(Business Lounge Journal – Special Report)
Perkembangan seni rupa di Indonesia memang “kagak ada matinya”.
Perkembangan seni rupa di Indonesia memang “kagak ada matinya” demikian Tubagus Andre Sukmana berujar selaku Kepala Galeri Nasional. Kebetulan saat kami berkunjung, Pameran Tetap Koleksi Galeri Nasional Indonesia sedang ditutup untuk umum sehingga kami pun dengan leluasa dapat menikmati koleksi permanen Galeri Nasional Indonesia yang menjadi koleksi Negara.
Terdiri dari dua bagian besar, yaitu Galeri 1 dan Galeri 2, Galeri Nasional Indonesia secara keseluruhan memiliki 11 ruang yang semuanya dilengkapi dengan teks informasi (cetak dan multimedia), sehingga Anda akan dengan mudah mendapatkan informasi mengenai semua karya yang terpajang di sana.
Galeri 1 dibagi dalam beberapa ruangan yang mengisahkan perjalanan seni rupa di Indonesia. Dimulai dari ruangan yang memamerkan hasil karya dari tahun 1807-1880 Raden Saleh Sjarif Bustaman memulai karya-karya besarnya. Diikuti ruangan-ruangan pameran lainnya, Mooi Indie dan Persagi (1920–1942); Era Pendudukan Jepang, Kemerdekaan Republik Indonesia, dan Lahirnya Era Sanggar (1942–1945); serta Era Akademi Seni Rupa (1947–sekarang).
Sedangkan Galeri 2 terbagi menjadi empat ruang yang memamerkan karya-karya Gerakan Seni Rupa Baru dan Seni Rupa Kontemporer Indonesia.
Kesempatan berbincang dengan Tubagus Andre Sukmana, Kepala Galeri Nasional Indonesia, Anda dapat mengetahui mulai dari perkembangan seni rupa Indonesia, budaya selfie di kalangan generasi muda yang menciptakan ketertarikan atas dunia seni rupa, serta bagaimana berinvestasi di dunia seni rupa.
Business Lounge Journal/VMN/BLJ