(Business Lounge Journal – General Management)
Setelah dua artikel sebelumnya yang membahas 6S dan Six Sigma, mungkinkah jika keduanya digabungkan pada prakteknya? Ternyata hubungan antara lingkungan yang optimal dengan pendekatan 6S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke, dan Safety) merupakan fondasi penting dalam mendukung implementasi Six Sigma untuk mencapai kualitas produk terbaik. Jika Anda ingin hasil yang optimal maka keduanya benar-benar harus berjalan dan Anda akan melihat dampak yang luarbiasa terjadi pada usaha Anda.
Hubungan antar keduanya tergambar dalam empat poin di bawah ini yang menjelaskan mengapa saling mendukung.
- Lingkungan yang Bersih dan Terorganisir (Seiri & Seiton)
Membersihkan dan menata tempat kerja mengurangi gangguan dan kesalahan, sehingga proses lebih efisien dan konsisten. Hal ini memudahkan identifikasi masalah dan cepat tanggap terhadap penyimpangan, mendukung prinsip DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) dalam Six Sigma. - Peningkatan Standar (Seiketsu & Shitsuke)
Menjaga kebersihan dan disiplin menciptakan budaya kerja yang konsisten. Lingkungan yang stabil dan terstandarisasi mengurangi variasi proses, yang merupakan inti dari Six Sigma untuk mencapai tingkat cacat mendekati nol. - Keselamatan Kerja (Safety)
Lingkungan aman mengurangi risiko kecelakaan dan kesalahan manusia. Dalam Six Sigma, faktor human error adalah salah satu aspek yang sering dianalisis, sehingga lingkungan yang aman membantu mencapai proses yang lebih stabil dan berkualitas tinggi. - Pengaruh Positif terhadap Motivasi dan Kinerja
Lingkungan yang optimal meningkatkan semangat dan fokus pekerja. Pekerja yang merasa nyaman dan aman cenderung bekerja lebih baik, membantu pelaksanaan perbaikan kualitas secara efektif.
Singkatnya, penerapan 6S membuat lingkungan kerja lebih kondusif untuk proses yang stabil dan efisien, sehingga memudahkan penerapan Six Sigma dalam meningkatkan kualitas produk, menurunkan cacat, dan mempercepat inovasi.
Perbedaan utama antara Six Sigma dan 6S terletak pada fokus, tujuan, dan cara penerapannya seperti di bawah ini.
Perbedaan Utama:
Aspek |
Six Sigma |
6S |
Tujuan utama | Meningkatkan kualitas proses dan mengurangi cacat | Menciptakan lingkungan kerja bersih, rapi, dan aman |
Fokus | Analisis statistik, pengendalian proses, peningkatan kualitas | Pengelolaan tempat kerja, budaya disiplin, dan kebersihan |
Pendekatan | Data-driven, metodologi sistematis (DMAIC) | Manajemen visual, rutinitas, budaya disiplin |
Contoh kegiatan | Mengurangi tingkat cacat produk, meningkatkan efisiensi proses | Menata alat, bersihkan area kerja, standarisasi, disiplin |
Hasil yang diharapkan | Produk berkualitas tinggi, proses stabil dan terkendali | Lingkungan kerja yang aman, rapi, dan meningkatkan produktivitas |
Namun, walau berbeda tapi keduanya saling melengkapi, dan sering digunakan bersamaan di lingkungan industri dan bisnis untuk mencapai kualitas terbaik sekaligus lingkungan kerja yang optimal.
Mari kita lihat contoh di perbankan dan manufaktur di Indonesia.
- Bank Mandiri ingin meningkatkan efisiensi layanan di kantor cabang agar proses penyelesaian transaksi lebih cepat dan mengurangi kesalahan.
Implementasi 6S:
- Seiri: Mengelompokkan dokumen yang sudah tidak diperlukan dan menyingkirkan kertas lama agar area kerja tidak penuh dengan dokumen usang.
- Seiton: Menata lokasi alat tulis, formulir, dan perangkat komputer secara sistematis sehingga staf mudah menemukan dan mengembalikan setelah digunakan.
- Seiso: Membersihkan mesin ATM dan area teller secara rutin, termasuk pembersihan gadget dan perangkat lain.
- Seiketsu: Menstandarisasi prosedur operasional kerja, termasuk langkah-langkah pengecekan proses transaksi dan kebersihan area.
- Shitsuke: Melatih staf agar disiplin dalam mengikuti standar kerja dan menjaga kebersihan serta keamanan data.
- Safety: Mengimplementasikan protokol keamanan data dan keselamatan kerja agar perlindungan data nasabah tetap terjaga dan lingkungan kerja aman dari risiko kecelakaan.
Hasilnya adalah setelah penerapan 6S, proses transaksi menjadi lebih cepat, tingkat kesalahan menurun, dan kepuasan nasabah meningkat. Informasi dan bahan kerja selalu tertata rapi, mendukung upaya continuous improvement melalui Six Sigma untuk mengurangi cacat layanan dan meningkatkan kualitas pelayanan secara keseluruhan.
- Contoh di PT Astra TMMIN
Untuk meningkatkan kualitas produksi dan mengurangi cacat pada proses perakitan kendaraan.
Implementasi 6S:
- Seiri: Mengeliminasi alat dan bahan yang tidak diperlukan di area perakitan mobil, mengurangi kekacauan dan mempercepat proses kerja.
- Seiton: Menata semua alat, suku cadang, dan instrumen secara sistematis di tempat yang mudah diakses sesuai prosedur standar.
- Seiso: Membersihkan mesin, meja kerja, dan area produksi setiap hari untuk memastikan mesin berfungsi optimal dan produk berkualitas tinggi.
- Seiketsu: Membuat standar kerja, termasuk jadwal pembersihan dan perawatan rutin mesin, serta prosedur inspeksi kualitas.
- Shitsuke: Melatih karyawan untuk disiplin mengikuti prosedur standar, menjaga kebersihan, dan konsisten dalam menjalankan proses kerja.
- Safety: Menjamin keselamatan kerja dengan menyediakan pelatihan keselamatan dan perangkat pelindung diri, serta mengurangi risiko kecelakaan kerja.
Hasilnya adalah dengan lingkungan kerja yang rapi dan terstandarisasi, proses perakitan menjadi lebih stabil dan minim cacat. Penerapan Six Sigma kemudian digunakan untuk menganalisis penyebab utama defect (cacat) dan memperbaikinya, sehingga kualitas mobil yang diproduksi semakin tinggi dan konsisten.
Studi Kasus
Mari kita pelajari contoh studi kasus lengkap yang menggabungkan 6S dan Six Sigma di perusahaan teknologi Indonesia, misalnya RuangGuru, yang fokus pada platform edukasi digital yang bertujuan meningkatkan kualitas layanan dan efisiensi pengembangan di RuangGuru
RuangGuru menghadapi masalah tingginya jumlah bug setelah rilis fitur baru, yang menyebabkan pengalaman pengguna terganggu dan tingkat pengembalian produk meningkat. Selain itu, tim pengembangan menghadapi kendala lingkungan kerja yang tidak tertata rapi, menyulitkan kolaborasi.
Tujuan dilakukannya penggabungan 6S dan Six Sigma pada RuangGuru adalah:
- Mengurangi jumlah bug pasca rilis sebesar 80%
- Meningkatkan efisiensi operasional pengembangan dan troubleshooting
- Menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan terorganisasi untuk meningkatkan produktivitas
Jadi bagaimana langkah yang diambil?
Langkah 1: Penerapan 6S (Lingkungan Kantor dan Workspace)
Seiri (Sort)
- Mengeliminasi dokumen lama, perangkat keras tidak terpakai, dan alat yang tidak diperlukan sehingga ruang kerja menjadi lebih lega dan efisien.
Seiton (Set In Order)
- Menata semua alat dan perangkat seperti laptop, charger, dan perangkat testing dalam rak dan wadah khusus sesuai kategori dan fungsi.
Seiso (Shine)
- Membersihkan workstation, server room, dan alat pengujian secara rutin untuk memastikan perangkat tetap optimal dan mencegah kerusakan.
Seiketsu (Standardize)
- Membuat prosedur standar untuk pengaturan dan pembersihan workspace, termasuk jadwal rutin pembersihan dan pengelolaan dokumen digital.
Shitsuke (Sustain)
- Melakukan pelatihan dan pengingat berkala kepada tim agar disiplin mengikuti standar dan prosedur yang telah dibuat.
Safety
- Menetapkan protokol keamanan data dan perlindungan perangkat, serta memastikan area server dan perangkat pengujian aman dari bahaya.
Langkah 2: Penerapan Six Sigma (Mengurangi Bug dan Meningkatkan Kualitas Produk)
Define
- Masalah utama: Banyaknya bug kritis yang ditemukan setelah rilis fitur baru, mengganggu pengalaman pengguna dan reputasi platform.
Measure
- Mengumpulkan data jumlah bug, waktu penyelesaian bug, dan frekuensi insiden.
Analyze
- Analisis menyebabkan utama bug: proses coding tidak mengikuti standar, pengujian manual tidak lengkap, dan lingkunganpengembangan bHampir tidak konsisten.
Improve
- Menerapkan coding standards dan peer review otomatis.
- Mengadopsi Continuous Integration/Continuous Deployment (CI/CD) dengan otomatisasi pengujian.
- Memberikan pelatihan standar pengembangan dan pengujian kepada tim.
Control
- Membangun dashboard monitoring bug dan kinerja pengujian.
- Melakukan audit kualitas secara berkala.
- Menetapkan review dan update SOP rutin.
Hasil Akhir
- Pengurangan bug: 20 bug kritis per rilis menjadi hanya 4 bug, mendekati standar Six Sigma.
- Efisiensi kerja: Waktu troubleshooting berkurang 50%, tim lebih fokus pada pengembangan fitur.
- Lingkungan kerja: Workspace lebih rapi dan aman, meningkatkan produktivitas dan kolaborasi tim.
Dengan mengintegrasikan 6S untuk memastikan lingkungan kerja yang tertib dan bersih, serta menggunakan Six Sigma untuk meningkatkan proses pengembangan dan pengujian perangkat lunak, RuangGuru berhasil meningkatkan kualitas pelayanan digital mereka secara signifikan.
Jadi, penggabungan keduanya 6S dan Six Sigma adalah sangat baik untuk tujuan perusahaan dapat tercapai. Kesuksesan menanti perusahaan Anda!
(Sumber: disarikan dari berbagai sumber)