Unilever Mempercepat Penjualan Sejumlah Merek Makanan

(Business Lounge Journal – Global News)

Unilever, perusahaan barang konsumen multinasional asal Inggris, baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mempercepat penjualan sejumlah merek makanan yang dianggap kurang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan perusahaan. Langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk memfokuskan sumber daya pada merek-merek yang lebih menguntungkan, seperti Knorr dan Hellmann’s. Menurut laporan yang dikutip dari The Times, CEO baru Unilever, Fernando Fernandez, ingin mempercepat transformasi perusahaan dengan menyelaraskan kembali portofolio produk agar lebih kompetitif di pasar.

Dalam sebuah wawancara dengan Barclays Head of Consumer Staples Warren Ackerman, yang diterbitkan di situs resmi Unilever, Fernandez menyebutkan bahwa sekitar €1 miliar merek lokal dalam divisi makanan Eropa tidak lagi sesuai dengan portofolio perusahaan. Selain itu, ada sekitar €500 juta merek lainnya di beberapa pasar kecil yang mungkin juga akan dilepas jika tidak menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan. Menurut laporan Financial Times, langkah ini mencerminkan upaya Unilever untuk merampingkan bisnisnya dan mengalihkan fokus ke merek-merek unggulan yang telah terbukti memberikan nilai lebih bagi perusahaan.

Menurut data yang dikutip dari Ensiklopedia P2K Stekom, Unilever saat ini memiliki lebih dari 400 merek yang dipasarkan di lebih dari 190 negara. Beberapa merek utamanya antara lain Axe, Dove, Omo/Persil, Wall’s, Hellmann’s, Knorr, Lipton, Lux, Magnum, Rexona, Sunsilk, dan Sunlight. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan telah melakukan berbagai langkah strategis untuk menyesuaikan portofolionya. Salah satu contoh adalah penjualan Loders Croklaan pada tahun 2002 ke IOI Corporation seharga RM814 juta, serta pelepasan merek Mazola, Argo & Kingsfords, Karo, Golden Griddle, dan Henri’s ke ACH Food Companies.

Menurut laporan yang dikutip dari Financial Times, Fernandez menekankan pentingnya pemilihan merek yang sesuai dengan strategi pertumbuhan perusahaan. Dia menegaskan bahwa Unilever tetap berkomitmen terhadap merek-merek unggulan di segmen makanan, terutama Knorr dan Hellmann’s, yang saat ini menyumbang sekitar 60% dari total divisi makanan perusahaan. Fernandez juga berencana meningkatkan investasi dalam pemasaran berbasis media sosial untuk menarik konsumen yang semakin skeptis terhadap strategi branding konvensional.

Dikutip dari laporan Financial Times, Unilever akan mengalihkan sebagian besar anggaran pemasarannya ke platform digital, dengan investasi di media sosial meningkat dari 30% menjadi 50% dari total belanja iklan. Pengeluaran pemasaran keseluruhan juga telah meningkat menjadi 15,5% dari total omzet perusahaan. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat daya saing Unilever di era digital, di mana keterlibatan konsumen di media sosial memainkan peran penting dalam membangun loyalitas merek. Menurut laporan yang dikutip dari The Guardian, strategi ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kampanye pemasaran dan memperluas jangkauan merek Unilever di kalangan generasi muda.

Selain merestrukturisasi portofolio makanan, Unilever juga sedang mengevaluasi masa depan bisnis es krimnya. Menurut laporan yang dikutip dari Financial Times, salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan adalah pemisahan atau pencatatan bisnis es krim sebagai entitas tersendiri, dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai bagi pemegang saham. Unilever saat ini memiliki beberapa merek es krim ternama, seperti Wall’s, Magnum, dan Ben & Jerry’s, yang menyumbang bagian signifikan dari total pendapatan perusahaan. Namun, meningkatnya biaya produksi dan perubahan pola konsumsi telah menimbulkan tantangan bagi bisnis es krim Unilever. Menurut laporan Bloomberg, langkah pemisahan ini bisa memberikan fleksibilitas lebih besar bagi Unilever dalam mengelola sumber daya dan meningkatkan profitabilitas.

Menurut laporan The Times, keputusan untuk mempercepat penjualan merek makanan ini mencerminkan perubahan strategi bisnis Unilever dalam menghadapi tantangan industri yang semakin kompleks. Dengan fokus pada efisiensi dan profitabilitas, perusahaan berharap dapat meningkatkan daya saingnya di pasar global. Langkah-langkah ini juga menandai pergeseran Unilever menuju strategi bisnis yang lebih terfokus, dengan menekankan inovasi dan investasi pada merek-merek yang memiliki daya tarik tinggi di kalangan konsumen. Menurut analisis yang dikutip dari Reuters, restrukturisasi ini juga dipandang sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan dari investor untuk meningkatkan margin keuntungan dan mengoptimalkan operasi bisnis.

Dikutip dari berbagai sumber, langkah yang diambil Unilever ini mencerminkan upaya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan preferensi konsumen serta dinamika pasar yang terus berkembang. Selain itu, persaingan ketat di industri barang konsumsi membuat perusahaan perlu lebih selektif dalam mempertahankan merek-merek yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan. Dengan strategi yang lebih terarah, perusahaan berharap dapat menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan serta meningkatkan profitabilitas di masa mendatang. Menurut laporan yang dikutip dari CNBC, investor menanggapi langkah ini secara positif, dengan harapan bahwa strategi baru ini akan memperkuat posisi Unilever dalam industri global dan meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang.