Nilai Risiko Bencana akan Mencapai Lebih dari Rp65 Ribu Triliun

(Business Lounge – Manage Risk) Dunia tidak akan pernah habis dari bencana. Baru-baru ini perusahaan asuransi raksasa Inggris, Lloyd’s of London, memproyeksikan dalam satu dekade ke depan melalui berbagai bencana alam dan bencana buatan manusia (man-made and natural disasters), dari mulai gempa bumi, pandemi penyakit, bencana nuklir, terorisme, tsunami sampai ke cyber-attacks pada sejumlah kota-kota besar di dunia, akan menimbulkan kerugian masif sampai bernilai sekitar US$4,6 triliun atau setara dengan Rp65.320 triliun. Angka ini dapat juga disebut dengan Rp65,3 kuadriliun (dengan 18 angka 0 di belakang)!

Penelitian, yang disebut dengan “The Lloyd’s City Risk Index“, telah melakukan analisis kemungkinan PDB (Produk Domestik Bruto) dari 301 kota besar di seluruh dunia akan terdampak oleh 18 jenis bencana buatan manusia maupun bencana alam untuk periode tahun 2015 sampai 2025.

Inga Beale, CEO dari Lloyd’s of London, menyampaikan kepada CNBC pada 3 September 2015 lalu, “Terdapat perubahan pada tataran risiko saat ini yang menunjukkan bahwa berbagai risiko ini menjadi semakin nyata. Kita sekarang punya teknologi yang membuat segala sesuatu saling terkoneksi, sehingga muncullah hal-hal seperti cyber attacks, market crash (bursa amblas), harga minyak tergelincir. Ini merupakan jenis risiko baru yang dunia bisnis dan pemerintah harus hadapi dewasa ini.”

Indeks risiko ini di-update setiap dua tahun sekali. Pada studi kali ini ditemukan bahwa kawasan negara-negara sedang berkembang adalah yang paling rentan terkena risiko bencana alam dan menanggung sampai dua pertiga risiko yang terkait dengan kerugian finansial. Sementara itu, secara keseluruhan, risiko market crash merupakan ancaman terbesar yang dapat berdampak kepada seperempat dari seluruh potensi kerugian.

Laporan ini juga menyarankan solusi untuk mitigasi risiko, misalnya dengan meningkatkan cover asuransi. Disebutkan bahwa kenaikan 1% dari penetrasi risiko dapat mengurangi potensi kerugian yang tidak terasuransi sebesar 13%.

Pengukuran Risiko

Menilik studi yang dilakukan oleh Llooyd’s London, ada beberapa hal yang dapat kita pelajari. Ini merupakan bagian dari “pengukuran risiko”. Dengan pengukuran ini maka risiko dapat digambarkan secara lebih detail dari sisi jenis dan besarannya (types and size). Misalnya, terdapat 18 jenis risiko yang tersebar pada pada lokasi 301 kota besar di dunia. Lalu, besaran risikonya dapat diproyeksikan, yang disebutkan sampai bernilai sangat besar – lebih dari Rp65 kuadriliun!

Selanjutnya, pengukuran risiko dapat diklasifikan berdasarkan urutan tingkat risikonya. Risiko tertinggi adalah risiko yang memiliki dampak finansial terbesar dan paling mungkin terjadi. Karena ada juga risiko yang memiliki dampak besar tetapi probabilitas terjadinya terbatas. Bencana alam sering kali dikategorikan sebagai kelompok risiko yang terakhir ini – jarang terjadi, tetapi nilai potensi risikonya sangat besar kalau itu terjadi dan berdampak sangat luas. Ini termasuk dalam kelompok “systemic risk”.

Untuk perusahaan asuransi, semua risiko ini, baik bencana alam maupun bencana oleh karena ulah buatan manusia, perlu dihitung dan diantisipasi karena semua itu bisa termasuk ke dalam coverage asuransi all-risks. Bagi perusahaan lain, perlu dilihat risiko-risiko mana yang paling relevan mungkin terjadi pada bidang usahanya atau tingkat industrinya.

Dalam studi Lloyd’s ini terlihat bahwa terdapat nilai potensi risiko yang sangat masif, luar biasa besarnya, sampai belasan ribu triliun rupiah. Message yang tampil dari penelitian ini antara lain bahwa asuransi itu sangat penting peranannya sebagai bentuk untuk mengurangi potensi kerugian di kemudian hari. Kerugian yang bisa jadi di kemudian hari sangat besar sehingga menghabiskan seluruh prestasi perusahaan sejak dia berdiri.

Bagi perusahaan asuransi itu sendiri harus berantisipasi terhadap besarnya nilai kerugian yang mungkin akan terjadi di antara para pelanggannya. Bencana dapat terjadi sewaktu-waktu, dan dunia tidak pernah kehabisan bencana. Bencana-bencana jenis baru bermunculan juga sejalan dengan perkembangan teknologi. Semua harus diantisipasi, semua harus dihitung.

Pak AlfredAlfred Pakasi/VMN/BL/Deputy Chairman of Vibiz Consulting Group, CEO of Vibiz Consulting