Sedang Terjadi Bonus Demografi di Indonesia, Bagaimana Menyikapinya

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Saat ini, dunia sedang mengalami krisis tenaga produktif karena jumlah orang usia produktif yang cenderung menurun. Namun, hal ini tidak berlaku secara universal di setiap negara. Beberapa negara memang menghadapi krisis tenaga kerja, sementara negara lain masih memiliki populasi usia produktif yang cukup besar.

Jumlah orang usia produktif di dunia saat ini sulit untuk ditentukan secara pasti karena terus berubah seiring dengan perubahan demografi. Karena itu, perhitungan yang diberikan dapat berbeda-beda tergantung pada sumber data yang digunakan. Namun, secara global, orang usia produktif biasanya didefinisikan sebagai mereka yang berusia antara 15-64 tahun.

Di Indonesia, jumlah orang usia produktif juga sulit untuk ditentukan dengan akurat karena populasi yang terus berkembang. Namun, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia, pada tahun 2021, terdapat sekitar 167 juta orang usia produktif di Indonesia.

Bonus demografi penduduk di Indonesia merujuk kepada fenomena dimana jumlah penduduk usia produktif melebihi jumlah penduduk usia non-produktif, seperti anak-anak dan lansia. Fenomena ini terjadi pada suatu periode tertentu dalam perkembangan demografi suatu negara. Bonus demografi merupakan sebuah potensi bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena jumlah tenaga kerja yang besar dapat meningkatkan produktivitas dan kontribusi terhadap perekonomian.

Dampak bonus demografi penduduk di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi: Jumlah tenaga kerja yang besar dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.
2. Kesenjangan ekonomi: Jika bonus demografi tidak dikelola dengan baik, kesenjangan ekonomi dapat semakin membesar karena ketimpangan distribusi pendapatan dan kesempatan kerja.
3. Peningkatan kualitas hidup: Jika pendapatan yang dihasilkan dari bonus demografi dapat dikelola secara efektif, hal ini dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Dalam menghadapi bonus demografi, dunia pendidikan harus:
1. Memperkuat kurikulum dan sistem pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
2. Mengembangkan program yang mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi persaingan global, seperti pelatihan keterampilan, pendidikan kejuruan, dan pengembangan kewirausahaan.

Pemerintah juga harus mengambil langkah-langkah berikut untuk menghadapi bonus demografi:
1. Mendorong investasi dalam pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja.
2. Membangun kerjasama dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja yang memadai dan kondusif.
3. Meningkatkan akses ke layanan kesehatan dan kesejahteraan untuk memastikan kesejahteraan dan produktivitas tenaga kerja.

Jika bonus demografi tidak disikapi dengan baik, dapat terjadi dampak negatif seperti:
1. Overpopulation: Ketidakseimbangan antara jumlah populasi dan lapangan kerja yang tersedia dapat menyebabkan pengangguran tinggi.
2. Kesenjangan sosial dan ekonomi: Jika pendapatan tidak merata, kesenjangan sosial dan ekonomi dapat semakin membesar.
3. Masalah sosial: Dalam situasi ketimpangan sosial dan ekonomi, masalah sosial seperti kemiskinan, kejahatan, dan ketidakstabilan sosial dapat meningkat.

Oleh karena itu, pengelolaan bonus demografi yang baik sangat penting untuk menghindari dampak negatif dan memanfaatkan potensi pembangunan yang ada.

Photo by Rendy Novantino