(Business Lounge – News & Insight) Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengadakan pertemuan di Belanda untuk membahas tanggapan internasional terhadap kecelakaan itu.
Rutte mengatakan Belanda dan Malaysia memiliki tiga prioritas dalam menangani kecelakaan: pemulangan korban dan barang-barang pribadi mereka, adanya kejelasan mengenai penyebab kecelakaan dan memastikan para pelaku dibawa ke pengadilan. Dari ketiga prioritas tersebut maka pemulangan para korban adalah prioritas tertinggi. Najib juga menyerukan penghentian perseteruan oleh kedua belah pihak di sekitar lokasi kecelakaan sehingga tim ahli mendapatkan akses penuh ke lokasi kejadian.
Dalam hal ini Belanda mengambil peranan dalam memimpin penyelidikan mengingat dua per tiga korban adalah warga Belanda.
Perjanjian Antara Ukraina dan Belanda serta Australia
Parlemen Ukraina meratifikasi perjanjian dengan Belanda dan Australia pada Kamis (31/7) yang akan memungkinkan kedua negara untuk mengirim tim (termasuk polisi, sipil dan personil bersenjata) ke Ukraina Timur untuk melakukan penyelidikan. Negara-negara lain yang memiliki warga sebagai korban MH17 ini seperti Malaysia, juga dapat mengirim tim.
Tetapi di dalam perjanjian ini total dari semua personil bersenjata tidak boleh lebih dari 700 personil. Sedangkan maksimal batasan personil bersenjata dari Australia hanya mencapai 250 orang. Para tim juga bebas untuk melakukan perjalanan di dalam Ukraina pada lokasi yang terkait serta berhak untuk mencari dan mengumpulkan sisa-sisa serta menyelidiki semua yang terkait dengan bencana tersebut.
Australia, yang kehilangan 38 warganya telah mengirimkan hampir 200 polisi ke Eropa untuk membantu penyelidikan dan upaya pemulihan. Delegasi Rusia yang terdiri dari tiga ahli juga berharap untuk dapat mengakses lokasi kecelakaan MH17 bersama peneliti internasional demikian disampaikan juru bicara Otoritas Penerbangan Sipil Rusia, Sergey Izvolsky.
Mereka juga akan memberikan materi yang diminta oleh penyidik, termasuk data radar dari Departemen Pertahanan Rusia yang menunjukkan adanya jet tempur Ukraina yang terbang dekat dengan MH17. Hal ini berkaitan dengan tuduhan AS serta Negara lainnya kepada Rusia yang mempersenjatai para separatis pro-Rusia, termasuk senjata berat seperti sistem rudal yang digunakan untuk menembak MH17.
Siapakah Pelaku Penembakan MH17?
Rusia terus mengelak bahwa mereka terkait dalam tertembaknya pesawat Malaysia Airlines ini sementara AS dan UE pun telah melancarkan berbagai sanksi ekonominya seakan memaksa Rusia untuk mengaku. Belum lagi G7 yang akan segera turun tangan dengan sanksi ekonomi lainnya.
Sekarang delegasi Rusia hendak membuka data mereka yang menunjukkan bukti bahwa mereka tidak terkait dalam penembakan ini melainkan Ukraina.
Entah Rusia, entah Ukraina, belum ada yang dapat memastikan rahasia ini. Tetapi bagaimana bila memang bukan Rusia pelakunya? Bagaimana pula jika ternyata Ukraina yang salah tembak? Semuanya belum dapat dipastikan tetapi dalam hal perseteruan antara Ukraina dan para separatis pro-Rusia, pihak Rusia memang harus bersikap untuk menjembatani kedua pihak sehingga kesepakatan pun dapat diambil yang menghentikan perseteruan yang ada.
Uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Jul Allens
Image : antara