Langya Hepanivirus Melanda China, Mirip Omicron?

(Business Lounge Journal – Medicine)

Belum lagi selesai masa Omicron dengan BA.275 sebagai subvarian terakhir yang merebak, kini ditemukan lagi di China, virus yang dinamai Langya Hepanivirus. Langya henipavirus atau LayV pertama kali terdeteksi ketika sekelompok orang, yang terpapar hewan di wilayah China timur,  yaitu provinsi Shandong dan Henan China, ditularkan dari hewan ke manusia.

Virus Langya yang baru diidentifikasi ini adalah keluarga virus Nipah dan virus Hendra yang mematikan, namun masih belum diketahui apakah dapat menular dari orang ke orang.

Sudah dan Sedang Diteliti

Menurut sebuah laporan yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, di antara 35 pasien, 26 terinfeksi LayV. Tidak ada bukti bahwa mereka telah melakukan kontak dekat atau memiliki riwayat paparan yang sama, menunjukkan bahwa infeksi pada manusia mungkin bersifat sporadis, kata para peneliti.

Sementara itu, para peneliti dari Beijing, Singapura, dan Australia menunjukkan penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami infeksi tersebut. Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan mengatakan pihaknya memperhatikan laporan tersebut, dan berencana untuk mulai menyaring virus tersebut dan saat ini sedang membangun metode pengujian asam nukleat untuk mengidentifikasi dan memeriksa penyebaran virus. Virus Langya adalah virus yang baru terdeteksi dan oleh karena itu, Laboratorium Taiwan akan memerlukan metode pengujian asam nukleat standar untuk mengidentifikasi virus, sehingga infeksi pada manusia dapat dipantau.

Apa Gejalanya?

Dari data yang masuk, para pasien mengeluhkan:

  • demam
  • kelelahan
  • batuk
  • anoreksia
  • mialgia
  • mual muntah
  • sakit kepala

Hasil pemeriksaan laboratorium juga  menunjukkan penurunan sel darah putih. jumlah trombosit yang rendah, gagal hati dan gagal ginjal.

Zoonosis

Peneliti mendeteksi virus pada 27% tikus yang merupakan untuk henipavirus, menunjukkan mamalia kecil seperti tahi lalat berbulu mungkin merupakan tempat alami berkembangnya virus, kata mereka. Pihak berwenang mengatakan, pasien tidak memiliki kontak dekat satu sama lain atau riwayat paparan umum, menunjukkan bahwa infeksi pada manusia mungkin bersifat sporadis.