(Business Lounge – Business Today) Presiden Barack Obama mulai menggunakan pendekatan pribadi untuk menyudahi shutdown yang membuat Amerika Serikat lumpuh. Obama mengundang ratusan anggota DPR dari Partai Republik ke Gedung Putih pada hari Kamis waktu setempat. Sehari sebelumnya, Obama telah menerima kedatangan para anggota senat dari Partai Demokrat.
Langkah ini dilakukan Obama demi menghentikan shutdown yang telah berlangsung dan akan memasuki hari kesepuluh. Akibat shutdown ini juga, AS terancam gagal bayar utang (default) yang akan jatuh tempo pada 17 Oktober mendatang.
Obama meminta para Republikan untuk meningkatkan plafon utang dan membuka kembali pemerintahan sebelum bernegosiasi soal kebijakan fiskal di masa depan. Obama mengatakan, dia siap melakukan pembicaraan dengan Republikan untuk setiap butir anggaran yang diajukan.
Namun, dia menyatakan tidak akan bernegosiasi sampai para Republikan mencabut ancaman ganda yang mereka alamatkan untuk senat. Ancaman tersebut adalah shutdown dan tidak ditingkatkannya plafon utang.
Obama kecewa, di tengah keinginannya untuk mencapai kesepakatan dengan partai Republik untuk menyelesaikan masalah Shutdown di Amerika, dia mendapat hambatan dari Boehner, Ketua DPR di Amerika. Ketika dia mengundang 232 anggota DPR dari partai republik untuk membahas masalah Shutdown ini, Boehner hanya mengijinkan 18 orang saja yang menghadiri undangan dari Obama.
Nampaknya, kesepakatan akan sulit dicapai mengingat Boehner tidak menginginkan para anggotanya dipengaruhi oleh Obama sebagaimana anggota mereka di Senat yang mendukung Program dari Obama. Untuk itu, perhatian pasar terus tertuju ke Amerika, akankah masalah Shutdown di Amerika ini dapat diakhiri atau tidak ? Jika tidak, resesi akan terjadi tidak hanya di Amerika tapi juga di dunia secara global.
Shutdown di AS berimbas pada kemampuan negara itu membayar utang. Saat ini total utang AS US$16,7 triliun dan jatuh tempo pada 17 Oktober mendatang. Sedangkan pemerintah AS hingga pekan ini tidak punya dana untuk membayar utang tersebut, karena tidak adanya kesepakatan dengan DPR, yang dikuasai kubu oposisi dari Partai Republik, soal anggaran yang menginginkan agar ObamaCare yang dianggap membebani anggaran dihapus sementara.
Karena hal ini, China dan Jepang mulai ketar-ketir dan sama-sama mendesak AS segera menyelesaikan masalah mereka. Jepang memiliki nilai obligasi senilai US$1,4 triliun, sedangkan China kuasai obligasi AS senilai US$1,28 triliun. Data ini berdasarkan data dari Departemen Keuangan AS,