(Business Lounge – News & Insight) Tiongkok dan Australia akan menandatangani kesepakatan perdagangan bebas pada hari Senin (17/11) yang akan membuka pasar bernilai miliaran dolar untuk eksportir Australia demikian berita yang dilansir oleh Reuters.
Kesepakatan perdagangan bebas tersebut akan ditandatangani oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping di Canberra selama kunjungan kenegaraannya ke Australia. Kesepakatan yang akan memiliki jangkauan yang lebih luas daripada banyak industri sebelumnya ini terjadi berkat terobosan pada menit-menit terakhir yang dilakukan oleh Menteri Perdagangan Andrew Robb demikian dilaporkan Sydney Morning Herald.
Menguntungkan Ekspor Susu dan Daging Sapi
Perjanjian ini akan menguntungkan para peternak sapi perah Australia oleh karena mereka akan mendapatkan akses bebas tarif dalam waktu empat tahun untuk mensuplai pasar susu formula bayi Tiongkok dan sembilan tahun untuk tarif ekspor susu Australia. Hal ini dapat dipastikan akan memberikan keuntungan yang sangat besar dan menolong para peternak sapi perah Australia dari pesaingnya para peternak dari Selandia Baru. Industri susu memang telah melobi keras untuk kesepakatan perdagangan bebas Tiongkok ini. Kesepakatan ini akan bernilai $ 18 miliar.
Tarif daging sapi antara 12 dan 25 persen akan dihapus selama sembilan tahun. Ekspor sapi Australia ke Tiongkok yang saat ini bernilai A $ 722 juta (sekitar 7,7 triliun rupiah). Sementara itu, tarif 23 persen di Australia senilai A $ 385 juta (sekitar 4,1 triliun rupiah) untuk perdagangan domba dan daging kambing ekspor akan dihapus lebih dari delapan tahun.
Ekspor sapi hidup, yang bernilai A $ 136 juta (sekitar 1,4 triliun rupiah) akan meliputi 5 persen tarif bertahap selama empat tahun. Pasar A $ 896 (sekitar 9,6 triliun rupiah) juta untuk kulit yang akan berlangsung bertahap 2-7 tahun hingga 14 persen pada tarif.
Ekspor Lainnya
Industri biji-bijian juga akan meraih keuntungan dengan penghapusan langsung dari tarif 3 persen di barley dan ekspor sorghum dengan nilai hampir setengah miliar dolar saat ini.
Pembuat anggur, saat ini mengekspor lebih dari A $ 200 juta (sekitar 2 triliun rupiah) barang ke Tiongkok setiap tahun meskipun tariff yang harus ditanggung sebesar 14 hingga 30 persen. Tarif ini pun kemungkinannya akan dihilangkan selama empat tahun ke depan, demikian dilansir oleh Reuters.
Selain itu tarif pada produk hortikultura, makanan laut dan barang-barang lainnya terhitung sebanyak 93 persen dari nilai ekspor Australia ke Tiongkok akan dikurangi menjadi nol pada 2019. Sedangkan tarif baru yang akan dikenakan pada batubara Australia akan dihapus lebih dari dua tahun.
Namun tidak aka nada kesepakatan untuk ekspor gula dan beras.
Kemitraan Dalam Perdagangan
Tiogkok adalah mitra dagang terbesar Australia terutama karena permintaan yang kuat Tiongkok untuk bijih besi, batu bara dan gas alam cair. Ekspor ke Tiongkok membantu Australia menghindari dampak terburuk dari krisis ekonomi global selama tiga tahun terakhir.
Banyak perusahaan pertambangan besar Australia sangat bergantung pada Tiongkok selain negara besar lainnya yang sedang berkembang seperti India untuk ekspor. Perusahaan-perusahaan pertambangan ini termasuk Fortescue Metals Group, Rio Tinto, BHP Billiton dan Xstrata yang memiliki operasi besar Australia.
Sedangkan komoditi ekspor Tiongkok seperti pakaian, peralatan telekomunikasi dan komponennya, komputer, mainan, kereta bayi dan peralatan olahraga.
Presiden Tiongkok Xi Jinping telah menghabiskan akhir minggunya dengan menghadiri KTT para pemimpin G20 di Canberra, Australia. Pada hari Senin (17/11) ia dijadwalkan akan mengunjungi Sydney dan Hobart, ibukota negara bagian Tasmania.
uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: Antara