organisasi Amazon

Amazon Harus Tetap Menjadi ‘Startup Terbesar di Dunia’, Kata CEO Andy Jassy

(Business Lounge Journal – Global News)

CEO Amazon, Andy Jassy, menyatakan bahwa perusahaannya harus terus beroperasi layaknya “startup terbesar di dunia.” Dalam surat tahunan kepada para pemegang saham yang dirilis pada hari Kamis lalu, Jassy menekankan pentingnya investasi berkelanjutan dalam kecerdasan buatan (AI), penyederhanaan birokrasi internal, dan perluasan bisnis ke berbagai sektor baru.

Amazon telah menetapkan anggaran hingga $100 miliar untuk belanja modal (capital expenditure), naik signifikan dari tahun sebelumnya yang sebesar $83 miliar. Menurut Jassy, investasi besar ini bukan hanya layak, tapi sangat penting. “Pelanggan, pemegang saham, dan bisnis kami akan mendapatkan manfaat besar jika kami berinvestasi secara agresif mulai sekarang,” ujarnya.

Sebagian besar dana tersebut akan dialokasikan untuk proyek-proyek yang berkaitan dengan AI — mulai dari pembangunan pusat data untuk memperkuat infrastruktur Amazon Web Services (AWS), hingga peningkatan asisten suara Alexa yang kini diperkenalkan dalam versi terbaru bernama Alexa+. Versi ini dilengkapi dengan kecerdasan buatan canggih yang memungkinkan respons lebih intuitif dan pengalaman yang dipersonalisasi bagi pengguna.

Jassy menegaskan bahwa jika suatu bisnis tidak merancang pengalaman pelanggan yang mengandalkan teknologi AI — dengan kemampuan untuk menelusuri data dalam jumlah besar, belajar dari umpan balik, dan berevolusi menjadi sistem yang lebih cerdas — maka bisnis tersebut akan sulit untuk bersaing. “Perkembangan AI melaju lebih cepat dibanding hampir semua inovasi teknologi yang pernah ada,” tulisnya.

Ia juga memprediksi bahwa biaya pengembangan AI akan semakin menurun seiring kemajuan teknologi, seperti efisiensi chip, optimalisasi model AI, dan infrastruktur komputasi. Jassy menyebut bahwa chip Trainium2 milik Amazon kini mampu memberikan efisiensi harga-performa 30–40% lebih baik dibandingkan chip GPU yang umum digunakan saat ini.

“AI tidak harus semahal sekarang, dan di masa depan biayanya pasti akan jauh lebih rendah,” tambahnya.

Selain berinvestasi dalam teknologi, Jassy juga menekankan perlunya membudayakan semangat “gesit” dan “penasaran” dalam lingkungan kerja Amazon — yang menurutnya harus berani mengambil risiko dan terus berkembang seperti perusahaan rintisan. Ini termasuk perubahan budaya kerja, pemangkasan birokrasi, serta mendorong efisiensi dalam produktivitas tim.

Sejak menjabat sebagai CEO, Jassy telah mengambil sejumlah langkah tegas, termasuk memangkas lebih dari 27.000 posisi kerja selama tahun 2022 dan 2023, memberlakukan kebijakan kembali ke kantor, meningkatkan rasio karyawan terhadap manajer, dan menciptakan saluran email “No Bureaucracy” agar karyawan dapat melaporkan proses internal yang dirasa tidak perlu. Dari situ, lebih dari 375 perubahan kebijakan telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi operasional.

“Para inovator membenci birokrasi,” kata Jassy. “Birokrasi memperlambat, membuat frustrasi, dan menghalangi mereka melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan di sini.”

Dalam surat tersebut, Jassy juga menyinggung proyek ambisius Amazon lainnya, yakni Project Kuiper — program satelit orbit rendah yang bertujuan memperluas akses internet broadband global. Amazon sedang memulai peluncuran satelit produksi pertamanya, dengan target menempatkan lebih dari 3.200 satelit di orbit dalam beberapa tahun ke depan.

Ia juga menyebut kemajuan Amazon di sektor layanan kesehatan, seperti Amazon Pharmacy dan Amazon One Medical, sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan mendasar: “Mengapa layanan kesehatan harus selalu terasa rumit dan membebani?”

Jassy menutup suratnya dengan nada optimis:

“Saya antusias dengan inovasi-inovasi yang akan datang. Kami tidak akan merasa bosan dalam waktu dekat.”