech winter ini menjadi sebuah siatuasi yang mendatangkan kebaikan bagi para startup. Jangan hanya memandang dari segi negatif namun melihatnya dari segi positif.
Mengambil lokasi di kantor Microsoft, Fundraising in 2023 during the Tech Winter juga menghadirkan Andora Michi selaku program director SKALA, Dima Djani selaku Group CEO Alami, dan Andrew Wangsanata selaku Head of Startup BD Microsoft Indonesia.