Menjalankan Visi Sang Pemimpin (1)
Menurut Edwin A. Locke & Associates dalam bukunya yang berjudul Esensi Kepemimpinan, ada 6 (enam) hal penting yang perlu diperhatikan untuk menjalankan sebuah visi :
1. Strukturisasi
Struktur organisasi sangat penting untuk menentukan bagaimana dan apakah visi organisasi itu bisa diraih. Tom Peters (1987) menekankan kesederhanaan sebagai karakteristik yang paling penting dari suatu struktur. Ia menilai bahwa ragam lapisan manajemen dan birokrasi yang berlebihan merupakan penyebab utama munculnya banyak problem dalam organisasi. Kompleksitas dan formalitas organisasi yang berlebihan merupakan penyebab utama dari lambannya respons perusahaan terhadap lingkungan yang sedang berubah.
Untuk menyederhanakan struktur organisasi, Peters merekomendasikan hal-hal berikut ini :
– Kurangi secara drastis jumlah lapisan yang ada dalam manajemen.
– Jagalah agar staf inti tetap dalam jumlah amat terbatas.
– Tugaskan sebagian besar staf pendukung ke lapangan
– Mantapkan rentang kontrol yang luas
Peters menyatakan bahwa hirarki lima tingkat merupakan maksimum absolut. Untuk mendukung pernyataannya mengenai pembatasan lapisan ini, ia menyebutkan sebuah studi yang diadakan oleh konsultan manajemen A.T. Kearney yang membandingkan empat puluh satu perusahaan besar berdasarkan kinerja finansial jangka panjangnya. Perusahaan-perusahaan yang berkinerja bagus rata-rata memiliki empat lapisan manajemen yang lebih sedikit dibandingkan perusahaan yang berkinerja tidak bagus. Peters juga merekomendasikan untuk menugaskan sebagian besar staff pendukung di lapangan. Hal ini menciptakan iklim ’mental bisnis’ (businesss mindedness)yang digiring untuk meraih kinerja sukses di tempat kerja, jadi tidak semata-mata sibuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi atau melakukan manuver politik.
2. Memilih, Mengakulturasi dan Melatih Sumber Daya Manusia
Memilih dan mengembangkan para pengikut yang mampu dan berkemauan untuk bekerja demi meraih visi organisasi merupakan tugas kepemimpinan yang penting karena para pemimpin bergantung pada para pengikut untuk meraih sasaran yang telah ditetapkan. Proses pemilihan atau seleksi merupakan landasan bagi efisiensi operasional organisasi itu, dengan demikian seorang pemimpin dituntut untuk memilih pegawai dengan cermat. Apabila seorang pemimpin telah memilih para pegawai dengan kriteria yang benar, maka ia akan memiliki sumber daya untuk meraih visi organisasi.
Mengakulturasi adalah proses dimana budaya dan visi organisasi ditanamkan di dalam hati para anggota. Para pemimpin harus membuat ketetapan-ketetapan untuk proses ini. Untuk mengakulturasi para pengikut, para pemimpin harus mengartikulasikan visi mereka ke dalam filosofi yang ‘mudah dimengerti’ yang mengintegrasikan arah strategis dan nilai-nilai kultural. Para pemimpin harus secara terus menerus memotivasi para pegawai untuk merangkul visi itu.
Melatih dibutuhkan untuk membantu para anggota organisasi mempelajari letak kesesuaian mereka dengan visi dan sasaran organisasi, tanggungjawab dan tugas tertentu dari posisinya, apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana kinerja mereka diukur. Lebih jauh, mereka akan terdorong untuk mengembangkan keahlian-keahlian spesifik yang dibutuhkan saat ini dan yang akan datang. Pada tingkat tertentu, akulturasi dan pelatihan bisa dijadikan satu. Sesi-sesi pelatihan memberikan kesempatan yang besar untuk mengajarkan nilai-nilai dan visi organisasi.
3. Memotivasi para pegawai
Karena seorang pemimpin tidak dapat mencapai visi mereka sendirian, maka mereka harus memotivasi orang-orang lain juga untuk meraih visi itu. Para pegawai dari sebuah organisasi merupakan asset yang paling berharga agar organisasi tersebut meraih sasaran-sasarannya.
Meskipun visi itu sendiri merupakan pendorong motivasi yang kuat bagi para individu, visi saja tidak cukup untuk mempertahankan kerja keras dalam jangka panjang atau ketika halangan dan problem muncul ke permukaan. Seringkali perjalanan menuju puncak begitu melelahkan dan membuat frustasi atau kecewa, bisa saja ada keinginan untuk mundur. Dalam hal ini peranan pemimpin sangat penting untuk memotivasi dan menyemangati mereka untuk terus maju. Peran pemimpin yang efektif untuk memotivasi anggota tim nya adalah menjadi ‘role model’ atau memberikan teladan, membangun percaya diri dan memberikan ‘reward and punishment’ yang jelas.
4. Mengelola informasi
Mengelola informasi berkaitan dengan berbagai aspek dari tanggung jawab dan aktivitas pemimpin, seperti pengkajian dan pemantauan umpan balik, perencanaan dan pengambilan keputusan. Seorang pemimpin harus menyediakan banyak waktunya untuk menghimpun informasi dan mengolahnya menjadi suatu bahan untuk pengambilan keputusan. Seorang pemimpin haruslah menciptakan suatu lingkungan yang menghargai upaya ’mendengarkan’. Seorang pemimpin yang baik harus menjadi teladan dalam ’mendengarkan’. Saya pernah mendengar seorang teman mengeluh, karena hampir sepanjang meeting boss nya sibuk memainkan BB nya. Hal tersebut sungguh menjatuhkan nilai kepemimpinan seorang boss di mata anggota tim nya. Pada prinsipnya semua orang senang ’didengarkan’.
Hal lain yang juga penting adalah melakukan penyebaran informasi. Seorang pemimpin yang cerdik akan memanfaatkan penyebaran informasi secara efektif. Pemimpin harus memastikan bahwa anggota timnya mempunyai informasi yang up to date yang diperlukan untuk meraih sasaran. Sebagian pemimpin mencoba menahan informasi dengan maksud untuk menguatkan kekuasaan mereka atau untuk menyembunyikan kesalahan-kesalahan mereka di masa silam. Namun, menahan informasi dapat menimbulkan problem jangka panjang. Apalagi setiap kesalahan yang ada harus segera dikoreksi. Penyebaran informasi justru akan memotivasi para pegawai, semakin terbuka sikap seorang pemimpin, maka para pegawai juga akan semakin bertanggung jawab terhadap tugas mereka.
5. Membangun tim
Membangun tim yang solid harus dimulai dari manajemen puncak karena kinerja sebuah organisasi sangat bergantung pada kualitas manajemen tingkat tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para pemimpin untuk memperkecil kesenjangan yang ada adalah dengan melakukan :
a. melatih manajer untuk keahlian dan pengetahuan tertentu yang kurang dikuasainya
b. mengganti manajer – manajer yang yang tidak menganut nilai-nilai organisasi
c. merekrut manajer-manajer yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu yang tidak dikuasai oleh tim manajemen lain.
6. Mendorong perubahan
Seorang pemimpin yang efektif memprakarsai dan mendorong perubahan dan inovasi. Seorang pemimpin harus mampu menyiapkan anggota timnya agar siap menghadapi setiap perubahan. Karena lingkungan bisnis yang terus menerus berubah, maka perubahan harus dapat dilakukan dengan cepat agar tidak kalah dalam persaingan. Inovasi harus dilakukan secara terus menerus, baik dari sisi jasa, produk, pemasaran, dan lain-lain.
Demikianlah hal-hal penting yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mendukung penerapan visi yang hendak dicapai bersama seluruh anggota tim.
Menurut Edwin A. Locke & Associates dalam bukunya yang berjudul Esensi Kepemimpinan, ada 6 (enam) hal penting yang perlu diperhatikan untuk menjalankan sebuah visi :
1. Strukturisasi
Struktur organisasi sangat penting untuk menentukan bagaimana dan apakah visi organisasi itu bisa diraih. Tom Peters (1987) menekankan kesederhanaan sebagai karakteristik yang paling penting dari suatu struktur. Ia menilai bahwa ragam lapisan manajemen dan birokrasi yang berlebihan merupakan penyebab utama munculnya banyak problem dalam organisasi. Kompleksitas dan formalitas organisasi yang berlebihan merupakan penyebab utama dari lambannya respons perusahaan terhadap lingkungan yang sedang berubah.
Untuk menyederhanakan struktur organisasi, Peters merekomendasikan hal-hal berikut ini :
– Kurangi secara drastis jumlah lapisan yang ada dalam manajemen.
– Jagalah agar staf inti tetap dalam jumlah amat terbatas.
– Tugaskan sebagian besar staf pendukung ke lapangan
– Mantapkan rentang kontrol yang luas
Peters menyatakan bahwa hirarki lima tingkat merupakan maksimum absolut. Untuk mendukung pernyataannya mengenai pembatasan lapisan ini, ia menyebutkan sebuah studi yang diadakan oleh konsultan manajemen A.T. Kearney yang membandingkan empat puluh satu perusahaan besar berdasarkan kinerja finansial jangka panjangnya. Perusahaan-perusahaan yang berkinerja bagus rata-rata memiliki empat lapisan manajemen yang lebih sedikit dibandingkan perusahaan yang berkinerja tidak bagus. Peters juga merekomendasikan untuk menugaskan sebagian besar staff pendukung di lapangan. Hal ini menciptakan iklim ’mental bisnis’ (businesss mindedness)yang digiring untuk meraih kinerja sukses di tempat kerja, jadi tidak semata-mata sibuk mendapatkan jabatan yang lebih tinggi atau melakukan manuver politik.
2. Memilih, Mengakulturasi dan Melatih Sumber Daya Manusia
Memilih dan mengembangkan para pengikut yang mampu dan berkemauan untuk bekerja demi meraih visi organisasi merupakan tugas kepemimpinan yang penting karena para pemimpin bergantung pada para pengikut untuk meraih sasaran yang telah ditetapkan. Proses pemilihan atau seleksi merupakan landasan bagi efisiensi operasional organisasi itu, dengan demikian seorang pemimpin dituntut untuk memilih pegawai dengan cermat. Apabila seorang pemimpin telah memilih para pegawai dengan kriteria yang benar, maka ia akan memiliki sumber daya untuk meraih visi organisasi.
Mengakulturasi adalah proses dimana budaya dan visi organisasi ditanamkan di dalam hati para anggota. Para pemimpin harus membuat ketetapan-ketetapan untuk proses ini. Untuk mengakulturasi para pengikut, para pemimpin harus mengartikulasikan visi mereka ke dalam filosofi yang ‘mudah dimengerti’ yang mengintegrasikan arah strategis dan nilai-nilai kultural. Para pemimpin harus secara terus menerus memotivasi para pegawai untuk merangkul visi itu.
Melatih dibutuhkan untuk membantu para anggota organisasi mempelajari letak kesesuaian mereka dengan visi dan sasaran organisasi, tanggungjawab dan tugas tertentu dari posisinya, apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana kinerja mereka diukur. Lebih jauh, mereka akan terdorong untuk mengembangkan keahlian-keahlian spesifik yang dibutuhkan saat ini dan yang akan datang. Pada tingkat tertentu, akulturasi dan pelatihan bisa dijadikan satu. Sesi-sesi pelatihan memberikan kesempatan yang besar untuk mengajarkan nilai-nilai dan visi organisasi.
3. Memotivasi para pegawai
Karena seorang pemimpin tidak dapat mencapai visi mereka sendirian, maka mereka harus memotivasi orang-orang lain juga untuk meraih visi itu. Para pegawai dari sebuah organisasi merupakan asset yang paling berharga agar organisasi tersebut meraih sasaran-sasarannya.
Meskipun visi itu sendiri merupakan pendorong motivasi yang kuat bagi para individu, visi saja tidak cukup untuk mempertahankan kerja keras dalam jangka panjang atau ketika halangan dan problem muncul ke permukaan. Seringkali perjalanan menuju puncak begitu melelahkan dan membuat frustasi atau kecewa, bisa saja ada keinginan untuk mundur. Dalam hal ini peranan pemimpin sangat penting untuk memotivasi dan menyemangati mereka untuk terus maju. Peran pemimpin yang efektif untuk memotivasi anggota tim nya adalah menjadi ‘role model’ atau memberikan teladan, membangun percaya diri dan memberikan ‘reward and punishment’ yang jelas.
4. Mengelola informasi
Mengelola informasi berkaitan dengan berbagai aspek dari tanggung jawab dan aktivitas pemimpin, seperti pengkajian dan pemantauan umpan balik, perencanaan dan pengambilan keputusan. Seorang pemimpin harus menyediakan banyak waktunya untuk menghimpun informasi dan mengolahnya menjadi suatu bahan untuk pengambilan keputusan. Seorang pemimpin haruslah menciptakan suatu lingkungan yang menghargai upaya ’mendengarkan’. Seorang pemimpin yang baik harus menjadi teladan dalam ’mendengarkan’. Saya pernah mendengar seorang teman mengeluh, karena hampir sepanjang meeting boss nya sibuk memainkan BB nya. Hal tersebut sungguh menjatuhkan nilai kepemimpinan seorang boss di mata anggota tim nya. Pada prinsipnya semua orang senang ’didengarkan’.
Hal lain yang juga penting adalah melakukan penyebaran informasi. Seorang pemimpin yang cerdik akan memanfaatkan penyebaran informasi secara efektif. Pemimpin harus memastikan bahwa anggota timnya mempunyai informasi yang up to date yang diperlukan untuk meraih sasaran. Sebagian pemimpin mencoba menahan informasi dengan maksud untuk menguatkan kekuasaan mereka atau untuk menyembunyikan kesalahan-kesalahan mereka di masa silam. Namun, menahan informasi dapat menimbulkan problem jangka panjang. Apalagi setiap kesalahan yang ada harus segera dikoreksi. Penyebaran informasi justru akan memotivasi para pegawai, semakin terbuka sikap seorang pemimpin, maka para pegawai juga akan semakin bertanggung jawab terhadap tugas mereka.
5. Membangun tim
Membangun tim yang solid harus dimulai dari manajemen puncak karena kinerja sebuah organisasi sangat bergantung pada kualitas manajemen tingkat tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para pemimpin untuk memperkecil kesenjangan yang ada adalah dengan melakukan :
a. melatih manajer untuk keahlian dan pengetahuan tertentu yang kurang dikuasainya
b. mengganti manajer – manajer yang yang tidak menganut nilai-nilai organisasi
c. merekrut manajer-manajer yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu yang tidak dikuasai oleh tim manajemen lain.
6. Mendorong perubahan
Seorang pemimpin yang efektif memprakarsai dan mendorong perubahan dan inovasi. Seorang pemimpin harus mampu menyiapkan anggota timnya agar siap menghadapi setiap perubahan. Karena lingkungan bisnis yang terus menerus berubah, maka perubahan harus dapat dilakukan dengan cepat agar tidak kalah dalam persaingan. Inovasi harus dilakukan secara terus menerus, baik dari sisi jasa, produk, pemasaran, dan lain-lain.
Demikianlah hal-hal penting yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mendukung penerapan visi yang hendak dicapai bersama seluruh anggota tim.