(Business Lounge Journal – Global News)
Saham Merck anjlok lebih dari 9% pada Selasa, 4 Februari 2025, setelah perusahaan farmasi tersebut memberikan panduan pendapatan untuk 2025 yang lebih rendah dari ekspektasi analis. Selain itu, Merck mengumumkan akan menghentikan sementara pengiriman vaksin terlarisnya, Gardasil, ke China.
Proyeksi Keuangan yang Tidak Memenuhi Harapan
Merck memproyeksikan pendapatan pada 2025 berada di kisaran $64,1 miliar hingga $65,5 miliar, dengan laba yang disesuaikan sebesar $8,88 hingga $9,03 per saham. Angka ini lebih rendah dari perkiraan rata-rata analis yang memperkirakan pendapatan sebesar $67,07 miliar dan laba per saham sebesar $9,13, menurut FactSet.
Panduan keuangan Merck ini dipengaruhi oleh keputusan untuk menghentikan sementara pengiriman Gardasil ke China mulai Februari hingga setidaknya pertengahan tahun. Keputusan ini muncul di tengah tantangan bisnis Gardasil di China yang semakin meningkat.
Gardasil dan Tantangan di China
Gardasil, vaksin pencegah kanker yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV), merupakan salah satu produk unggulan Merck setelah terapi kanker blockbuster mereka, Keytruda. Penjualan Gardasil di China sebelumnya melonjak, namun mengalami kemunduran sejak tahun lalu karena berbagai isu ekonomi, termasuk upaya pemerintah dalam memberantas korupsi.
Merck telah bekerja untuk meningkatkan edukasi pasien dan promosi vaksin ini, namun tetap menghadapi tantangan besar di China. Pada 2024, penjualan Gardasil turun 3% menjadi sekitar $8,6 miliar. Sementara itu, penjualan pada kuartal keempat merosot 18% menjadi $1,6 miliar, sebagian besar disebabkan oleh menurunnya permintaan di China.
Ketidakpastian di pasar China membuat Merck mencabut target penjualan tahunan Gardasil sebesar $11 miliar pada 2030, menurut Chief Financial Officer Caroline Litchfield.
Penghentian pengiriman ini berarti mitra distribusi Merck akan tetap memenuhi permintaan di China melalui pasokan vaksin yang ada. Namun, CEO Merck Robert Davis menolak memberikan angka pasti mengenai berapa banyak persediaan yang harus dikurangi sebelum Merck melanjutkan pengiriman ke negara tersebut.
Produk-Produk Unggulan Merck
Selain Gardasil dan Keytruda, Merck memiliki berbagai produk unggulan lainnya yang berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan, termasuk:
- Januvia dan Janumet – Obat untuk pengobatan diabetes tipe 2, yang selama bertahun-tahun menjadi andalan dalam portofolio Merck.
- Bridion – Obat yang digunakan untuk membalikkan efek pelemas otot yang digunakan dalam anestesi.
- Lagevrio (Molnupiravir) – Obat antivirus yang digunakan untuk mengobati COVID-19, yang mendapatkan perhatian besar selama pandemi.
- Pneumovax 23 dan Vaxneuvance – Vaksin pneumokokus untuk mencegah infeksi bakteri serius, terutama pada lansia dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu.
- Welireg (Belzutifan) – Obat untuk pengobatan kanker terkait sindrom von Hippel-Lindau.
- Isentress – Obat antiretroviral untuk pengobatan HIV.
Meskipun memiliki beragam produk yang berkontribusi terhadap pendapatan, tantangan utama Merck ke depan adalah bagaimana mempertahankan pertumbuhan di tengah menurunnya pasar China dan ancaman berakhirnya paten Keytruda.
Dampak Terhadap Masa Depan Merck
Gardasil menjadi komponen penting dalam strategi Merck untuk mengimbangi potensi kehilangan pendapatan saat paten Keytruda berakhir pada 2028. Pada kuartal keempat, penjualan Keytruda tumbuh 21% menjadi $7,8 miliar, mendorong total pendapatan perusahaan dalam periode tersebut mencapai $15,6 miliar, melampaui ekspektasi analis sebesar $15,5 miliar.
Sepanjang 2024, Keytruda mencatatkan penjualan sebesar $29 miliar, menjadikannya salah satu obat dengan pendapatan tertinggi di industri farmasi. Laba bersih Merck pada kuartal keempat mencapai $3,74 miliar atau $1,48 per saham, berbanding terbalik dengan kerugian $1,23 miliar atau 48 sen per saham pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Merck saat ini berada dalam posisi yang sulit karena harus mencari strategi baru untuk menjaga pertumbuhan pendapatan di tengah tantangan besar di China serta ancaman dari berakhirnya paten Keytruda. Apakah perusahaan ini dapat menemukan solusi jangka panjang atau akan menghadapi tekanan lebih besar dalam beberapa tahun mendatang, masih menjadi pertanyaan besar bagi para investor dan analis.