(Business Lounge Journal – Human Resources) Visi adalah gambar dalam pikiran seorang pemimpin, visi menjadi nyata pada saat seorang pemimpin mengekspresikannya dalam istilah yang jelas. Seperti seorang arsitek yang menggambar atau seorang ahli mesin yang membuat model, demikianlah pemimpin dapat menemukan jalan yang menjadi pengharapan kita untuk masa depan. Bernhard Sumbayak dalam Indonesia Leadership Model menemukan bahwa visi merupakan bagian dari karakter seorang pemimpin. Bernhard juga menyatakan bahwa gambaran model kepemimpinan yang utuh sama seperti ketika seorang hendak membangun rumah, pertama kali memiliki imajinasi atau gambaran dalam pikiran disebut leadership character, kemudian menuangkannya dalam gambar leadership capabilities, dan ketiga membangunnya sehingga tercipta sebuah rumah – leadership habits. Dari ketiganya yang terlihat adalah bangunan rumah yang sudah jadi atau leadership habits.
Ketika kita membicarakan visi, maka bukanlah sesuatu yang nampak seperti bangunan rumah, tetapi kita berbicara masa depan, perspektif, perkiraan ke depan. Kata visi sendiri dalam bahasa Inggris mempunyai akar kata “to see” , jadi statement dari visi bukanlah perkataan secara utuh, membutuhkan pikiran yang terbuka untuk dapat melihatnya. Memang pikiran manusia menyimpan ingatan lebih banyak dalam gambar dan bukan dalam angka. Pada sebuah pelatihan saya bertanya apakah yang pertama kali muncul dalam benak saat mendengar kata Indonesia, maka yang muncul gambaran jajaran pulaunya, bendera merah putih, burung Garuda, dan bukan luasnya atau jumlah penduduknya.
Implikasi bagi seorang pemimpin ketika hendak mengekspresikan tentang visi, atau hendak berbagi tentang visi harus mengikuti proses mental ini, yaitu sanggup menggambarkannya akhir dari perjalanan yang akan dilalui. Gambaran adalah jendela untuk melihat masa depan. Ketika Marthin Luther King menggambarkan visinya tentang kemerdekaan, dia meminta pendengarnya mengimajinasikan anak kulit hitam perempuan dan laki-laki bergandengan tangan dengan anak kulit putih perempuan dan laki-laki.
Kemampuan untuk mengekspresikan visi ini bukanlah kemampuan supernatural. Setiap orang memilikinya. Kita sering melakukannya, misalnya pada saat kita pulang dari liburan dan menceritakan bagaimana nikmatnya makanan yang ada di sana, kita mengekspresikan hotel yang kita tempati, lautan yang biru bergradasi hijau toska, ikan-ikan dibawah laut, karang, pasir, pengalaman-pengalaman lucu, menegangkan. Kita melengkapi cerita kita dengan foto, video, dan sering kita melakukannya sehingga orang yang mendengarnya akan terpesona dan ingin pergi ke sana. Mereka akan berkata, “Wah sesudah mendengar ceritanya, saya jadi ingin ke sana nih!” Memang beberapa orang mempunyai kemampuan yang lebih kreatif dari yang lain, tapi pada dasarnya setiap orang sanggup melakukannya. Imajinasi tentang tujuan akhir ini adalah visi seorang pemimpin, seorang pemimpin harus sanggup menggambarkannya dan tidak boleh kehilangan gambaran tadi, bila tanpa gambaran tadi maka tidak ada visi dalam diri seorang pemimpin dan menyebabkan kehancuran.
Imajinasi pemimpin tentang masa depan memberikan inspirasi untuk berjalan menuju ke sana, inilah tenaga yang luar biasa yang dimiliki sebuah organisasi, karena itu dari seorang pemimpin diperlukan latihan untuk mengekspresikan visi dengan jelas sehingga mendorong organisasi menuju kesana dengan bayaran apapun.
Fadjar Ari Dewanto/VMN/BD/MP Business Advisory Division, Vibiz Consulting, Vibiz Consulting Group