(Business Lounge Journal – Medicine)
Kamu suka makan makanan yang manis tapi takut kena diabetes?
Ada satu strategi bagi penggemar makanan manis namun ingin mengurangi risiko terkena diabetes atau penyakit meningkatnya kadar gula dalam darah. Ingin tahu bagaimana strateginya?
Tubuh akan selalu merespons dengan meningkatkan sekresi insulin ketika kita makan gula, untuk menstabilkan kadar gula dalam darah. Namun, terdapat beberapa perbedaan signifikan dalam efek tubuh kita saat mengonsumsi gula dalam kondisi perut kosong versus perut kenyang.
Berikut ini adalah perbedaannya:
- Respon Insulin
- Saat perut kosong, konsumsi gula akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah yang lebih cepat karena tubuh akan merespons dengan meningkatkan sekresi insulin lebih besar untuk menstabilkan kadar gula darah.
- Saat perut kenyang, respon insulin cenderung lebih terkendali karena ada makanan lain yang membantu penyerapan gula.
- Peningkatan Trigliserida
- Konsumsi gula saat perut kosong cenderung meningkatkan kadar trigliserida lebih tinggi. Hal ini karena hati lebih aktif memproduksi trigliserida untuk mengkonversi gula menjadi lemak.
- Saat perut kenyang, efek peningkatan trigliserida ini cenderung lebih rendah.
- Rasa Kenyang
- Konsumsi gula saat perut kosong cenderung menghasilkan rasa lapar yang lebih cepat kembali.
- Saat perut kenyang, gula akan tercampur dengan makanan lain sehingga memberikan rasa kenyang yang lebih lama.
- Penyerapan Nutrisi
- Saat perut kosong, gula cenderung diserap lebih cepat dan menimbulkan gejolak pada kadar gula darah.
- Saat perut kenyang, penyerapan gula akan lebih lambat dan terkendali karena adanya zat gizi lain.
Secara umum, konsumsi gula saat perut kosong cenderung memberikan dampak yang lebih buruk bagi kesehatan, seperti fluktuasi kadar gula darah, peningkatan trigliserida, dan rasa kenyang yang cepat hilang. Oleh karena itu, disarankan untuk menghindari konsumsi gula saat perut kosong dan lebih baik dikonsumsi saat perut dalam kondisi kenyang.
Tetapi perhatikanlah! Pernyataan bahwa boleh makan makanan bergula setelah makan utama dan TIDAK AKAN memicu diabetes adalah TIDAK BENAR.
Konsumsi makanan bergula, baik sebelum, saat, maupun setelah makan utama, tetap dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 jika dilakukan secara berlebihan dan terus-menerus. Waktu konsumsi tidak mengubah efek buruk dari gula tersebut. Mengapa? Karena 3 hal berikut ini harus kita perhatikan, bahwa:
- Efek gula terhadap kadar glukosa darah
- Makanan bergula akan tetap meningkatkan kadar glukosa darah, terlepas kapan makanan tersebut dikonsumsi.
- Tubuh perlu merespons dengan meningkatkan produksi insulin untuk mengendalikan gula
- Resistensi insulin
Konsumsi gula yang berlebihan, baik sebelum atau setelah makan, dapat menyebabkan resistensi insulin dalam jangka panjang. Resistensi insulin adalah kondisi di mana sel-sel tubuh tidak dapat merespons insulin dengan baik, yang dapat memicu diabetes tipe 2.
- Dampak kesehatan
Konsumsi gula yang berlebihan, kapan pun waktunya, tetap dapat meningkatkan risiko obesitas, hipertrigliseridemia, dan penyakit kardiovaskular – yang merupakan faktor risiko diabetes.
TIDAK ADA bukti ilmiah yang mendukung pernyataan bahwa boleh makan makanan bergula setelah makan utama karena TIDAK AKAN memicu diabetes. Konsumsi gula yang berlebihan tetap berbahaya bagi kesehatan, terlepas dari kapan waktu konsumsinya. Untuk mencegah diabetes, pembatasan asupan gula secara keseluruhan adalah hal yang penting. Namun memang benar bahwa jika masih ingin makan makanan manis adalah lebih baik ketika perut kenyang, walaupun tentu jangan dilakukan terus menerus dan setiap hari.
Konsumsi gula, terutama dalam jumlah berlebih, juga dapat menjadi sumber peningkatan trigliserida dan small dense LDL (low-density lipoprotein) kolesterol. Apa hubungan gula dengan kolesterol? Berikut penjelasan lebih lanjut:
- Trigliserida
Gula, khususnya fruktosa, dapat meningkatkan produksi trigliserida di dalam hati. Trigliserida adalah jenis lemak yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular jika kadarnya terlalu tinggi dalam darah.
- Small dense LDL
Konsumsi gula berlebih juga dapat mengubah profil lipoprotein darah, meningkatkan pembentukan small dense LDL. Small dense LDL adalah partikel LDL kolesterol yang lebih kecil dan lebih padat, yang dianggap lebih aterogenik (merusak pembuluh darah dan berbahaya bagi kesehatan jantung).
- Mekanisme
Gula, terutama fruktosa, dapat merangsang sintesis trigliserida di hati. Peningkatan trigliserida dapat menyebabkan perubahan pada komposisi dan ukuran partikel LDL, menghasilkan small dense LDL.
Jadi, bila konsumsi gula berlebihan, terutama fruktosa, dapat menjadi faktor risiko peningkatan trigliserida dan small dense LDL kolesterol. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Karenanya, pembatasan asupan gula sangat direkomendasikan untuk menjaga profil lipid yang sehat.
Bagaimana prosesnya peningkatan trigliserida dan small dense LDL dengan penyakit kardiovaskular?
Trigliserida adalah jenis lemak dalam darah yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular jika kadarnya terlalu tinggi. Trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan lemak di dalam pembuluh darah, menyempitkan dan menyumbatnya. Penumpukan lemak ini dapat memicu pembentukan plak dan meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis (pengerasan dan penyumbatan pembuluh darah). Aterosklerosis merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit kardiovaskular lainnya.
- Small Dense LDL
Small dense LDL adalah partikel kolesterol LDL yang lebih kecil dan lebih padat. Partikel LDL yang lebih kecil dan padat dianggap lebih aterogenik (berbahaya bagi kesehatan jantung). Small dense LDL cenderung lebih mudah menembus dan menempel pada dinding pembuluh darah, serta lebih rentan teroksidasi. Oksidasi small dense LDL dapat memicu dan mempercepat proses inflamasi serta pembentukan plak di dalam pembuluh darah. Penumpukan plak akibat small dense LDL dapat menyebabkan penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah, meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
- Hubungan Sinergistik
Peningkatan trigliserida dan small dense LDL sering terjadi bersamaan sebagai bagian dari profil lipid yang tidak sehat. Kedua kondisi ini dapat saling memperburuk dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular secara sinergis.
Jadi, peningkatan trigliserida dan small dense LDL memiliki kaitan yang erat dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan plak, penyempitan pembuluh darah, dan pada akhirnya meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan penyakit jantung lainnya. Mengontrol kadar trigliserida dan LDL yang sehat menjadi sangat penting untuk menjaga kesehatan kardiovaskular.
Itu artinya, salah satu makanan yang masuk ke tubuh Anda yang harus Anda perhatikan bukan hanya lemak tinggi tetapi penting perhatikan kadar gula yang Anda konsumsi. Mengonsumsi gula bukannya tidak boleh sama sekali tetapi sebaiknya dengan bijak membatasi pemakaian gula. Seringkali orang tidak sadar karena merupakan rutinitas menambahkan gula dalam semua makanan dan minuman sehari-sehari. Sehingga jika dihitung bisa saja seseorang makan 100 gram gula sehari dari makanan dan minumannya setiap hari dan ini tentu berbahaya.
Menurut American Heart Association (AHA), jumlah maksimum gula yang dikonsumsi dalam sehari adalah:
- Pria: 37,5 gram atau 9 sendok teh
- Wanita: 25 gram atau 6 sendok teh
Untuk seseorang yang makan 2.000 kalori per hari, asupan gula maksimumnya adalah sama dengan 50 gram gula, atau sekitar 12,5 sendok teh.
Dengan memperhatikan semua ini, kita harapkan tidak akan terkena diabetes dan penyakit kardiovaskular.