ChatGPT

ChatGPT Dorong OpenAI Catat Pendapatan Tahunan Hingga Rp160 Triliun

(Business Lounge Journal – Global News)

OpenAI tengah melesat. Perusahaan kecerdasan buatan (AI) yang tengah menjadi perbincangan dunia ini melaporkan pendapatan tahunan (annual recurring revenue) mencapai 10 miliar dolar AS, atau sekitar Rp160 triliun, berdasarkan laporan CNBC. Peningkatan pendapatan yang luar biasa ini terjadi kurang dari setahun setelah OpenAI melaporkan kerugian 5 miliar dolar AS — sebuah pembalikan kinerja yang signifikan dan menjadi bukti pesatnya adopsi teknologi ChatGPT di kalangan bisnis dan konsumen.

Sumber pendapatan terbesar OpenAI berasal dari ChatGPT dan produk bisnisnya, bukan dari kesepakatan satu kali (one-time deal) atau perjanjian lisensi, seperti kerja samanya dengan Microsoft. Hal ini berarti, pendapatan OpenAI memang tengah dibentuk oleh penggunaan reguler dan terus-menerus, bukan perjanjian jangka pendek.

Langganan Bisnis dan Pengguna Individu Meledak

Salah satu pendorong terbesarnya adalah ChatGPT Enterprise, Team, dan Edu, yang diluncurkan pada 2023 dan tengah diterima luas di kalangan bisnis dan institusi. Pekan lalu, OpenAI melaporkan terjadi lonjakan 50% pada basis pengguna berbayarnya, dari 2 juta pada Februari menjadi 3 juta pada akhir Mei 2024. Hal ini terjadi karena kalangan bisnis mulai bergeser menggunakan teknologi ChatGPT demi mendukung operasi, pelayanan, dan pengambilan keputusan.

Selain dari kalangan bisnis, ChatGPT Pro — versi unggulan untuk pengguna individu — juga memberikan kontribusi signifikan. Dengan biaya 200 dolar AS per bulan, pelanggan mendapatkan akses ke model paling canggih dari ChatGPT, yang dapat dimanfaatkankan untuk menyelesaikan masalah yang lebih luas dan lebih kompleks.

Valuasi Meroket, Investor Mengucurkan Pendanaan Baru

Berkat kinerja yang luar biasa ini, pada Maret 2024 OpenAI menyelesaikan putaran pendanaan senilai 40 miliar dolar AS. Hal ini turut mendongkrak valuasi perusahaan menjadi 300 miliar dolar AS, menempatkannya di jajaran perusahaan teknologi swasta terbesar di dunia.

Proyeksinya juga tak kalah optimistis. OpenAI menargetkan pendapatannya dapat mencapai 12,7 miliar dolar AS pada 2025 — lebih dari 3 kali pendapatannya tahun 2024. Dengan momentum pertumbuhan yang tengah terjadi, perusahaan percaya dapat mencapai pendapatan 125 miliar dolar AS pada 2029, meskipun pada saat itu biaya operasional, pusat data, dan GPU masih menjadi tantangan yang harus diatasi.

Langganan Sumbang 75% Pendapatan

Berdasarkan laporan yang tersedia, 75% pendapatan OpenAI berasal dari langganan, yaitu biaya yang dibayarkan secara rutin, bukan dari perjanjian satu kali. Hal ini dianggap sebagai sebuah model bisnis yang matang dan dapat diprediksi, memberikan aliran kas yang stabil dan berguna untuk perencanaan jangka panjang.

Menggandeng Jony Ive demi Perangkat Masa Depan

Selain fokus pada bisnis software, OpenAI juga tengah mencari peluang di bidang lain. Perusahaan yang dipimpin Sam Altman ini tengah bekerja sama dengan Jony Ive, mantan desainer Apple yang juga menjadi perancang iPhones, iPads, dan MacBook. Dalam kerja sama tersebut, OpenAI tengah mendesain perangkat pintar ukuran kecil, yang nantinya diharapkan dapat menghubungkan teknologi kecerdasan buatan secara lebih manusiawi.

Jony Ive, yang tengah mendirikan perusahaan desain LoveFrom, diberitakan tengah mencari bentuk, ukuran, dan teknologi yang paling sesuai demi mewujudkan visi Altman: sebuah perangkat yang nantinya dapat mengoptimalkan penggunaan teknologi kecerdasan buatan secara luas, mudah, dan manusiawi.

OpenAI menargetkan perangkat pertama dari kerja sama tersebut dapat tersedia pada akhir 2026, dan Sam Altman optimis nantinya produk tersebut dapat mencapai 100 juta unit dan memberikan penerimaan 1 triliun dolar AS.

Masa Depan OpenAI: Antara Kecepatan Inovasi dan Tantangan Biaya

OpenAI memang tengah melesat, tapi tantangan masih menunggu. Membangun dan melatih model kecerdasan buatan ukuran besar bukan murah — biaya untuk GPU, pusat data, dan teknologi lain masih menjadi beban yang signifikan. Hal inilah yang menjadi alasan OpenAI diperkirakan masih akan terus merugi hingga 2029, sebelum nantinya dapat mencapai titik impas dan mulai menuai laba.

Selain biaya, tantangan lain yang tengah dihadapi OpenAI adalah bagaimana menjaga momentum inovasi, memenuhi kebutuhan pengguna, dan bersaing di tengah makin ketatnya perlombaan teknologi kecerdasan buatan.