(Business Lounge – Manage Your Finances) Saya memiliki pengalaman bertemu dengan banyak CEO dan pemilik perusahaan seperti Carefour Indonesia, Bank Mega, Bank Danamon, Mama Leon, Astra International, dan sejumlah perusahaan besar lainnya. Mereka memiliki harapan yang sama di bisnis, dengan pedagang-pedagang kecil yang hanya menjual sepatu, sayuran, baju yang jumlahnya tidak banyak dan dijual dengan eceran yang juga sering saya jumpai. Harapan mereka adalah keinginan bahwa hari itu ada uang yang masuk ke dalam perusahaan, harapan inilah yang dikelola oleh perusahaan dari semua sudut yang bisa dilakukan.
Menghasilkan keuntungan adalah tujuan yang ada di setiap bisnis baik besar maupun kecil. Di perusahaan yang masih kecil tujuan ini akan sangat terlihat oleh seluruh organisasi dan dengan mudah menularkan kepada yang lain, angka-angka penjualan, kalkulasi biaya, bahkan mungkin kerugian hari itu akan sangat mudah terlihat oleh yang lain. Di perusahaan yang sudah besar hal ini menjadi lebih rumit, unit atau divisi yang menjadi pusat penghasil keuntungan tidak bersentuhan langsung dengan mereka yang mendukung operasional bisnis. Keadaan ini membuat sebagian besar di organisai kehilangan beban yang dirasakan oleh mereka yang menghasilkan uang secara langsung.
Pergeseran yang terjadi saat perusahaan semakin besar memerlukan perhatian para pemimpin perusahaan untuk kembali menaruh beban yang sama kepada seluruh organisasi, yaitu kemampuan untuk menghasilkan uang. Tanda-tanda yang sering terjadi pada saat beban ini hilang adalah para manajer tidak lagi mengerti bahasa keuangan (financial literacy). Berbicara dengan manajer yang buta tentang angka-angka keuangan akan membuat pembicaraan dengan CEO terputus hal ini membuat berbeda arah akan terjadi dalam aktifitas perusahaan sehari-hari. Bila seorang manajer information technology (IT) tidak mengerti bahasa keuangan perusahaan, ia akan cenderung untuk membangun IT berdasarkan keunggulan IT saja tanpa memperlihatkan bagaimana yang dikerjakannya ini akan menghasilkan keuntungan. Manajer yang tidak memahami tentang bahasa keuangan seperti financial statement, return on investment, cost to income ratio, current ratio, dan lain-lain membuat lemahnya organisasi dalam kemampuan menghasilkan uang
Selain banyaknya manajer yang bermasalah dengan financial literacy, tanda lain bahwa sebagian besar organisasi kehilangan kemampuan menghasilkan uang adalah terbentuknya silo thinking, kondisi dimana masing-masing unit atau divisi mementingkan kehebatannya masing-masing. Pemikiran sempit seperti ini banyak dijumpai justru ketika organisasi telah menjadi besar, dimana tujuan perusahaan menghasilkan keuntungan menjadi kabur. Silo thinking bisa dihindari saat seluruh organisasi kembali kepada tujuan bersama yaitu menghasilkan keuntungan.
Menghilangkan penyakit ini dari perusahaan, diperlukan perubahan mental seluruh individu di dalam perusahaan itu. Sejak seorang bergabung dalam organisasi dan juga mereka yang sudah didalam melalui nilai financial literacy yang secara konsisten diterapkan diberbagai tingkatan organisasi akan mendorong seluruh perusahaan pada tujuan menghasilkan keuntungan.
Ketika seorang individu tahu tentang siklus keuangan perusahaan dan bagaimana kontribusinya kepada siklus itu, maka akan menumbuhkan sikap cost conscious dan revenue conscious. Sudah pasti bahwa bukan sampai di tingkat sadar atau tahu, diperlukan kemajuan yang lebih lagi hingga cost conscious dan revenue conscious menjadi pola kerja di seluruh organisasi.
Fadjar Ari Dewanto/Managing Partner Business Advisory Vibiz Consulting/VMN/BL