Expect the unexpected

Expect the unexpected

– It is your decisions & not your conditions

(Business Lounge – Leadership) – Berbicara tentang kepemimpinan tentu tidak akan pernah ada habisnya. Ketika minggu lalu saya berkunjung ke rumah kakak saya, saya melihat dari seluruh buku-buku yang di milikinya, paling banyak adalah buku-buku dengan kategori kepemimpinan. Salah satu hak istimewa dari seorang pemimpin tentu saja hak untuk memutuskan. Dalam memutuskan bisa jadi pemimpin membuat tim khusus yang akan ikut membantu memberikan masukan dan pertimbangan, tetapi sekali lagi keputusan final atau akhir selalu ada pada diri ”sang” pemimpin. Dan tentu saja hak istimewa ini memang merupakan daya tarik tersendiri yang hampir semua orang mau memilikinya.

Tetapi pernahkan Anda tahu, bahwa membuat keputusan adalah suatu hal yang tidak mudah dan akan sangat mempengaruhi segala sesuatu. Saya akan mengajak Anda untuk belajar dari salah satu pemimpin besar yang dapat kita teladani dalam mengambil keputusan ini.

Sampai sekarang keputusannya adalah keputusan paling bersejarah, dan dia adalah Jendral Dwight David “Ike” Eisenhower.  Pada tahun 1944, Eisenhower menjabat sebagai pimpinan tertinggi pasukan sekutu dalam Perang Dunia II melawan Jerman. Lewat laporan intelejen ia mengetahui bahwa titik vital kekuatan pasukan Jerman terletak di Normandia. Apabila  pasukan sekutu berhasil mematahkan pertahanan Jerman di pantai Normandia, maka besar peluang Sekutu untuk mengalahkan Jerman dalam perang.

Maka Eisenhower bersama jajaran panglima sekutu lainnya menyusun sebuah rencana penyerangan besar-besaran yang melibatkan pasukan darat, laut dan udara ke pantai Normandia. Nyaris 200 ribu personil yang diangkut oleh 5.000 kapal perang akan serentak menyerang garis pantai sepanjang 80 km, menjadikan operasi yang diberi sandi Operation Overlord ini operasi gabungan terbesar dalam sejarah.

Operasi direncanakan antara tanggal 4 – 6 Juni 1944. Tanggal – tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan bulan purnama, memudahkan pasukan yang mulai diterjunkan mulai pukul 1 dini hari dapat melihat lebih jelas. Namun apa boleh buat, memasuki bulan Juni cuaca terus memburuk. Ombak besar, langit tertutup awan, dan angin kencang. Tanggal 5 Juni, sejumlah pasukan sudah mulai menyeberangi Selat Inggris untuk memulai serangan, namun terpaksa ditarik mundur karena cuaca terus memburuk. Hingga tibalah tanggal 6 Juni.

Eisenhower berhadapan dengan dilema: kalau ia nekad dengan rencananya, bisa-bisa ia kehilangan seluruh pasukan beserta peralatan perang senilai miliaran dollar ditelan ganasnya cuaca. Sebaliknya, bila ia membatalkan serangan, maka ia harus menunggu sebulan lagi hingga bulan purnama berikutnya. Artinya, ada risiko pihak Jerman keburu mengetahui rencana ini dan mengambil tindakan untuk mencegahnya.

Eisenhower akhirnya memutuskan untuk meluncurkan serangan. Memang pasukan harus menghadapi laut yang ganas, dan awan menghalangi pesawat-pesawat sekutu untuk menjatuhkan bom sehingga gagal melemahkan pertahanan pantai Jerman, namun secara keseluruhan Eisenhower mengambil keputusan tepat. Justru karena cuaca sedang tidak bersahabat, pihak Jerman tidak menyangka akan ada yang berani menyeberagi laut yang sedang bergolak itu. Erwin Rommel, salah satu pemimpin pasukan Jerman, bahkan sedang cuti saat serangan terjadi. Ia pulang untuk merayakan ulang tahun istrinya.

Buku sejarah kemudian juga mencatat 6 juni sebagai D-Day yang menjadi awal runtuhnya Nazi dan perubahan peta kekuatan dunia. Seandainya Eisenhower ragu-ragu kala itu, mungkin segala sesuatanya akan menjadi lain sama sekali.
Pengambilan keputusan (decision making) adalah tindakan seseorang untuk memilih satu atau lebih di antara berbagai kemungkinan yang ada dalam kondisi yang belum jelas. Pengertian ini memberikan gambaran bahwa keputusan juga mengandung unsur prediksi dan berisiko. Orang tentu menghendaki keberhasilan ketika mengambil keputusan dengan tepat. Namun begitu sering kita mendengar keputusan yang telah diambil membawa dampak buruk terhadap orang-orang sekitar. Mengapa hal ini terjadi?

Sebenarnya, keputusan terdiri atas dua bentuk yang saling bergantung. Pertama, keputusan pribadi, dibuat atas dasar kepentingan pribadi yang sedikit sekali melibatkan kehidupan orang lain. Kedua, keputusan kelompok, yakni keputusan yang dibuat demi kelangsungan dan masa depan suatu kelompok. Kelompok di sini dapat berupa organisasi sosial, profit, bahkan negara yang melibatkan kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Keputusan kelompok paling sering dijumpai karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang hidup di dalam kelompok.

Namun, sifat dari sebuah keputusan adalah dibuat. Jadi, semua bergantung pada pembuatnya. Bayangkan ketika seseorang membuat kue bolu, setidaknya ia harus menyediakan telur, tepung, gula dan sedikit mentega. Juga perlu memiliki alat pengocok, loyang cetakan dan oven. Kue bolu akan mengembang dan enak rasanya apabila dibuat dengan ukuran-ukuran yang pas, tepat, tidak lebih atau kurang bahan. Satu lagi, dalam beberapa kejadian, telur tak dapat mengembang apabila konsentrasi dan emosi sang pembuat tidak fokus. Mungkin saja kocokannya jadi kurang kuat atau kecepatan dan arah adukan yang tidak stabil. Maka gagallah kue bolu itu. Analogi tersebut cukup enak dijadikan cermin. Dibuat atau tidaknya suatu keputusan, betul-betul bergantung pada pembuatnya. Menyadari ketersediaan bahan atau kesiapannya untuk fokus pada proses, bahkan kesungguhan hatinya dalam membuat keputusan, bisa saja sang pembuat memilih alternatif lain.

Membuat keputusan berarti siap dan berani menanggung segala risiko yang ditimbulkannya. Keputusan yang dibuat tentu saja akan teruji lewat respons lingkungan serta perubahan situasi dan kondisi. Setiap orang pasti ingin menjadi pembuat keputusan yang lihai. Tidak ada salahnya belajar dari kesalahan orang lain dalam membuat keputusan, asalkan tidak mengulangi hal yang sama.

Pengambilan keputusan akan selalu menjadi keputusan individu. Seorang pemimpin masih mungkin mendelegasikan fungsi lain, tapi tidak dengan pengambilan keputusan. Dalam prosesnya, bisa saja si pemimpin dibantu oleh komite atau tim, tapi di saat akhir dia harus berubah menjadi seorang komandan yang tegas untuk mengambil kata putus.

Pengambilan keputusan menjadi fungsi paling dasar seorang pemimpin. Kemampuan ini akan membedakan kualitas pemimpin yang satu dengan yang lain. Pengambilan keputusan membutuhkan energi mental luar biasa. Saat itulah, seluruh beban terasa seperti menimpa. Semakin besar lingkup tanggung jawab, semakin besar beban itu.  Namun di sanalah kualitas seorang pemimpin diuji. Karena bagaimana pun kualitas mereka yang sukses dan mereka yang biasa – biasa saja terletak pada kemampuan dalam mengambil keputusan.

Anda ingin menjadi orang yang sukses ? Belajarlah mengambil keputusan yang tepat. Tidak saja untuk hal – hal yang berhubungan dengan pekerjaan Anda, namun juga dengan hal – hal yang berkaitan dengan kehidupan pribadi Anda.

(rf/ic/bl-vbm)

Foto: ccorpusa.com