Ketika Komunikasi Tidak Lagi Cukup Jadi “Corong”: Tantangan, Peluang, dan Perubahan Peran Komunikator

(Business Lounge Journal – General Management)

Tahun 2025 menjadi titik penting bagi para profesional komunikasi. Dunia bisnis berada di tengah gejolak terkait politik global, ketidakpastian ekonomi, dan tekanan sosial yang semakin kompleks. Di tengah arus perubahan ini, komunikasi tidak bisa lagi sekadar menjadi “corong” informasi yang pasif, hanya menyampaikan perintah dari atas atau sekadar “membeo” narasi yang sudah ditentukan.

Laporan Communications Benchmark 2025 dari Ragan menunjukkan bahwa tantangan eksternal seperti krisis geopolitik, perubahan regulasi, dan disrupsi teknologi oleh kecerdasan buatan (AI) kini menyatu dengan tantangan internal seperti keterbatasan staf dan anggaran. Kombinasi ini menciptakan tekanan besar terhadap tim komunikasi—namun sekaligus membuka peluang untuk naik kelas sebagai mitra strategis dalam organisasi.

Struktur Tim yang Semakin Terintegrasi

Salah satu temuan utama laporan ini adalah semakin kaburnya batas antara komunikasi internal dan eksternal. Hampir dua pertiga (63%) responden mengatakan bahwa tim mereka sudah beroperasi dalam lingkungan yang terintegrasi—berbagi strategi dan konten secara lintas fungsi. Hal ini mencerminkan realitas baru: apa yang dikomunikasikan secara internal, bisa sewaktu-waktu menjadi konsumsi publik.

Struktur organisasi pun menyesuaikan. Sekitar 43% tim komunikasi kini bersifat sentralisasi, dengan satu unit yang menangani seluruh komunikasi perusahaan. Sementara itu, struktur terdesentralisasi hanya diterapkan oleh 15% responden, dan sisanya berada di tengah-tengah dengan pendekatan matriks atau kerja bersama lintas fungsi.

Sumber: Ragan Communications

Komunikator Strategis Membuat Perbedaan Nyata

Laporan ini juga menegaskan pentingnya posisi pimpinan komunikasi dalam jajaran eksekutif (Executive Leadership Team/ELT). Organisasi yang memiliki perwakilan komunikasi di tingkat tertinggi umumnya memiliki pendekatan yang lebih matang terhadap pengukuran dampak komunikasi dan alokasi sumber daya. Mereka lebih mudah menyelaraskan strategi komunikasi dengan tujuan bisnis, menunjukkan kontribusi nyata terhadap hasil perusahaan, dan akhirnya mendapatkan legitimasi untuk menjadi mitra strategis.

Sayangnya, masih banyak tim komunikasi yang hanya dijadikan pelaksana. Mereka dihadapkan pada permintaan mendadak, tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, dan terjebak dalam pengukuran kinerja yang hanya bersifat permukaan seperti tingkat keterbukaan email atau klik media sosial.

Sumber: Ragan Communications

AI: Antara Ancaman dan Kesempatan

Kecerdasan buatan generatif telah diadopsi oleh 74% tim komunikasi, terutama untuk pembuatan konten dan peningkatan produktivitas. Namun, hanya sedikit yang sudah melangkah lebih jauh untuk membangun strategi, kebijakan, dan pedoman penggunaan AI secara menyeluruh. Bahkan, 53% responden mengaku tidak tahu atau tidak terlibat dalam strategi AI perusahaan mereka. Ini adalah peringatan serius—tanpa pelibatan aktif, profesional komunikasi bisa tersingkir dari gelombang transformasi teknologi berikutnya.

Mengelola Krisis, Mengelola Perubahan

Kompetensi dalam mengelola krisis dan isu kini menjadi keterampilan utama yang perlu dikembangkan. Dengan meningkatnya tekanan terhadap program keberagaman (DEI), perubahan peraturan, serta meningkatnya aktivisme dari karyawan dan pemegang saham, peran komunikasi dalam manajemen perubahan semakin vital. Namun, hanya 35% yang memiliki indikator kinerja (KPI) yang terkait langsung dengan pertumbuhan atau transformasi.

Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan: komunikator berada di garis depan perubahan, tetapi tidak dibekali alat ukur yang cukup untuk membuktikan dampaknya.

Komunikasi yang Efektif Butuh Investasi

Alih-alih terus menambah saluran dan konten tanpa arah, laporan ini mendorong organisasi untuk berinvestasi pada pelatihan dan sistem pengukuran yang lebih baik. Tim komunikasi perlu diperlengkapi dengan keterampilan strategis dan teknologi baru, serta diberi ruang untuk menyusun narasi besar perusahaan.

Tahun ini, harapan terbesar para profesional komunikasi adalah:

  • Dilibatkan lebih dalam dalam perencanaan strategis,
  • Mengadopsi teknologi baru (terutama AI),
  • Memperkuat storytelling untuk pertumbuhan merek,
  • Dan tentu saja, meningkatkan pelatihan dan pengembangan tim.

Jika perusahaan ingin menjawab tantangan zaman ini, maka peran komunikasi harus dibebaskan dari sekadar “penyampai pesan”. Komunikator masa depan adalah pemimpin perubahan—dan organisasi yang menyadari hal ini akan unggul di tengah dunia yang penuh gejolak.

Langkah Strategis untuk Memperkuat Tim Komunikasi

Lalu bagaimana agar tim komunikasi bisa berkembang menjadi mitra strategis bisnis, bukan sekadar “corong” informasi? Ada beberapa langkah konkret yang dapat diambil perusahaan.

1. Tempatkan Komunikasi di Meja Eksekutif
Jika tim komunikasi tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan strategis, maka mereka akan terus tertinggal. Masukkan pimpinan komunikasi ke dalam jajaran eksekutif agar mereka dapat memahami prioritas bisnis dan merancang komunikasi yang mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

2. Bangun Sistem Pengukuran yang Berdampak
Berhenti hanya menghitung klik atau open rate. Kembangkan metrik yang mengukur perubahan perilaku, persepsi, dan kontribusi terhadap hasil bisnis. Ini akan memperkuat posisi tim komunikasi dalam menyampaikan nilai strategis mereka kepada manajemen.

3. Berinvestasi pada Pelatihan dan Pengembangan
Kompetensi komunikasi yang dibutuhkan saat ini jauh lebih luas daripada keterampilan menulis. Fokus pelatihan sebaiknya meliputi: manajemen krisis, kepemimpinan naratif (narrative leadership), pemanfaatan AI, pengukuran komunikasi, serta kolaborasi lintas fungsi.

4. Tetapkan Strategi AI yang Terpadu
AI sudah hadir, tetapi belum semua organisasi memiliki strategi komunikasi yang menyeluruh terkait teknologi ini. Tim komunikasi perlu dilibatkan dalam merancang kebijakan, etika, dan peta jalan penggunaan AI, serta mengembangkan use case yang berdampak.

5. Perkuat Sinergi Komunikasi Internal-Eksternal
Komunikasi internal tidak lagi bisa dipisahkan dari reputasi eksternal. Maka, perusahaan perlu mendorong kolaborasi dan integrasi antara tim yang mengelola kedua sisi ini, agar pesan yang disampaikan selaras dan strategis.

6. Tanggapi Ketidakpastian Sosial dengan Komunikasi yang Relevan
Ketegangan sosial, tekanan terhadap program keberagaman, dan perubahan politik membutuhkan kepekaan tinggi dalam berkomunikasi. Tim komunikasi perlu dibekali wawasan sosial dan budaya untuk bisa menyusun narasi yang bermakna dan tidak terjebak dalam kontroversi.

Tren Komunikasi Lain yang Perlu Dicermati

Selain strategi internal, laporan ini juga memunculkan beberapa tren penting yang perlu diperhatikan para pemimpin perusahaan:

  • Kembalinya Komunikasi Tatap Muka: Efektivitas pertemuan virtual menurun drastis, sementara saluran komunikasi langsung seperti tatap muka dan pertemuan karyawan kembali menjadi andalan—terutama dalam konteks “return-to-office”.
  • Media Sosial Masih Mendominasi Eksternal, Tapi Dinamis: Meskipun TikTok dan X (dulu Twitter) sering diperdebatkan, media sosial tetap menjadi saluran utama untuk komunikasi eksternal. LinkedIn dan podcast mengalami peningkatan sebagai kanal eksekutif.
  • DEI dan ESG Tidak Hilang, Tapi Berubah Wujud: Walau ada tekanan terhadap program Diversity, Equity, and Inclusion serta ESG, sebagian besar organisasi tetap melanjutkan komitmen mereka secara lebih hati-hati dan strategis.
  • Krisis dan Isu Adalah Keniscayaan, Bukan Kejutan: Kemampuan untuk mengelola krisis bukan lagi optional skill, tapi sudah menjadi keharusan di dunia kerja yang sangat dinamis dan penuh tekanan sosial.

Saatnya Memberdayakan Komunikator sebagai Arsitek Perubahan

Organisasi yang cerdas tidak hanya memandang komunikasi sebagai fungsi pendukung. Mereka melihatnya sebagai kemampuan inti dalam membentuk budaya, menyampaikan nilai, dan menghadapi ketidakpastian. Maka, bukan hanya komunikasi yang perlu berubah—cara perusahaan memandang dan mendukung komunikator pun harus ikut berubah.

Dengan peran yang tepat, dukungan strategis, dan ruang untuk berinovasi, tim komunikasi dapat menjadi arsitek perubahan yang mendorong organisasi melampaui tantangan zaman.