(Business Lounge Journal – General Management)
Dua puluh tahun lalu, sebuah studi oleh Bain & Company menemukan bahwa 70% merger dan akuisisi berakhir gagal, seperti yang dapat kita temui pada beberapa kasus berikut ini:
- AOL dan Time Warner (2000): Salah satu merger terbesar dalam sejarah, namun berakhir dengan bencana. Kombinasi perusahaan media online dan perusahaan media tradisional ini gagal menghasilkan sinergi yang diharapkan. Perbedaan budaya perusahaan dan perubahan lanskap media digital menjadi faktor utama kegagalan.
- DaimlerChrysler (1998): Merger antara produsen mobil Jerman dan Amerika ini juga berakhir pahit. Perbedaan budaya, struktur perusahaan, dan strategi bisnis menjadi penghalang utama. Integrasi kedua perusahaan terbukti sangat sulit, dan akhirnya Daimler memutuskan untuk memisahkan diri dari Chrysler.
- HP dan Compaq (2002): Merger antara dua raksasa teknologi ini bertujuan untuk memperkuat posisi mereka di pasar PC. Namun, merger ini justru melemahkan kedua perusahaan dan mengakibatkan penurunan pangsa pasar. Masalah integrasi, budaya perusahaan yang berbeda, dan persaingan yang semakin ketat menjadi penyebab kegagalan.
Berdasarkan contoh-contoh di atas dan temuan studi Bain & Company, beberapa alasan umum kegagalan merger dan akuisisi adalah:
- Perbedaan budaya perusahaan: Ketika dua perusahaan dengan budaya yang sangat berbeda bergabung, sulit untuk menciptakan sinergi dan mencapai tujuan bersama.
- Perbedaan strategi bisnis: Jika kedua perusahaan memiliki visi dan strategi yang berbeda, sulit untuk menyatukan mereka menjadi satu kesatuan yang koheren.
- Masalah integrasi: Menggabungkan dua perusahaan menjadi satu adalah proses yang kompleks dan membutuhkan waktu yang lama. Jika tidak dikelola dengan baik, proses integrasi dapat mengganggu operasi bisnis sehari-hari dan menyebabkan penurunan kinerja.
- Perkiraan sinergi yang tidak realistis: Seringkali, perusahaan terlalu optimis dalam memperkirakan manfaat finansial yang akan diperoleh dari merger. Ketika kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi, hal ini dapat menyebabkan kekecewaan dan kegagalan.
- Lingkungan bisnis yang berubah: Perubahan dalam lingkungan bisnis, seperti persaingan yang semakin ketat, perubahan teknologi, atau regulasi pemerintah, dapat mengancam keberhasilan merger.
Namun, kini, sekitar 70% merger dan akuisisi berhasil. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa fakta berikut:
Meskipun tidak mudah untuk mengukur keberhasilan suatu merger secara pasti dan jangka panjang, berikut beberapa contoh merger yang umumnya dianggap sukses:
- Microsoft dan LinkedIn: Akuisisi LinkedIn oleh Microsoft pada tahun 2016 dianggap sebagai salah satu merger paling sukses dalam industri teknologi. Integrasi kedua perusahaan berjalan lancar dan menghasilkan sinergi yang signifikan, terutama dalam hal pengembangan produk dan layanan berbasis data.
- Disney dan Pixar: Akuisisi Pixar oleh Disney pada tahun 2006 adalah contoh lain dari merger yang sangat sukses. Pixar membawa keahlian animasi yang luar biasa ke Disney, dan sejak saat itu, Disney telah menghasilkan banyak film animasi yang sukses secara komersial dan kritis.
- Visa dan Plaid: Akuisisi Plaid oleh Visa pada tahun 2020 bertujuan untuk memperkuat posisi Visa dalam industri pembayaran digital. Integrasi kedua perusahaan diharapkan dapat mempercepat inovasi dalam pembayaran digital dan meningkatkan pengalaman pengguna.
Lalu apakah yang menyebabkan terjadinya peningkatan yang signifikan ini? Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi pada peningkatan keberhasilan merger dan akuisisi antara lain:
- Perencanaan yang lebih matang: Perusahaan kini melakukan studi kelayakan yang lebih mendalam, analisis risiko yang lebih komprehensif, dan perencanaan integrasi yang lebih terstruktur.
- Pengalaman yang lebih banyak: Semakin banyak perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, semakin banyak pula pembelajaran yang diperoleh. Pengalaman ini memungkinkan perusahaan untuk menghindari kesalahan yang pernah terjadi di masa lalu.
- Teknologi yang lebih canggih: Penggunaan teknologi seperti analisis data besar, kecerdasan buatan, dan otomatisasi telah membantu dalam mengelola proses merger dan akuisisi yang kompleks.
- Fokus pada budaya perusahaan: Perusahaan kini lebih memperhatikan keselarasan budaya antara kedua perusahaan yang akan digabung. Ini membantu mengurangi konflik dan mempercepat proses integrasi.
- Lingkungan bisnis yang lebih dinamis: Perubahan dalam lingkungan bisnis mendorong perusahaan untuk lebih adaptif dan inovatif. Merger dan akuisisi seringkali menjadi cara untuk mempercepat proses adaptasi dan inovasi.
Apa yang Berubah?
- Strategi yang lebih luas: Perusahaan kini menggunakan M&A untuk strategi yang lebih beragam, seperti memasuki pasar baru, meningkatkan efisiensi rantai pasokan, dan memperoleh kapabilitas baru.
- Due diligence yang lebih canggih: Perusahaan menggunakan penilaian budaya, penilaian talenta, dan pemantauan media sosial untuk memahami target akuisisi lebih baik.
- Pengalaman yang meningkat: Perusahaan yang sering melakukan M&A cenderung lebih sukses karena memiliki tim yang lebih berpengalaman dan terlatih.
- Integrasi yang lebih baik: Perusahaan menggunakan metode dan teknologi yang lebih canggih untuk mengintegrasikan perusahaan yang diakuisisi.
Perusahaan yang sering melakukan M&A cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik. Meskipun tingkat keberhasilan telah meningkat, masih ada potensi untuk terus meningkat, terutama bagi perusahaan yang baru memulai melakukan M&A secara reguler.
Untuk mencapai keberhasilan dalam M&A, perusahaan perlu:
- Memiliki strategi yang jelas dan terdefinisi.
- Melakukan due diligence yang menyeluruh.
- Membangun tim yang berpengalaman dan terlatih.
- Menerapkan metode integrasi yang efektif.
- Memantau kinerja pasca-merger secara ketat.
- Mempertimbangkan faktor-faktor eksternal seperti kondisi pasar, regulasi pemerintah, dan persaingan.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini dan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan, perusahaan dapat meningkatkan peluang sukses dalam M&A dan mencapai tujuan bisnis mereka.
Selain itu, perusahaan juga dapat mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
- Kultur perusahaan: Keselarasan budaya antara perusahaan yang terlibat dalam M&A dapat meningkatkan peluang keberhasilan.
- Komunikasi yang efektif: Komunikasi yang terbuka dan transparan antara kedua perusahaan dapat membantu mengatasi hambatan dan membangun kepercayaan.
- Kepemimpinan yang kuat: Kepemimpinan yang tegas dan visioner dapat membantu mengarahkan proses M&A dan memastikan keberhasilannya.
- Pengelolaan risiko: Perusahaan perlu mengidentifikasi dan mengelola risiko yang terkait dengan M&A, seperti risiko finansial, operasional, dan reputasi.
Selain itu, perusahaan juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal seperti kondisi pasar, regulasi pemerintah, dan persaingan. Dengan memahami faktor-faktor ini, perusahaan dapat mengantisipasi tantangan dan peluang yang mungkin muncul dalam proses M&A. Secara keseluruhan, keberhasilan M&A adalah hasil dari perencanaan yang matang, eksekusi yang tepat, dan kesiapan perusahaan untuk menghadapi tantangan. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan M&A, perusahaan dapat meningkatkan peluang sukses dan mencapai tujuan bisnis mereka.
Pelajaran dari Kegagalan
Dari kegagalan-kegagalan yang pernah terjadi, kita dapat belajar bahwa merger dan akuisisi adalah proses yang kompleks dan penuh risiko. Untuk meningkatkan peluang keberhasilan, perusahaan perlu melakukan perencanaan yang matang, melakukan due diligence yang menyeluruh, dan membangun tim integrasi yang kuat. Selain itu, perusahaan juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan merger.
Penting untuk diingat bahwa meskipun banyak merger dan akuisisi yang gagal, namun masih banyak juga yang berhasil. Keberhasilan merger dan akuisisi tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesiapan kedua perusahaan, kualitas kepemimpinan, dan kondisi pasar. Keberhasilan suatu merger adalah hal yang relatif dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun, contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa dengan perencanaan yang matang, eksekusi yang baik, dan fokus pada nilai jangka panjang, merger dan akuisisi dapat menjadi alat yang efektif untuk pertumbuhan bisnis.