Stargate

Ambisi Raksasa Stargate SoftBank dan OpenAI Tertahan Realita

(Business Lounge – Technology) Ketika proyek ambisius bernama Stargate diumumkan di Gedung Putih awal tahun ini, banyak yang memandangnya sebagai titik balik revolusi kecerdasan buatan di Amerika Serikat. Dengan nilai yang disebut-sebut mencapai US$ 500 miliar, kolaborasi antara SoftBank, OpenAI, dan sejumlah mitra teknologi besar lain seperti Oracle dan Microsoft menjanjikan pembangunan jaringan pusat data terbesar di dunia, dirancang untuk mendukung kebutuhan superkomputasi AI generasi mendatang. Namun, seperti dilaporkan The Wall Street Journal, setelah enam bulan berlalu, proyek ini nyaris belum bergerak dari titik nol.

Dalam dokumen rencana awal, proyek Stargate diposisikan sebagai tulang punggung infrastruktur AI masa depan. Target awal mencakup pembangunan pusat data besar berkapasitas 10 gigawatt secara bertahap, dan lokasi pertama diharapkan rampung dibangun sebelum akhir 2025. Namun menurut sumber internal yang diwawancarai The Wall Street Journal, bahkan target membangun satu pusat data kecil di Ohio sebelum akhir 2025 pun kini dianggap ambisius.

Masalah utama yang mengganjal proyek ini bukan hanya soal teknis atau logistik, melainkan juga ketidaksepakatan internal antara para tokoh utama di baliknya. Masayoshi Son dari SoftBank dan Sam Altman dari OpenAI, dua arsitek besar proyek ini, belum mencapai konsensus soal lokasi, struktur pengendalian proyek, dan prioritas investasi. Seperti diungkap dalam laporan Axios, perbedaan pendekatan bisnis antara Son yang agresif dengan Altman yang lebih hati-hati dalam ekspansi fisik memperlambat keputusan strategis utama.

Tak hanya itu, OpenAI juga semakin aktif menjajaki jalur di luar Stargate. Dalam langkah yang mengejutkan, perusahaan yang didukung Microsoft ini menandatangani kontrak terpisah dengan Oracle untuk mengamankan kapasitas pusat data sebesar 4,5 gigawatt—senilai sekitar US$ 30 miliar per tahun, seperti dilaporkan TechRadar. Langkah ini menunjukkan bahwa OpenAI tidak ingin seluruh ambisi jangka pendeknya terikat pada proyek Stargate yang tersendat.

Padahal, saat diumumkan, proyek ini telah menarik perhatian global karena nilainya yang luar biasa besar. Masayoshi Son sempat menyebut angka US$ 500 miliar sebagai skenario jangka panjang, dengan asumsi proyek ini diperluas secara global, termasuk ke Afrika, Eropa, dan Asia Tenggara. Namun hingga kini belum ada satupun lahan yang diamankan secara resmi, belum ada izin lingkungan yang disetujui, dan belum ada pasokan listrik atau chip AI generasi terbaru yang dialokasikan secara eksklusif untuk Stargate.

Lebih jauh lagi, sumber pendanaan proyek ini juga mulai dipertanyakan. Menurut Bloomberg, sebagian besar dana awal hanya berupa komitmen indikatif dan belum benar-benar cair. SoftBank dan OpenAI masing-masing menjanjikan dana awal sekitar US$ 19 miliar, namun realisasinya belum jelas. Model pembiayaan Stargate sangat mengandalkan utang besar dengan bunga rendah dan ekuitas pihak ketiga. Banyak analis mulai mempertanyakan apakah proyek sebesar ini bisa bertahan di tengah naiknya suku bunga global dan menurunnya minat investor terhadap proyek jangka panjang infrastruktur digital.

Selain itu, teknologi AI yang berkembang sangat cepat membuat kebutuhan komputasi berubah drastis dari tahun ke tahun. Beberapa pakar menyebut bahwa desain pusat data Stargate yang diajukan awal tahun mungkin sudah ketinggalan zaman jika proyeknya tertunda dua hingga tiga tahun. Hal ini makin menyulitkan para investor untuk memproyeksikan pengembalian jangka panjang yang pasti.

Meskipun demikian, Altman tetap bersikeras bahwa proyek Stargate adalah bagian dari visi jangka panjang OpenAI untuk mengamankan “AI compute sovereignty”—yakni kemandirian sumber daya komputasi. Dalam beberapa wawancara, ia menyatakan bahwa kebutuhan AI di masa depan tidak dapat sepenuhnya diserahkan pada penyedia cloud konvensional seperti AWS, Microsoft Azure, atau Google Cloud.

Namun ironisnya, OpenAI sendiri tetap bergantung pada penyedia cloud tersebut untuk operasional hariannya. Bahkan kontrak dengan Oracle, yang diumumkan bulan Juni lalu, dianggap sebagai pengakuan bahwa kebutuhan kapasitas komputasi OpenAI tak bisa menunggu lambannya birokrasi proyek Stargate. Sebagai tanggapan, Oracle menyatakan siap mengalokasikan server NVIDIA dan infrastruktur pendingin canggih untuk mendukung permintaan OpenAI secara instan—sesuatu yang belum bisa dijanjikan Stargate hingga kini.

Sementara itu, Masayoshi Son terlihat semakin frustrasi. Dalam presentasi terakhir di SoftBank World, ia menyampaikan bahwa dunia “terlalu lamban” dalam membangun infrastruktur untuk AI. Ia menyebutkan bahwa dalam lima tahun ke depan, dunia membutuhkan setidaknya 30 gigawatt pusat data AI tambahan jika ingin mendukung model seperti GPT-6, Gemini Ultra, atau Claude 4.5. “Kalau kita tidak mulai dari sekarang, kita akan tertinggal oleh China,” ujarnya.

Kekhawatiran itu cukup beralasan. Di sisi lain dunia, Baidu dan Tencent telah mengumumkan pembangunan pusat data AI masing-masing di Tiongkok utara dan timur, dengan target operasional penuh sebelum 2027. Pemerintah China juga memberikan subsidi listrik dan tanah untuk mempercepat ekspansi ini, sesuatu yang belum dilakukan pemerintah AS secara konsisten meskipun ada dukungan politis untuk proyek seperti Stargate.

Salah satu kritik paling keras terhadap Stargate datang dari Elon Musk. Dalam tanggapan singkat di X, ia menyebut proyek ini “megalomaniak tapi kosong” dan mempertanyakan dari mana dana US$ 500 miliar akan benar-benar datang. Ia menambahkan bahwa membangun pusat data AI bukan sekadar soal membangun gudang server, tapi juga menciptakan ekosistem energi, manufaktur chip, jaringan serat optik, dan keamanan data.

Kini, tekanan waktu mulai menghantui proyek Stargate. Jika hingga akhir 2025 proyek ini belum berhasil memulai konstruksi pusat data pertamanya, maka bukan tidak mungkin investor akan mundur secara bertahap. Dalam skenario terburuk, Stargate bisa berubah menjadi studi kasus mahal tentang kegagalan kolaborasi antara visi besar dan realitas operasional.

Namun jika berhasil membalikkan keadaan, dan pusat data pertama benar-benar beroperasi di Ohio dalam 18 bulan ke depan, proyek ini tetap bisa menjadi tonggak penting dalam sejarah infrastruktur AI. Masih ada harapan—tetapi waktu, komitmen, dan koordinasi akan menjadi penentu apakah Stargate akan menjadi kenyataan atau sekadar mimpi besar yang gagal terbang.