UBS Cetak Laba dan Tingkatkan Program Buyback Saham

(Business Lounge Journal – Global news)

UBS Group melaporkan laba bersih yang melampaui ekspektasi pasar pada kuartal keempat 2024, sebagian besar didorong oleh kinerja kuat divisi investasi dan pengendalian biaya yang efektif. Bank asal Zurich ini juga mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai hingga $3 miliar pada tahun 2025. Langkah ini menunjukkan komitmen UBS untuk memperkuat pengembalian bagi pemegang saham, meskipun terdapat tantangan regulasi yang meningkat.

Pada tahun 2023, UBS mengambil alih Credit Suisse dalam langkah yang diinisiasi oleh otoritas Swiss untuk menyelamatkan saingannya tersebut. Setelah sempat menghentikan program pembelian kembali saham akibat akuisisi tersebut, UBS melanjutkan buyback pada tahun 2024. Kini, bank tersebut berencana membeli kembali saham senilai $1 miliar pada paruh pertama 2025 dan hingga $2 miliar tambahan pada paruh kedua tahun yang sama.

Langkah ini didukung oleh kenaikan dividen sebesar 29% menjadi $0,90 per saham. JPMorgan dalam catatannya kepada klien menyebut bahwa peningkatan dividen ini memberikan sinyal positif kepada pasar mengenai kemampuan UBS untuk menyelesaikan tantangan modal secara organik sambil mempertahankan program buyback.

Pada kuartal keempat 2024, UBS mencatat laba bersih sebesar $770 juta, jauh lebih baik dibandingkan kerugian $279 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini juga melampaui ekspektasi analis yang memperkirakan laba sebesar $483 juta. Pendapatan UBS tercatat sebesar $11,635 miliar, naik dari $10,855 miliar tahun sebelumnya dan sedikit lebih tinggi dari konsensus pasar sebesar $11,51 miliar.

Divisi pengelolaan kekayaan global UBS mencatat arus masuk aset bersih sebesar $18 miliar pada kuartal tersebut, meskipun terjadi penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai $25 miliar. Kinerja positif ini menunjukkan keberhasilan UBS dalam menarik klien baru dan memperkuat posisi di pasar yang kompetitif.

Proses integrasi Credit Suisse menjadi fokus utama UBS sejak akuisisi tersebut. CEO UBS, Sergio Ermotti, menyatakan keyakinannya bahwa integrasi ini dapat diselesaikan secara substansial pada akhir 2026. UBS memperkirakan penghematan biaya bruto sebesar $2,5 miliar pada tahun 2025 dan total penghematan sebesar $13 miliar hingga akhir 2026. Namun, biaya kumulatif integrasi diperkirakan akan mencapai $14 miliar, lebih tinggi dari asumsi sebelumnya.

Kinerja divisi investasi UBS juga menjadi salah satu pendorong utama laba pada kuartal ini, berkat kondisi pasar yang lebih konstruktif di penghujung tahun 2024. Meski demikian, UBS tetap berhati-hati terhadap potensi volatilitas yang dipicu oleh ketidakpastian global terkait perdagangan, inflasi, dan kebijakan bank sentral.

Rencana UBS untuk meningkatkan pengembalian kepada pemegang saham tidak terlepas dari tantangan regulasi yang sedang berkembang di Swiss. Peraturan baru yang diperkirakan akan meningkatkan persyaratan modal bagi bank dapat memaksa UBS untuk menyesuaikan strateginya. Hal ini menjadi perhatian utama analis, yang menilai bahwa regulasi ketat dapat membatasi fleksibilitas UBS dalam melanjutkan program buyback dan strategi pertumbuhan lainnya.

Meskipun pengumuman hasil kuartal keempat dan rencana buyback saham memberikan sinyal positif, saham UBS yang terdaftar di Amerika Serikat mengalami penurunan sebesar 7,2% pada hari Selasa. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap potensi dampak regulasi baru dan tantangan global.

Namun, UBS tetap optimis terhadap prospek jangka panjangnya. Dengan fokus pada integrasi Credit Suisse, penghematan biaya, dan pengelolaan aset yang kuat, UBS berupaya mempertahankan posisi sebagai salah satu bank terkemuka di dunia. Dalam jangka pendek, kondisi pasar yang konstruktif pada awal 2025 memberikan harapan untuk kinerja yang lebih baik, meskipun ketidakpastian tetap menjadi faktor yang perlu diwaspadai.

Kesuksesan UBS dalam mencetak laba bersih yang kuat dan melanjutkan program buyback saham mencerminkan ketangguhan strategi perusahaan dalam menghadapi tantangan industri perbankan. Namun, keberhasilan jangka panjangnya akan sangat bergantung pada kemampuan untuk menavigasi regulasi baru, mengelola integrasi Credit Suisse, dan memanfaatkan peluang pertumbuhan di tengah ketidakpastian global. Dengan langkah-langkah strategis yang hati-hati, UBS tampaknya siap untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan namun menjanjikan.