(Business Lounge Journal – General Management)
Artificial intelligence (AI) secara luas digunakan dalam segala bidang termasuk dalam bidang manajemen. Kemampuan untuk mendesain ulang sistem manajemen sesuai dengan peluang dan tantangan baru menjadi faktor kunci dalam menyesuaikan organisasi dengan kondisi baru demi kepentingan pekerja, pengusaha, dan masyarakat. Pada masa kini AI inilah yang menjadi peluang dan tantangan. Siapkah perusahaan-perusahaan di dunia menghadapi hal ini?
Potensi Besar AI
Artificial Intelligence memiliki potensi besar untuk membantu manajer membuat keputusan yang lebih baik. Eksekutif senior memiliki tanggung jawab, suatu keharusan untuk belajar menggunakannya. Para eksekutif harus berhati-hati untuk menggunakannya dengan cara yang memberdayakan orang, bukan malah mengurangi pemberdayaan sumber daya manusia dan menggantikannya dengan mesin. Dalam dunia manajemen modern, diperlukan suatu paradigma dasar yang tetap tidak boleh bergeser dari pemanfaatan sumber daya manusia. Pertanyaan yang mendasar dan manusiawi harus selalu dapat dijawab oleh para eksekutif. Beberapa pertanyaan mendasar ini contohnya:
-Apa tujuan kita menggunakan AI?
-Bagaimana cara menggunakan AI dengan melibatkan karyawan sehingga karyawan pun berkembang bersama dalam perusahaan?
-Bagaimana melayani dengan lebih baik menggunakan AI?
Pendapat Para Pakar Manajemen Tentang AI
Dalam konferensi mengenai Artificial Intelligence di Barcelona tahun lalu dengan topik Masa Depan Manajemen di Dunia Berbasis Artificial Intelligence, Prof. Jordi Canals dari IESE Business School, University of Navarra membahas mengenai hal ini. Konferensi Barcelona ini mempertemukan para pemimpin dari bisnis dan akademisi untuk berbagi wawasan mereka tentang keadaan AI saat ini, apa yang akan terjadi di masa depan, dan bagaimana manajer harus mempersiapkan diri untuk perubahan di masa depan.
Julian Birkinshaw, seorang profesor di London Business School, memperingatkan para manajer untuk tidak berpuas diri melainkan mawas diri tentang penggunaan AI. Dalam penggunaan AI perlu berhati-hati saat mengeluarkan data, mengajukan pertanyaan dan menggunakannya untuk membangun teori manajemen
Dominique Hanssens, seorang profesor pemasaran di UCLA, menggambarkan data sebagai serangkaian jawaban yang menunggu manajer untuk mengajukan pertanyaan yang tepat. Analogi ini diambil oleh seorang professor kepala dari INSEAD Ilian Mihov, yang menggambarkan AI seperti kotak hitam pesawat, dengan dampak AI yang tidak proporsional pada bidang pemasaran seperti promosi harga dan iklan, memiliki elastisitas respons yang lebih rendah distribusi, sebagai pendorong pertumbuhan bauran pemasaran yang paling kuat, tidak akan terlalu terpengaruh oleh AI tetapi akan mengambil bentuk baru di era digital, dengan hadirnya aplikasi berbasis AI menjadi saluran distribusi.
Ricardo Forcano, kepala bakat dan budaya di BBVA (Banco Bilbao Vizcaya Argentaria, S.A.) sebuah perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang financial services berbasis di Madrid and Bilbao, Spanyol, mengatakan bahwa di masa depan, pelanggan kemungkinan besar akan memiliki data mereka sendiri sehingga keunggulan kompetitif tidak akan menjadi akses ke data atau algoritme, namun akan mendapatkan kepercayaan dan persetujuan pelanggan. Di era AI, kita akan membutuhkan lebih dari sebelumnya, adanya tujuan yang radikal dan nilai-nilai inti yang kuat. Forcano juga mengatakan, “Perubahan itu konstan. Untuk menavigasinya, kuncinya adalah memiliki nilai yang solid dan mengetahui DNA perusahaan Anda.”
Literasi digital sangat penting dalam dunia AI, para eksekutif dan manajer perlu belajar tentang disrupsi, pengkodean, analisis data, transformasi, dan kepemimpinan sehingga dapat menggunakan dan mengelola AI dengan lebih baik. Sebagaimana Bernard Yeung, dekan National University of Singapore mengatakan masa depan manajemen terletak pada orang pintar yang bekerja dengan mesin pintar, saling belajar untuk memperbaiki dunia.” Manusia harus menjadi lebih pintar dengan belajar.
Manajer umum hanyalah bagian dari sebuah teka-teki, kata Nico Rose, wakil presiden merek perusahaan dan akuisisi bakat di grup hiburan Bertelsmann. Nico memberikan testimoni bahwa ketika ia menemukan bisnisnya akan terganggu oleh Amazon dll, langkah pertama yang dilakukan Berteslmann adalah merekrut bakat brilian dari perusahaan tersebut.
“Tidak banyak yang terjadi. Sebagian besar mereka pergi lagi setelah dua atau tiga tahun karena mereka tidak dapat memberikan dampak. Itu bukan salah mereka: dalam ekosistem yang tidak siap dengan data AI, orang-orang data tidak dapat memberikan dampak yang besar.”, demikian dikatakan ole Nico Rose.
Rose juga mengatakan bahwa perusahaan sekarang berfokus untuk membuat organisasi data bersifat cair dan menciptakan ekosistem baru. “Ketika Anda mempekerjakan ilmuwan data, Anda memerlukan dua atau tiga arsitek data, maka Anda memerlukan gelar MBA untuk menerjemahkan hasilnya ke manajemen puncak. Maka Anda perlu mendidik manajemen puncak tentang pertanyaan apa yang harus mereka tanyakan.Anda harus menyiapkan seluruh data organisasi Anda untuk AI,” katanya.
10 Hal yang perlu Diperhatikan
Dengan apa yang dikatakan oleh para pakar di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk menghadapi masa depan manajemen dengan menggunakan Artificial Intelligence, maka ada 10 hal dimana AI mentransformasi manajemen, yaitu:
- Pahami apa itu AI dan akan menjadi apa kelak di masa depan
Untuk memahami apa itu AI maka perlu pembelajaran agar tidak tertinggal dan dapat melihat potensi AI di masa depan untuk tujuan yang baik
- Perlunya mewaspadai pasang surut AI
Julian Birkinshaw, seorang profesor di London Business School, mengatakan bahwa AI saat ini berbicara tentang membuat proses yang ada lebih efisien daripada memiliki wawasan kognitif atau memberikan keterlibatan kognitif. Tapi masa depan akan sangat berbeda. Dimana AI dapat merajai segala sesuatu dan perlu kita waspadai perkembangan AI.
- Perlu menguji data kotak hitam Anda
Dalam analogi dengan AI seperti kotak hitam pesawat, maka kita harus menguji data kotak hitam kita. Ilian Mihov mengatakan bahwa manajer harus memahami dan menerapkan metode ilmiah dengan melakukan pengujian A/B secara acak pada data atau teori turunan AI mereka sebelum menganggapnya sebagai fakta.
- Jangan mengandalkan AI untuk mendorong pertumbuhan karena seluruh dunia terus berkompetisi dalam AI. Perusahaan perlu keunggulan kompetitif lainnya selain AI
5. Pelajari dan eksplor terus dimana letakknya keunggulan atas AI dalam perusahaan Anda
Julian Birkinshaw menegaskan bahwa dan dengan perluasan manajer terbaik dalam perusahaan harus pandai mengelola pertukaran yang kompleks, bahkan dari waktu ke waktu dan dalam menghadapi tekanan pemegang saham. Dia menggambarkan ini sebagai ambidexterity: dimana menjadi AI menjadi efisien dalam melakukan sesuatu sekarang tetapi juga harus terus mengeksplorasi hal-hal baru untuk masa depan
- Pertimbangkan tanggung jawab Anda yang lebih luas pada masyarakat
AI tidak boleh ditinggalkan di tangan para ahli teknologi, menurut Gil dari IBM. Selama revolusi telekomunikasi, pemerintah harus memastikan bahwa sampai ke pasar desa di pedesaan (bukan hanya pasar kota yang menguntungkan) dapat terhubung. Pengawasan akan diperlukan di tahun-tahun mendatang. Para pemimpin bisnis juga akan memiliki tanggung jawab untuk mempertimbangkan dampak penggunaan AI mereka pada semua masyarakat, tidak hanya pada bawahan mereka saja.
Bruno Di Leo, wakil presiden senior IBM, memperkirakan: “10-20% pekerjaan akan hilang tetapi 100% pekerjaan akan berubah. Ini membutuhkan keputusan pendidikan.”
- Perbarui pendidikan AI
Sangat diperlukan pembelajaran AI yang terus menerus bagi para manajer, eksekutif perusahaan baik pembelajaran secara digital maupun kelas. Perusahaan perlu memberikan training yang dibutuhkan mengenai AI.
- Kembali pada visi perusahaan
Dalam penggunaan AI, perusahaan harus kembali pada visi perusahaan itu sendiri dan tetap berpegang pada nilai-nilai perusahaan.
- Membangun ekosistem
Ekosistem perusahaan harus dibangun dan dipersiapkan untuk bermain dengan data AI. Orang-orang data tidak dapat memberikan dampak yang besar bila tidak siap. Perlu untuk mendidik manajemen puncak tentang pertanyaan apa yang harus mereka tanyakan.
- Tidak berhenti mengkritisi AI
Perlu orang-orang yang terus berpikir untuk terus mengkritisi AI. Algoritma AI, kata Birkinshaw, sangat masuk akal. Mereka fokus pada kualitas manusia yang biasanya paling dihargai. Orang-orang yang berpikir kritis dapat membuat kemajuan dalam hal ide yang bermanfaat di dunia AI.