(Business Lounge – Global News) Sehubungan dengan ditemukannya pecahan sayap pesawat yang diduga adalah pecahan sayap MH 370 di sebuah pulau di Samudra Hindia itu, maka banyak orang berharap bagaimana dapat terungkapnya misteri hilangnya pesawat Boeing 777 milik Malaysia Airlines, yang menghilang tanpa jejak pada Maret tahun lalu dengan 239 orang di dalamnya.
“Saya percaya bahwa kita bergerak lebih dekat untuk memecahkan misteri MH370. Ini bisa menjadi bukti yang meyakinkan bahwa MH370 jatuh di Samudera Hindia,” demikian dikatkan Wakil Menteri Transportasi Malaysia Abdul Aziz Kaprawi kepada AFP.
Namun pihak berwenang telah memperingatkan bahwa bagian kecil dari puing-puing pesawat ini belum tentu dapat memecahkan teka-teki terbesar dunia penerbangan yang hingga saat ini belum terpecahkan.
Sayap komponen yang ditemukan di pulau La Reunion tersebut memiliki nomor bagian “657 BB” yang berarti milik pesawat Boeing 777, demikian Informasi ini dari MAS (Malaysia Airlines) kepada Abdul Aziz yang dikatakan kepada AFP, namun hal ini tetap harus dikonfirmasi kembali.
Pencarian yang dipimpin oleh Australia ini telah menghabiskan 16 bulan penyisiran di Samudera Hindia selatan namun belum dapat menemukan tanda-tanda apa pun juga. Para keluarga korban sangat berharap jawaban atas kepastian ditemukannya potongan sayap pesawat tersebut walaupun kenyataan ini akan sangat menyakitkan bagi mereka.
Penemuan potongan puing pesawat oleh tim pembersihan pada Rabu lalu memicu spekulasi dengan ditemukannya juga koper yang robek, botol deterjen dengan tanda Indonesia, dan sebotol air mineral Cina, walaupun bisa saja itu hanyalah sampah belaka. Namun semuanya tetap dikirimkan ke Prancis untuk penelitian lebih lanjut.
Para ilmuwan mengatakan ada beberapa skenario yang masuk akal bagaimana arus laut dapat menghempaskan sepotong puing-puing dari pesawat ke pulau. Penemuan potogan sayap pesawat ini sangat berharga walaupun sangat sulit mengungkap kepastian keberadaan dan penyebab jatuhnya pesawat hanya melalui potongan kecil sayap yang ditemukan.
citra/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image : Antara