(Business Lounge – Technology) Ericsson, perusahaan peralatan telekomunikasi asal Swedia, mengalami lonjakan penjualan pada kuartal pertama tahun 2025, didorong oleh percepatan belanja pelanggan di Amerika Utara yang berusaha mengamankan perangkat jaringan sebelum tarif impor Amerika Serikat mulai diberlakukan. Dalam pernyataan resmi yang dilansir Wall Street Journal, perusahaan mengungkapkan bahwa langkah-langkah antisipatif dari operator telekomunikasi besar di wilayah tersebut menjadi faktor utama kenaikan pendapatan divisi jaringan mereka, bahkan ketika wilayah lain seperti India dan Timur Tengah mencatatkan pelemahan permintaan.
Saham Ericsson pun merespons positif, naik 6,1% pada perdagangan siang di bursa Eropa setelah laporan kuartalan dirilis, dengan laba yang melampaui ekspektasi analis meskipun manajemen mengingatkan akan adanya tekanan lanjutan dari tarif impor terhadap bisnis jaringan mereka. Hasil ini menandakan kekuatan strategi diversifikasi rantai pasok dan kesiapan struktur produksi Ericsson dalam menghadapi perubahan geopolitik dan tekanan proteksionisme yang meningkat.
Dalam laporan keuangannya, Ericsson melaporkan bahwa divisi jaringan—kontributor utama pendapatan perusahaan—mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 6%, didorong terutama oleh pelanggan di Amerika Utara yang mempercepat investasi jaringan. Lonjakan pembelian ini sebagian besar dipicu oleh ketidakpastian atas kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh pemerintahan Amerika Serikat, khususnya menjelang penerapan tarif besar-besaran pada impor peralatan luar negeri yang dijadwalkan mulai berlaku awal April.
Namun, Presiden Trump kemudian menunda beberapa tarif tinggi tersebut selama 90 hari dan memilih menerapkan tarif tetap yang lebih rendah untuk sebagian besar negara, kecuali Tiongkok. Langkah ini menciptakan ruang napas bagi beberapa perusahaan global, termasuk Ericsson, tetapi juga menambah ketidakpastian tentang bagaimana peta tarif final akan terbentuk. Para pelanggan jaringan di AS tampaknya tidak ingin mengambil risiko dan memilih untuk memajukan pembelian perangkat sebelum rezim tarif final diberlakukan.
Eksekutif Ericsson dalam konferensi bersama analis mengungkapkan bahwa meskipun mereka memiliki kemampuan untuk memindahkan produksi antar wilayah—Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, dan Asia—mereka belum mulai mengalihkan volume karena belum jelas bagaimana kebijakan tarif AS akan ditetapkan secara permanen. Dalam pandangan mereka, risiko utama berasal dari rantai pasok komponen, bukan dari fasilitas manufaktur itu sendiri. Meskipun Ericsson telah melakukan diversifikasi basis pemasok dalam beberapa tahun terakhir, CEO Borje Ekholm mengakui bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memperluas ekosistem komponen secara global.
“Kami telah banyak berinvestasi dalam memperluas ekosistem pemasok komponen selama bertahun-tahun, tetapi kami perlu lebih aktif lagi untuk membangun ekosistem komponen Barat,” ujar Ekholm. Ia menekankan bahwa membangun kemandirian komponen dari kawasan non-China akan memakan waktu, namun menjadi prioritas strategis jangka panjang dalam menjaga ketahanan perusahaan.
Ericsson saat ini mengandalkan kontrak jangka panjang dan hubungan erat dengan pemasok untuk memastikan kelangsungan pasokan komponen kunci. Di tengah lanskap perdagangan global yang terus berubah dan volatilitas yang tinggi, perusahaan menekankan pentingnya tetap fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan dan terus memberikan layanan terbaik bagi pelanggan. “Kami tidak kebal, tapi kami tangguh,” kata Ekholm dalam pernyataan resminya. “Dengan produksi yang tersebar luas di dekat pelanggan dan fleksibilitas untuk beradaptasi, kami mampu mengatasi perubahan kondisi dari waktu ke waktu.”
Divisi jaringan Ericsson berhasil mencatat margin kotor yang disesuaikan sebesar 51,0%—di atas panduan sebelumnya yang berkisar antara 47% hingga 49%—berkat peningkatan penjualan produk dengan margin tinggi di negara-negara yang memberikan kontribusi laba lebih besar. Efisiensi rantai pasok yang lebih baik serta langkah-langkah pemotongan biaya juga berperan dalam peningkatan margin ini.
Analis JPMorgan, Sandeep Deshpande, dalam catatan untuk klien mengatakan bahwa kinerja divisi jaringan sangat solid pada kuartal ini, sebagian besar karena kekuatan margin di pasar AS yang terdorong oleh pembelian pelanggan menjelang tarif. Namun ia juga memperingatkan bahwa dengan tarif yang kini mulai diberlakukan, dampaknya mungkin baru terasa pada kuartal kedua dan seterusnya. Margin pada divisi jaringan bisa tergerus, dan permintaan dari AS berpotensi menurun jika pelanggan telah lebih dulu mengamankan stok.
Berdasarkan proyeksi internal, Ericsson memperkirakan margin kotor yang disesuaikan pada kuartal kedua akan berada di kisaran 48% hingga 50%, memperhitungkan dampak negatif dari tarif sekitar satu poin persentase. Sementara itu, pertumbuhan penjualan jaringan di kuartal kedua diperkirakan akan sejalan dengan rata-rata musiman tiga tahun terakhir, menandakan adanya potensi perlambatan dari laju yang tercatat pada kuartal pertama.
Dalam laporan terperinci kepada pemegang saham, Ericsson mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham sebesar 4,15 miliar krona Swedia atau sekitar 424,9 juta dolar AS, naik signifikan dari 2,56 miliar krona pada periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini juga jauh di atas konsensus analis yang memperkirakan laba sebesar 2,41 miliar krona menurut jajak pendapat FactSet. Total penjualan naik 3,2% menjadi 55,03 miliar krona, meskipun sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 55,5 miliar krona.
Salah satu tekanan yang masih membayangi adalah biaya restrukturisasi, yang meningkat menjadi 300 juta krona pada kuartal pertama, sebagian besar berasal dari pemutusan hubungan kerja. Ericsson mengatakan bahwa biaya restrukturisasi untuk tahun 2025 diperkirakan akan tetap tinggi, seiring dengan langkah efisiensi yang terus dilakukan dalam menghadapi tekanan eksternal.
Kinerja yang kuat di Amerika Utara telah menjadi penyeimbang penting bagi pelemahan yang terjadi di pasar-pasar lain. Di India, penurunan belanja jaringan terjadi seiring dengan selesainya siklus investasi besar-besaran dari operator lokal. Di kawasan Timur Tengah dan Afrika, ketidakpastian makroekonomi dan fluktuasi nilai tukar menjadi tantangan utama. Dengan kondisi geopolitik yang semakin kompleks dan kebijakan perdagangan yang berubah-ubah, strategi diversifikasi pasar dan fleksibilitas rantai pasok menjadi kunci dalam mempertahankan kinerja perusahaan.
Para investor tampaknya menyambut baik laporan kuartalan ini, yang menunjukkan bahwa Ericsson masih mampu mempertahankan profitabilitas meskipun menghadapi tantangan struktural. Keberhasilan dalam menjaga margin tinggi dan tetap mencatat pertumbuhan moderat di tengah ketidakpastian global menjadi indikator penting dari kekuatan fundamental perusahaan.
Namun tantangan ke depan tetap signifikan. Tarik ulur kebijakan tarif Amerika Serikat, tekanan untuk membangun rantai pasok komponen di luar Tiongkok, serta kemungkinan perlambatan permintaan setelah percepatan belanja di kuartal pertama menjadi isu yang harus dikelola secara cermat oleh manajemen Ericsson. Selain itu, biaya restrukturisasi yang terus meningkat bisa menjadi beban tambahan jika tidak diimbangi oleh pertumbuhan pendapatan yang memadai.
Dalam jangka menengah, fokus perusahaan untuk membangun “ekosistem Barat” dalam komponen-komponen kritis tampaknya akan menjadi penentu daya saing. Dengan meningkatnya ketegangan teknologi antara Barat dan Tiongkok, serta dorongan pemerintah negara maju untuk mengamankan pasokan strategis, peran Ericsson sebagai penyedia jaringan non-China akan menjadi semakin krusial, baik dari sisi komersial maupun geopolitik.
Pemerintah AS sendiri telah menunjukkan keinginan untuk mendorong pemakaian perangkat jaringan dari pemasok yang dianggap aman, termasuk Ericsson dan Nokia, dibandingkan Huawei. Namun insentif fiskal maupun dukungan kebijakan belum sepenuhnya jelas, sehingga Ericsson harus tetap mengandalkan fleksibilitas internal dalam menjaga stabilitas operasional.
Meski begitu, posisi Ericsson saat ini masih relatif kuat. Basis produksi yang tersebar secara global, hubungan jangka panjang dengan pelanggan besar di Amerika Utara dan Eropa, serta komitmen untuk memperluas kapasitas dan efisiensi rantai pasok membuat perusahaan berada dalam posisi kompetitif untuk menghadapi guncangan eksternal. Fokus pada efisiensi dan kelincahan menjadi landasan penting dalam menghadapi dinamika pasar teknologi global yang semakin cepat dan menuntut.
Dengan performa awal tahun yang solid dan pendekatan strategis dalam menghadapi risiko tarif serta volatilitas global, Ericsson menunjukkan bahwa mereka tidak hanya berusaha bertahan, tetapi juga memosisikan diri untuk tetap tumbuh secara berkelanjutan. Tantangan mungkin masih banyak, tetapi dengan kepemimpinan yang responsif dan struktur bisnis yang adaptif, Ericsson tetap menjadi pemain kunci dalam industri jaringan global yang terus berubah.