(Business Lounge – World Today) – Dari dunia ekonomi, Janet Yellen menjadi wanita pertama yang memimpin bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, dalam sejarah 100 tahun berdirinya institusi tersebut setelah unggul dengan jumlah suara 56-26. Sebelas orang dari kubu Republik dan 45 orang dari Demokrat mendukung Yellen. Semua anggota kubu Demokrat memberikan suara kepada Yellen.
Kubu Demokrat, yang sebagian besar anggotanya mendesak Presiden Barack Obama untuk memilih Yellen ketimbang Menteri Keuangan, Lawrence Summers, memuji pengalaman Yellen selama bertahun-tahun bekerja untuk Fed. Para Senat berharap perempuan itu tetap mengawasi sistem keuangan demi menghindari kegagalan sistemik yang berujung resesi.
“Sangat penting bagi kita memiliki regulator yang tangguh seperti Gubernur Yellen,” ujar Senator Sherrod Brown. Kita berharap memasuki era baru pemulihan dan pertumbuhan, tambahnya.
Kecaman kubu Republik atas Yellen berpusat pada risiko program pembelian obligasi dan dukungan Yellen terhadap program tersebut. “Sebagai [Gubernur Fed], ia mungkin akan melanjutkan kebijakan moneter longgar dengan semangat yang sama seperti pendahulunya,” ujar Senator Charles Grassley. Grassley tidak memilih Yellen.
Pada Desember lalu, Yellen dan pejabat Fed lainnya mendukung pengurangan stimulus.
Pihak Federal Reserve menolak berkomentar.
Sejak krisis keuangan merebak, perdebatan mengenai calon gubernur bank sentral yang baru menjadi kian panas. Sebanyak 30 anggota legislatif menentang pencalonan kembali Gubernur Ben Bernanke untuk masa jabatan kedua pada Januari 2010.
Bernanke akan memimpin rapat kebijakan Fed pada 28-29 Januari. Sementara, hari terakhir menjabat sebagai gubernur adalah 31 Januari. Yellen diharapkan akan menjalani sumpah jabatan pada 1 Februari.
Yellen memberi penekanan pada peran bank sentral AS dalam menurunkan tingkat pengangguran dalam periode sulit. Ia menjadi penyokong kuat program pembelian obligasi Fed yang bertujuan mendongkrak pertumbuhan ekonomi dengan cara memotong tingkat suku bunga jangka panjang.
Dengan tingkat perekonomian yang membaik, ia harus memutuskan besarnya laju pemangkasan stimulus. Jika terlampau pesat, Fed dapat mengurangi tingkat pemulihan. Jika terlalu lambat, aset akan mengalami bubble dan inflasi akan meroket.
Akhir-akhir ini, rata-rata lapangan pekerjaan yang terbuka per bulannya mencapai 200.000, sementara tingkat pengangguran turun menjadi 7% dari sebelumnya yang berada di atas 8%.
Fed akan merangsang kemajuan yang dicatatkan pasar tenaga kerja. Para pengambil kebijakan menekankan pada Desember bahwa pengurangan stimulus akan diterapkan secara bertahap dan bergantung kepada situasi yang berlangsung.
(FJ/FJ/BL-WSJ)
Foto : WSJ