(Business Lounge – Global News) Gelombang serangan cyber yang semakin luas telah memberikan klien baru untuk para perusahaan pertahanan. Hal ini dikarenakan timbulnya kecemasan bilamana data yang sensitif dapat hilang dan menyebar dan hal ini melanda mulai dari pemimpin militer sampai ke bos perusahaan.
Bank, utilitas, dan kelompok media adalah pelanggan baru untuk perusahaan pertahanan yang menghasilkan sebagian dari pertumbuhan pendapatan mereka melalui keamanan cyber, membantu untuk mengimbangi pengeluaran yang lebih rendah oleh pemerintah Barat pada senjata tradisional.
Menjadi Sebuah Ancaman Baru Bahkan untuk Militer
Para pemimpin militer pada pekan raya senjata di London pekan lalu, memperingatkan bahwa meskipun serangan cyber berbeda jauh dari medan perang namun serangan cyber telah membuka front baru dengan perusahaan serta pemerintah yang harus membela diri.
Marsekal Andrew Pulford, kepala Royal Air Force Inggris, mengatakan bahwa serangan cyber tidak akan lagi hanya memperebutkan ruang fisik, tapi juga ruang virtual, dan kontes terakhir bahkan mungkin datang untuk mendominasi proses.
Hakan Buskhe, Chief Executive dari Saab Swedia, memperingatkan bahwa ancaman cyber tumbuh setiap minggunya dan berubah bentuk dengan cepat. Ia berpikir bahwa serangan cyber adalah masalah terbesar bagi industri pertahanan, terutama di Eropa dan AS.
Semakin Banyak yang Khawatir, Semakin Banyak Pembeli
BAE Systems milik Inggris, pembuat senjata terbesar untuk Eropa, sekarang mendapatkan pelanggan dari industri perbankan, asuransi, layanan profesional, hukum, energi, dan sektor media.
Nish mengatakan bertambahnya pelanggan mencerminkan seberapa besar pertumbuhan para penjahat cyber.
Perusahaan riset teknologi Gartner memperkirakan bahwa pengeluaran untuk cybersecurity di seluruh dunia akan naik sebesar 8,2% pada tahun 2015 menjadi USD 77 miliar dan mencapai USD 101 miliar pada tahun 2018.
Perusahaan Pertahanan adalah yang Paling Cocok untuk Menangani Serangan Cyber
Perusahaan Pertahanan mengklaim bahwa bila dibandingkan dengan sektor TI, mereka lebih baik dan lebih mahir dalam melawan ancaman yang paling canggih karena tradisi lama mereka melindungi sistem yang kompleks. Perusahaan Pertahanan telah semakin kebal terhadap serangan cyber yang diakibatkan oleh meningkatnya ancaman cyber ke jaringan mereka sendiri, ditambah dengan upaya spionase tradisional.
Sebagai contoh, hacker dan mata-mata manusia telah meningkatkan upaya untuk menyusup ke dalam Saab karena menjadi kekuatan yang semakin berkembang dalam dunia jet tempur dan berekspansi ke teknologi kapal selam.
CEO Buskhe menolak untuk mengidentifikasi sumber serangan, namun catatan mereka menunjukkan serangan tersebut terjadi setelah perusahaan Swedia tersebut memenangkan kesepakatan tempur dan membeli unit pertahanan laut dari ThyssenKrupp.
Sampai Sekarang ini Serangan Cyber tetap Terjadi, Bahkan Bertambah
Selama jeda dua dekade, setelah berakhirnya ketegangan Perang Dingin, Saab menerima sekitar beberapa ratus serangan cyber pada sistem mereka setiap minggunya.
Ketika menandatangani kontrak pesawat tempur Gripen yang baru pada tahun 2013, hal tersebut secara tiba-tiba meningkatkan serangan cyber sebanyak 25.000 kali dalam seminggu dan baru-baru ini, upaya serangan cyber tersebut sedang berlangsung sekitar 40.000 kali per minggu.
Buskhe mengatakan bahwa Saab menghadapi situasi baru dengan ancaman baru dan cara-cara yang berbeda untuk mengambil informasi yang telah dikerjakan setiap hari dan sejauh ini Saab telah berhasil menghalang para hacker.
Alvin Wiryo Limanjaya/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana
Image: pixabay