Berkshire

Berkshire Hathaway Ubah Arah Portofolio Saham

(Business Lounge – Global News) Konglomerasi investasi yang dikendalikan oleh Warren Buffett, Berkshire Hathaway, kembali membuat manuver signifikan dalam lanskap keuangan global. Dalam pengungkapan portofolio terbarunya, perusahaan tersebut tercatat sebagai penjual bersih saham pada kuartal pertama 2025, dengan keputusan untuk mengurangi kepemilikan di sektor keuangan, menggandakan investasinya di Constellation Energy, dan mempertahankan posisi besar di Apple. Perubahan ini mencerminkan kehati-hatian dan sekaligus ketegasan dalam menavigasi pasar yang diliputi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Seperti dilaporkan The Wall Street Journal, Berkshire menjual saham senilai miliaran dolar dari sektor keuangan, termasuk penjualan besar atas saham Capital One Financial, Bank of New York Mellon, dan Ally Financial. Langkah ini menunjukkan kekhawatiran yang mendalam dari manajemen Berkshire terhadap prospek industri perbankan yang masih terdampak tekanan suku bunga tinggi, ketegangan geopolitik, serta risiko kredit yang meningkat di tengah perlambatan pertumbuhan global.

Warren Buffett sebelumnya telah menyuarakan pandangan skeptisnya terhadap bank-bank yang terlalu agresif dalam ekspansi kredit atau eksposur terhadap real estat komersial. Dalam pertemuan tahunan pemegang saham Berkshire, seperti dikutip oleh Bloomberg, Buffett menyatakan bahwa “sangat penting untuk berada dalam posisi likuid dan bijak saat banyak pihak mulai berspekulasi di tengah tekanan.” Sentimen ini memperkuat alasan di balik langkah keluar dari saham-saham keuangan yang sebelumnya menjadi salah satu tulang punggung portofolio Berkshire.

Namun bukan berarti Berkshire mundur sepenuhnya dari pasar. Perusahaan justru menunjukkan keyakinan tinggi terhadap sektor energi, terutama pada Constellation Energy. Dalam kuartal pertama 2025, Berkshire menggandakan kepemilikannya di perusahaan ini, yang bergerak dalam pembangkitan energi nuklir dan terbarukan. Langkah ini dianggap sebagai sinyal strategis Buffett terhadap masa depan energi bersih di tengah pergeseran global menuju dekarbonisasi dan ketahanan energi nasional.

Menurut laporan Reuters, Constellation Energy menjadi salah satu pemain utama dalam transisi energi Amerika Serikat. Perusahaan ini mengoperasikan salah satu portofolio pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di negara itu dan semakin fokus pada pembangkit energi rendah karbon. Investasi ganda dari Berkshire bukan hanya refleksi dari prospek bisnis Constellation, tetapi juga komitmen Berkshire untuk berinvestasi dalam sektor dengan landasan fundamental jangka panjang yang kuat.

Di sisi lain, salah satu kejutan dari laporan portofolio Berkshire adalah keputusan untuk tidak mengubah kepemilikan mereka di Apple. Raksasa teknologi tersebut masih menjadi investasi tunggal terbesar dalam portofolio publik Berkshire, dengan nilai hampir mencapai $150 miliar. Dalam pernyataan yang dikutip oleh CNBC, Buffett menyebut Apple sebagai “perusahaan konsumen terbaik di dunia” dan “aset yang tidak tergantikan” dalam portofolio Berkshire, bukan sekadar saham teknologi.

Keputusan untuk mempertahankan posisi Apple dilakukan meskipun ada kekhawatiran bahwa sektor teknologi tengah menghadapi tekanan valuasi serta ketidakpastian atas dampak regulasi di AS dan Eropa. Namun bagi Berkshire, Apple telah membuktikan diri sebagai sumber pendapatan dan dividen yang stabil, dengan loyalitas pelanggan yang luar biasa. Hal ini menjadi pembeda utama dibanding saham teknologi lainnya yang lebih fluktuatif.

Portofolio Berkshire pada kuartal pertama menunjukkan kecenderungan umum Buffett untuk menyederhanakan portofolio dan memperkuat posisi dalam saham yang dianggap lebih aman atau memiliki visi jangka panjang yang jelas. Financial Times mencatat bahwa total kepemilikan saham Berkshire menurun lebih dari $20 miliar pada kuartal ini, menunjukkan preferensi manajemen untuk memegang kas tunai dalam menghadapi ketidakpastian suku bunga The Fed dan potensi gejolak pasar akibat kebijakan tarif baru Amerika Serikat.

Langkah-langkah ini juga menyoroti filosofi investasi khas Buffett yang sering berlawanan dengan arus utama pasar. Di saat banyak investor ritel dan institusional berlomba mengejar saham-saham teknologi yang naik cepat atau tren kecerdasan buatan, Berkshire justru menegaskan fokus pada sektor riil, perusahaan dengan arus kas kuat, dan eksposur minimum terhadap volatilitas global.

Perubahan strategi portofolio juga sejalan dengan posisi kas Berkshire yang terus membengkak. Berdasarkan laporan keuangan terakhir yang dirilis oleh Bloomberg, perusahaan memegang lebih dari $180 miliar dalam bentuk kas dan setara kas, menandai rekor tertinggi sepanjang sejarah Berkshire. Posisi likuiditas ini memberi fleksibilitas luar biasa bagi Buffett dan timnya untuk menanggapi peluang akuisisi atau investasi besar sewaktu-waktu.

Namun tidak semua pihak melihat perubahan portofolio ini sebagai sinyal kekuatan. Sebagian analis pasar melihatnya sebagai tanda kehati-hatian berlebihan atau bahkan pesimisme atas arah ekonomi global. “Ketika investor terbesar di dunia menjual saham dan menumpuk kas, itu bisa menjadi tanda bahwa ada badai yang akan datang,” ujar Dan Ives dari Wedbush Securities kepada The Wall Street Journal.

Namun sejarah telah menunjukkan bahwa strategi konservatif Buffett kerap membuahkan hasil besar dalam jangka panjang. Setelah krisis finansial 2008, Berkshire muncul sebagai salah satu penyelamat industri keuangan dan berhasil mengunci keuntungan besar dari investasi saat pasar masih panik. Strategi serupa tampaknya kini diterapkan kembali, namun dengan lebih fokus pada sektor energi dan likuiditas.

Pilihan untuk menggandakan saham Constellation Energy juga dipandang sebagai bentuk pertaruhan terhadap arah kebijakan energi Amerika Serikat di era transisi. Pemerintahan AS saat ini tengah mendorong energi nuklir sebagai solusi jangka menengah terhadap kebutuhan energi yang bersih dan stabil. Konstelasi dari kebijakan ini menjadikan Constellation sebagai pemain utama yang posisinya semakin penting dalam struktur energi nasional.

Sementara itu, keputusan untuk menjual saham keuangan seperti Capital One dan Bank of New York Mellon juga memberi sinyal bahwa Berkshire melihat tekanan struktural di sektor ini. Lonjakan suku bunga yang belum turun secara signifikan, risiko gagal bayar pada konsumen, dan potensi penurunan nilai aset real estat membuat bank-bank besar berada dalam posisi genting. Bahkan dengan nilai valuasi rendah, Buffett tampaknya memilih untuk menghindari risiko yang tidak bisa dikendalikan.

Bagi investor ritel dan pengamat pasar, langkah Berkshire ini menjadi peta yang berguna untuk memahami arah risiko dan peluang jangka menengah. Meskipun tidak semua investor memiliki sumber daya atau horizon waktu seperti Berkshire, pola pikir konservatif dan berfokus pada fundamental menjadi pelajaran penting dalam navigasi pasar yang semakin tidak pasti.

Dalam dunia investasi yang dibanjiri algoritma, tren media sosial, dan spekulasi jangka pendek, langkah Buffett yang tegas namun berhati-hati menjadi pengingat tentang nilai dari kesabaran, analisis mendalam, dan disiplin dalam manajemen risiko. Di usia 94 tahun, Warren Buffett tampaknya belum kehilangan sentuhannya dalam membaca arah angin pasar.

Dan seperti yang sering ia katakan, “Be fearful when others are greedy, and be greedy when others are fearful.” Kini, dengan memegang lebih banyak kas, menggandakan saham energi, dan tetap setia pada Apple, Berkshire Hathaway mungkin sedang bersiap untuk babak peluang berikutnya.