(Business Lounge Journal – Global news)
Untuk pertama kalinya dalam satu dekade, McDonald’s berhasil menggeser Starbucks sebagai merek restoran paling berharga di dunia. Laporan terbaru dari firma konsultan Brand Finance menunjukkan bahwa McDonald’s mengalami peningkatan nilai merek sebesar 7% dari tahun 2024 ke 2025, mencapai $40,5 miliar. Sementara itu, Starbucks mengalami penurunan tajam sebesar 36%, dengan nilai merek turun menjadi $38,8 miliar.
Mengapa Starbucks Kehilangan Posisi?
Starbucks telah mendominasi daftar merek restoran paling berharga sejak 2016, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, popularitasnya mulai menurun. Data dari Brand Finance menunjukkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh merosotnya beberapa metrik penting dalam penilaian merek, terutama dalam aspek reputasi dan rekomendasi pelanggan.
Di pasar utamanya, yaitu Amerika Serikat dan China, Starbucks mengalami penurunan ekspektasi pelanggan, meningkatnya ketidakpuasan, serta penurunan penjualan. Di China, yang merupakan pasar terbesar kedua setelah AS, Starbucks menghadapi persaingan ketat dari merek kopi lokal yang menawarkan harga lebih kompetitif dan inovasi yang lebih menarik bagi konsumen muda.
Selain itu, strategi bisnis yang diambil oleh Starbucks di bawah kepemimpinan CEO barunya, Brian Niccol, belum sepenuhnya membuahkan hasil. Starbucks telah mencatat penurunan penjualan selama empat kuartal berturut-turut, memaksa perusahaan untuk mengambil langkah drastis dalam upaya pemulihan.
Salah satu strategi utama yang dilakukan adalah program “Big Fix,” yang bertujuan mengembalikan Starbucks ke identitas awalnya. Melalui strategi ini, Starbucks memangkas 30% menu agar layanan lebih efisien dan mempercepat penyajian kopi dalam waktu kurang dari empat menit. Perusahaan juga menghapus biaya tambahan untuk susu non-dairy seperti almond dan oat milk, serta mulai kembali beriklan di televisi setelah sekian lama absen.
Namun, tidak semua langkah yang diambil diterima dengan baik. Starbucks mencabut kebijakan “pintu terbuka” yang telah diterapkan sejak 2018. Kebijakan ini sebelumnya memungkinkan siapa saja untuk duduk di dalam gerai Starbucks tanpa harus membeli produk, tetapi belakangan kebijakan ini dinilai tidak efektif dan diubah kembali. Perusahaan juga melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 1.100 karyawan sebagai bagian dari efisiensi biaya.
Keberhasilan McDonald’s Merebut Tahta
Sementara Starbucks berjuang dengan tantangan internal dan eksternal, McDonald’s justru berhasil melakukan berbagai langkah strategis yang meningkatkan daya tariknya di mata pelanggan.
Meski sempat mengalami pukulan berat akibat wabah E.Coli pada akhir tahun lalu, yang memaksa perusahaan mengeluarkan dana pemulihan sebesar $100 juta, McDonald’s mampu bangkit dengan cepat. Perusahaan melakukan reorganisasi besar-besaran, membagi operasionalnya ke dalam tiga kategori utama: daging sapi (beef), ayam (chicken), dan minuman (beverages).
McDonald’s juga meluncurkan produk-produk baru yang menarik perhatian pelanggan, seperti McCrispy dan Chicken Big Mac. Selain itu, berbagai promosi sukses seperti kembalinya Shamrock Shake dan penawaran paket makanan seharga $5 berhasil mendorong peningkatan lalu lintas pelanggan.
Salah satu strategi pemasaran yang paling sukses adalah peluncuran koleksi gelas edisi terbatas, yang menjadi viral dan bahkan dijual kembali dengan harga mencapai $100 di eBay. Langkah-langkah inovatif ini membantu McDonald’s tidak hanya mempertahankan pelanggan setia, tetapi juga menarik minat generasi baru yang selalu mencari pengalaman unik dalam konsumsi makanan cepat saji.
Masa Depan McDonald’s dan Starbucks
Keberhasilan McDonald’s dalam merebut kembali posisi puncak menunjukkan bagaimana strategi bisnis yang adaptif dapat menghasilkan dampak besar dalam industri makanan cepat saji. Dengan terus berinovasi dan memahami kebutuhan pelanggan, McDonald’s berhasil menjaga relevansinya di pasar global.
Di sisi lain, Starbucks masih memiliki tantangan besar dalam mengembalikan daya tarik mereknya. Program “Big Fix” mungkin dapat membantu memperbaiki citra Starbucks, tetapi masih perlu waktu untuk melihat apakah strategi ini cukup efektif dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dan mendorong pertumbuhan kembali.
Kedua merek ini terus bersaing dalam industri restoran global yang sangat kompetitif. Sementara McDonald’s menikmati momentum positif, Starbucks harus menemukan cara untuk bangkit kembali agar tidak semakin tertinggal.